Rumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

Sedangkan apabila dilihat dari maknanya, mou pada kalimat 1 bermakna “lagi”. Maksudnya adanya penambahan jumlah tertentu dari keadaan yang sekarang. Lawan bicara diminta untuk datang 5 menit lagikemudian. Mou pada kalimat nomor 2 bermakna “sudah”. Maksudnya menunjukkan hal yang sampai pada batas akhir. Sedangkan mou pada kalimat nomor 3 mempunyai arti yang sama dengan kalimat nomor 1, tetapi kondisinya berbeda. Ato pada kalimat nomor 4 dan 5 bermakna “lagi”. Maksudnya menunjukkan jumlahangka yang tersisa untuk tercapainya tujuan. Sedangkan ato pada kalimat nomor 6 artinya “setelah”. Maksudnya ada pekerjaan berikutnya yang dikerjakan setelah pekerjaan pertama selesai. Melihat keenam contoh kalimat di atas dapat diketahui bahwa kata mou dan ato tidak hanya menduduki satu kelas kata saja, melainkan bisa tergolong ke dalam kelas kata yang lain juga. Juga fungsinya di dalam kalimat dan nuansa maknanya berbeda-beda. Karena adanya persamaan dan perbedaan pada kata mou dan ato tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Analisis Nuansa Makna Kata Mou dan Ato dalam Kalimat Bahasa Jepang ”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam bahasa Jepang banyak sinonim ruigigo dan sangat sulit untuk bisa dipadankan ke dalam bahasa Indonesia satu persatu. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menjelaskan mengenai nuansa makna kata mou dan ato. Masing-masing memiliki makna yang hampir sama, tetapi nuansanya berbeda. Kemudian untuk membedakan kedua kata tersebut termasuk kelas kata fukushi, Universitas Sumatera Utara rentaishi atau setsuzokushi, maka harus memperhatikan letak keduanya di dalam kalimat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Apa makna kata mou dan ato secara umum? 2. Apa perbedaan nuansa makna kata mou dan ato dalam kalimat bahasa Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar pembahasan masalah tidak meluas sehingga objek pembahasan dapat menjadi jelas, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pada pengertian makna mou dan ato secara umum menurut beberapa pakar linguistik bahasa Jepang dan perbedaan nuansa makna dari kedua kata tersebut yang dapat ditinjau dari letak dan konteks kalimat. Untuk masing-masing kata mou dan ato akan dibahas lima buah contoh kalimat. Seluruh kalimat untuk penelitian ini diambil secara acak dari beberapa majalah atau tabloid bahasa Jepang seperti Nipponia tahun 2004 edisi 29 sebanyak satu kalimat yang memakai kata ato, Nyuusu Ga Wakaru edisi September 2006 sebanyak satu kalimat yang memakai kata mou dan tiga kalimat yang memakai kata ato, Nyuusu Ga Wakaru edisi Februari 2007 sebanyak dua kalimat yang memakai kata mou dan satu kalimat yang memakai kata ato dan buku Nihongo So-Matome N2 Reading Comprehension sebanyak dua kalimat yang memakai kata mou. Universitas Sumatera Utara 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis nuansa makna mou dan ato, yang mana kedua kata tersebut bisa ditinjau dari letak dan makna di dalam sebuah kalimat. Hal ini menyangkut tataran bidang linguistik yaitu sintaksis dan semantik sintagmatik. Untuk menghindari kesalahan dan kekaburan dalam menginterpretasikan makna dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba mendefinisikan beberapa istilah linguistik khususnya yang berkenaan dengan sintaksis dan semantik. Ilmu linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang bahasa. Ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan juga seluk- beluk bahasa pada umumnya. Salah satu bidang kajian dari linguistik adalah sintaksis dan semantik. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut tougoron 「統語論」 atau sintakusu「シンタクス」yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat Sutedi, 2008:63. Nitta 1997:14 menjelaskan bahwa bidang garapan sintaksis adalah kalimat yang mencakup jenis dan fungsinya, unsur-unsur pembentuknya serta struktur dan maknanya. Dengan demikian, garapan sintaksis mencakup struktur frase, klausa dan kalimat, ditambah dengan berbagai unsur lainnya. Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna Sutedi, 2003:103. Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu “sema” kata benda yang berarti tanda dan lambang. Kata kerjanya adalah “semaino” yang berarti menandakan atau melambangkan. Objek Universitas Sumatera Utara kajian semantik antara lain makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat. Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah relasi makna khususnya sinonim. Karena dalam hal ini kata mou dan ato adalah kata-kata yang memiliki arti hampir sama namun nuansanya berbeda. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya Chaer, 2007:267. Dua buah ujaran atau lebih yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, dan faktor nuansa makna. Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan istilah ruigigo. Menurut Ferdinand De Saussure dalam Chaer 2007:287, makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Makna yang sama namun memiliki nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya Chaer, 2007:297. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat menyatakan kesamaan makna sinonim, pertentangan makna antonim, ketercakupan makna hiponim, kegandaan makna polisemi dan ambiguitas, dan kelebihan makna redundansi. Sutedi 2003:114 berpendapat bahwa dalam bahasa Jepang ada dua istilah tentang makna, yaitu kata imi 「意味」dan igi「意義」. Kata imi digunakan untuk menyatakan makna hatsuwa tuturan yang merupakan wujud Universitas Sumatera Utara satuan dari parole, sedangkan igi digunakan untuk menyatakan makna dari bun kalimat sebagai wujud satuan dari langue. Kalimat terbentuk dari perpaduan beberapa jenis kata hinshi yang disusun berdasarkan pada aturan gramatikalnya Sutedi, 2008:73. Menurut Motojiro dalam Sudjianto 2004:147 mengklasifikasikan kelas kata menjadi 10 jenis yaitu : 1. Doushi kata kerja 2. Keiyoushi kata sifat yang berakhiran -i 3. Keiyoudoushi kata sifat yang berakhiran –na 4. Meishi kata benda 5. Fukushi kata keterangan 6. Rentaishi pra kata benda 7. Setsuzokushi kata sambung 8. Kandoushi kata serukata panggilan 9. Jodoushi kopulakata bantu kata kerja 10. Joshi partikelkata bantu Dari semua kelas kata yang disebutkan di atas, fukushi dan rentaishi memiliki ciri yang hampir sama, maka sering terjadi penyamaan di antara kedua kelas kata tersebut. Oleh karena itu, penulis akan sedikit menjelaskan mengenai perbedaan fukushi dan rentaishi. Universitas Sumatera Utara Bunkachou dalam Sudjianto 1996:72 menyatakan bahwa fukushi ialah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen verba, adjektiva-I, dan adjektiva- na, tidak dapat menjadi subjek dan tidak mengenal konjugasideklinasi. Sudjianto 1996:89 mengatakan letak fukushi kadang-kadang terpisah dari kata yang diterangkannya karena terhalangi oleh beberapa kata. Walaupun demikian fukushi selalu diletakkan sebelum kata yang diterangkannya itu. Contoh : 1. Sukoshi + iku fukushi verba to kouban ga aru. 2. Kotoshi wa taihen + atsui fukushi adjektiva-i . 3. Mochiron boku mo iku fukushi verba . Ada pula fukushi yang dipakai untuk menerangkan nomina dan menerangkan fukushi yang lainnya Sudjianto, 1996:73, misalnya : a. Motto + hakkiri kotaenasai fukushi fukushi “Jawablah lebih jelas b. Sore wa zutto + mukashi no koto desu. lagi”. fukushi meishi “Itu adalah hal yang sudah sangat dahulu” Taigen yang diterangkan oleh fukushi terbatas pada kata-kata yang menyatakan tempat, arah, jumlah, waktu atau keadaan Motojiro dalam Sudjianto, 1996:74. . Rentaishi prenomina termasuk kelas kata yang berdiri sendiri jiritsugo dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi, diletakkan sebelum taigen dalam sebuah kalimat dan hanya dipakai untuk menerangkan taigen nomina yang ada Universitas Sumatera Utara di depannya itu Bunkachou dalam Sudjianto, 1996:90. Kata-kata yang termasuk ke dalam rentaishi misalnya kono, sono, ano, dono, ookina, chiisana, okashina, konna, sonna, anna dan sebagainya.

