Kertebatasan Penelitian Karakteristik Subjek Penelitian b Usia Responden

e Seleksi Masuk Universitas Grafik 4.4.Distribusi seleksir masuk universitas responden. Dari grafik 4.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar seleksi masuk universitas responden adalah melalui jalur mandiri 44. Jalur mandiri merupakan seleksi terakhir untuk bisa masuk universitas dan mempunyai peluang lebih besar untuk bisa lulus masuk universitas. f Tahun Masuk Universitas Grafik 4.5.Distribusi jalur masuk universitas responden. Dari grafik 4.5. dapat dilihat bahwa sebagian besar tahun masuk universitas responden adalah tahun 2008 57,4. Kepaniteraan klinik sudah menjadi jadwal bagi mahasiswa angkatan 2008 dan 2009. Jumlah responden angkatan 2008 lebih banyak karena hampir seluruhnya sedang mengikuti kepaniteraan klinik, 2009 lebih sedikit karena masih ada angkatan 2009 yang belum ikut kepaniteraan klinik tahun ini, dan 2007 lebih sedikit karena sebagian besar angkatan 2007 sudah menyelesaikan kepaniteraan klinik. g Biaya Selama Masa Pendidikan Grafik 4.6. Distribusi biaya selama masa pendidikan. Dari grafik 4.6. dapat dilihat bahwa sebagian besar biaya selama masa pendidikan responden adalah biaya sendiri atau dari orang tua 76,9. Agar seluruh biaya selama masa pendidikan ditanggung beasiswa, harus mengikuti seleksi masuk universitas melalui jalur beasiswa. Sesuai dengan seleksi masuk responden , yang terbanyak adalah melalui jalur mandiri, ditambah lagi mahsiswa yang masuk melalui seleksi PMDK, SMPTN. Hal itu yang menyebabkan sebagian besar responden mendapatkan seluruh biaya selama pendidikan dari orang tua. hWaktu Membaca Dalam Sehari Grafik 4.7.Distribusi waktu membaca responden dalam sehari. Dari grafik 4.7. dapat dilihat bahwa sebagian besar waktu membaca responden dalam sehari adalah 2jam 53. Banyak nya ilmu yang harus dipelajari menyebabkan, waktu yang diluangkan untuk membaca mungkin harus lebih dari 2 jam. Pada saat kepaniteraan klinik mungkin jadwal nya lebih padat dibandingkan masa pendidikan preklinik, sehingga banyak juga responden yang waktu membaca nya kurang dari dua jam. i Sumber Bacaan Grafik 4.8. Distribusi sumber bacaan responden. Dari grafik 4.8. dapat dilihat bahwa sebagian besar sumber bacaan responden adalah semua buku, artikel, internet, jurnal sebesar 86,1. Untuk memperoleh ilmu yang banyak ataupun untuk mengerjakan tugas-tugas di kepaniteraan klinik dan dapat memahami ilmu yang selalu berkembang tidak cukup hanya dari satu sumber. Hal ini yang dialami responden sehingga memilih sumber ilmu dari buku, artikel, internet dan jurnal. j Tahun Masuk pendidikan klinik Grafik 4.9.Distribusi tahun masuk pendidikan klinik responden. Dari grafik 4.9, dapat dilihat bahwa sebagian besar tahun masuk pendidikan klinik responden adalah 2011 55,6. Hal ini sesuai dengan tahun masuk universitas responden lebih banyak 2008. Angkatan 2008 memang sudah jadwalnya masuk kepaniteraan klinik. k Stase Yang Sedang Dijalani Grafik 4.10.Distribusi stase yang sedang dijalani responden. Dari grafik 4.10. dapat dilihat bahwa sebagian besar stase yang sedang dijalani responde adalah stase mayor 58,3. Satu satase mayor bisa menampung 20 orang mahasiswa, dan rata-rata mahasiswa angkatan 2008 sedang menjalani stase mayor. Satu stase minor hanya bisa menampung mahsiswa 5-7 orang, inilah yang menyebabkan jumlah mahasisiwa stase mayor lebih banyak. 4.3 Gambaran Kesiapan SDL Grafik 4.1. Kategori kesiapan SDL. responden Kategori Rumus Batasan Rendah X - Standart deviasi 86,62 + 7,62 79 Sedang X ± Standart deviasi 79 - 94,24 Tinggi X + Standart deviasi 86,62 - 7,62 94,24 Dari tabel 4.1 dapat dilihat nilai rata-rata yang diperoleh dari uji normalitas adalah 86,62, dari uji normalitas data kesiapan SDL responden tidak normal, maka nilai yang digunakan ialah nilai median yang kemudian dimasukkan kerumus yang di atas. Grafik 4.11. Distribusi tingkat kesiapan self directed learning responden. Dari grafik 4.11. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai kesiapan self directed learning sedang 75,9 . Pada penelitian Eti Poncorini Pamungkasari sebagian besar mahasiswa tahap pendidikan profesi mempunyai kesiapan SDL yang tinggi. 2

4.4 Hubungan Kesiapan SDL dengan Usia

Tabel.4.2. Distribusi hubungan kesiapan SDL dengan usia. Usia 20 21 22 23 24 Total P Value SDL Rendah 7 2 11 0,053 Sedang 2 8 39 30 2