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian diperlukan landasan atau acuan berpikir untuk menganalisis dan memecahkan sebuah masalah. Oleh karenanya, perlu disusun pokok-pokok pikiran yang dimuat oleh kerangka teori yang mendeskripsikan titik tolak penelitian yang akan diamati. Dalam menganalisis makna yang terdapat pada kata mou dan ato, maka penulis perlu memaparkan pendekatan apa yang dipakai dan pengertian makna berdasarkan beberapa pakar linguistik. Menurut Yule 2008:113, istilah syntax sintaksis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti disusun bersama atau urutan penyusunan. Dengan kata lain membahas letak suatu kata di dalam sebuah kalimat. Kalimat terbentuk atas beberapa unsur, minimal memiliki unsur subjek atau predikat saja. Masing- masing unsur kalimat berasal dari kelas kata yang berbeda. Untuk menganalisis suatu kalimat terbentuk dari unsur dan kelas kata apa, maka diperlukan suatu pendekatan. Yule 2008:105 menyebutkan bahwa : 直接構成素分析 immediate constituent analysis と呼ばれるのは分の中の小さな構成素「つまり、成分」がどのように 一緒になってより大きな構成素を形成するか、ということが明示でき るような技法が使われている。 Chokusetsu kouseiso bunseki to yobareru nowa bun no naka no chiisana kouseiso tsumari, seibun ga dono you ni issho ni natte yori ookina kouseiso wo keisei suru ka, to iu koto ga meiji dekiru you na gihou ga tsukawarete iru. “Yang disebut dengan ‘Analisis Unsur Pembentuk Secara Langsung’ adalah teknik atau cara yang dipakai untuk menyatakan dengan jelas, bagaimana memformulasikan unsur yang lebih besar menjadi unsur pembentuk yang kecil dalam kalimat dengan kata lain komponen. Universitas Sumatera Utara Contoh : The lucky boys saw the clowns at the circus and they cheered loudly. Anak laki-laki yang beruntung itu melihat badut di sirkus dan mereka bersorak dengan keras. Yule, 2008:99 Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk fukubun「複文」, karena terdiri atas 2 klausa. Jika dipenggal berdasarkan unsur kalimatnya menjadi : Klausa Utama : The lucky boys saw the clowns 修飾語 主語 述語 対象語 状況語 at the circus Klausa Tambahan : And they cheered 接続語 主語 述語 状況語 loudly Atau : The lucky boys saw the clowns at the circus 冠詞 形容詞 名詞 動詞 冠詞 名詞 前置詞 冠詞 名詞 接続詞 and they cheered 代名詞 動詞 副詞 loudly Hubungan yang terbentuk antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan yang tersusun secara berurutan bersifat linear disebut hubungan sintagmatik Kridalaksana, 1993:45. Dalam bahasa Jepang disebut henkei kisoku yang artinya ‘aturan transformasi’. Yule 2008:122 menyebutkan bahwa : こうした構成素の「移動」を行なうには、句構造規則によって生じた 構造内の要素(の位置)を変える、つまり、移動するような規則が必 要である。こうした規則を、変形規則 transformational rules と呼んでいる。 Koushita kouseiso no [idou] wo okonau ni wa, kukouzou kisoku ni yotte shoujita kouzounai no youso no ichi wo kaeru, tsumari, idou suru you na kisoku ga hitsuyou de aru. Koushita kisoku wo, henkei kisoku transformational rules to yondeiru. “Untuk mengadakan perpindahan dari unsur pembentuk semacam ini, dengan mengubah posisikedudukan dari unsur pembentuk dalam yang muncul berdasarkan peraturan struktur frase. Dengan kata lain, diperlukan peraturan untuk memindahkannya. Peraturan semacam ini disebut henkei kisoku peraturan transformasi”. Universitas Sumatera Utara Contoh : George helped Myrna yesterday George menolong Myrna kemarin. Yesterday George helped Myrna Kemarin George menolong Myrna. Selain membahas kata mou dan ato dari segi unsur pembentuk kalimat, penulis juga membahas makna kedua kata tersebut di dalam suatu kalimat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna adalah 1 arti; 2 maksud pembicara atau penulis; 3 pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan Depdiknas, 2009:864. Dari beberapa definisi tersebut, penulis akan coba menganalisis makna kata mou dan ato dalam kalimat berbahasa Jepang dengan merujuk pada beberapa definisi di atas. Kata mou「もう」memiliki beberapa makna dalam kalimat bahasa Jepang. Seperti yang dijelaskan menurut pakar linguistik bahasa Jepang berikut ini. 1. Hirotase dan Masayoshi 1994:41 menyebutkan mou mempunyai arti sebagai berikut : 「さらに」の意味で、今の状態に加える数量。程度を表すときに使い ます。 Sara ni no imi de, ima no joutai ni kuwaeru suuryou. Teido wo arawasu toki ni tsukaimasu. “Makna dari sara ni : ditambah lagi yaitu jumlah yang ditambahkan pada keadaan sekarang. Digunakan ketika menunjukkan derajat atau tingkatan”. 2. Sunagawa 1998:578 menyebutkan mou dengan pengertian sebagai berikut : 量などをさらに付け加えるのに使う。 Ryou nado wo sara ni tsuke kuwaeru noni tsukau. “Digunakan untuk menambahkan jumlahkuantitas dan lain-lain”. 3. Hayashi 1993:979 menjelaskan bahwa mou mempunyai makna sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara さらに加えて。みじかく「も」ということもある。 Sara ni kuwaete. Mijikaku mo to iu koto mo aru. “Menambah lagi. Ada pula yang menyingkatnya dengan mo”. Sedangkan kata ato「あと」mempunyai makna seperti yang dijelaskan oleh pakar linguistik berikut ini. 1. Hirotase dan Masayoshi 1994:40-41 menjelaskan bahwa ato mempunyai makna : 目標に達するまでの残り数や量を表すときに使います。「あと+数詞 (人、本、時間)」や「あと少し、あとちょっと」などの形で使いま す。 Mokuhyou ni tassuru made no nokori kazu ya ryou wo arawasu toki ni tsukaimasu. [ato + suushi hito,hon,jikan ya ato sukoshi,ato chotto] nado no katachi de tsukaimasu. “Digunakan ketika menunjukkan jumlah dan angka yang tersisa dari sampai tercapainya tujuan. Digunakan dalam bentuk ato diikuti kata bilangan seperti orang, batang dan waktu, sedikit lagi”. 2. Menurut Sunagawa 1998:8-10, makna ato「あと」adalah sebagai berikut : 今の状態に一定の数量が加わることを表す。その数量が加わればある ことがらが成立するための条件が整うということを表す場合に用いる 。 Ima no joutai ni ittei no suuryou ga kuwawaru koto wo arawasu. Sono suuryou ga kuwawareba aru kotogara ga seiritsu suru tame no jouken ga totonou to iu koto wo arawasu baai ni mochiiru. “Menunjukkan hal bertambahnya jumlah tertentu pada keadaan sekarang. Digunakan pada keadaan yang menunjukkan syarat untuk terjadinya suatu hal akan tersedia, jika jumlah itu bertambah”. 3. Hayashi 1993:22 dalam bukunya Reikai Shinkokugo Jiten menyebutkan bahwa ato mempunyai makna : 今後に残されたものを数える言いかた。 Kongo ni nokosareta mono wo kazoeru iikata. “Cara mengatakan hitungan benda yang tersisa berikutnya”. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dari beberapa makna di atas, telah diketahui ada beberapa makna mou dan ato. Untuk penelitian makna kedua kata tersebut, maka penulis akan menggunakan teori makna mou dan ato yang dikemukakan oleh Hirotase dan Masayoshi 1994:41, Sunagawa 1998:9-10 dan Hayashi 1993:979. Selain itu, kedua kata tersebut tidak hanya didasarkan pada makna leksikalnya, tetapi juga harus didasarkan pada makna kontekstualnya. Makna sebagai objek kajian semantik yang tidak dapat diamati atau diobservasi secara empiris. Kajian dapat dilakukan terhadap makna bunyi bahasa fonestem; makna-makna satuan leksikon yang disebut dengan makna leksikal; satuan gramatikal yang disebut makna gramatikal; satuan sintaksis disebut dengan makna sintaksis dan satuan wacana yang disebut dengan makna kontekstual Chaer, 2007:68. Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik di atas, teori makna yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori kontekstual. Pateda 2001:116 menyebutkan bahwa makna kontekstual contextual meaning atau makna situasional situational meaning muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan konteks. 1.5 Tujuan dan Manfaat 1.5.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui makna mou dan ato secara umum. 2. Mengetahui perbedaan nuansa makna mou dan ato dalam kalimat berbahasa Jepang. Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk : 1. Menambah pengetahuan mengenai nuansa makna dalam bahasa Jepang, khsusunya kata mou dan ato. 2. Membantu menambah referensi yang berkaitan dengan bidang linguistik khsususnya kajian semantik untuk menunjang proses pembelajaran bahasa Jepang.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan library research. Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dengan menggunakan buku atau referensi yang berkaitan dengan masalah apa yang sedang dibahas. Sedangkan untuk teknik penyajian data di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif yaitu dengan memberikan penjabaran-penjabaran dan uraian yang menggunakan kata-kata Mahsun, 2007:92. Penelitian deskriptif mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui metode kepustakaan library research. Dalam hal ini penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, terutama buku-buku, majalah dan data-data yang berhubungan dengan linguistik bahasa Jepang baik yang berbahasa Jepang maupun yang menggunakan bahasa Indonesia. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KATA MOU DAN ATO SERTA STUDI

SINTAGMATIK

2.1 Mou dan Ato

Menurut Sudjianto 1996:80, kata mou dan ato termasuk jenis kelas kata keterangan fukushi. Seperti telah dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa fukushi dapat dipakai untuk menerangkan doushi dan menerangkan fukushi yang lainnya. Fukushi yang dapat menerangkan doushi dan fukushi yang lainnya itu termasuk pada jenis teido no fukushi. Salah satu contoh kata yang termasuk jenis teido no fukushi yaitu mou dan ato. Isami 1986:147 mengatakan bahwa teido no fukushi ialah fukushi yang menerangkan yougen terutama adjektiva-I dan adjektiva-na, dengan jelas menentukan standar batas, tingkat atau derajat keadaansifat itu. Selain itu, kedua kata tersebut bisa digolongkan ke dalam kelas kata lainnya. Misalnya, mou dapat digolongkan ke dalam kelas kata rentaishi apabila menerangkan nomina di dalam kalimat. Kemudian ato bisa berfungsi sebagai rentaishi juga, bahkan juga digolongkan ke dalam kelas kata setsuzokushi kata sambung. Oleh karena itu, untuk membedakannya diperlukan analisis berdasarkan pada letaknya di dalam suatu kalimat. Namun, sebelum menganalisisnya lebih jauh, penulis akan menjelaskan makna kedua kata tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan oleh beberapa pakar linguistik bahasa Jepang. Universitas Sumatera Utara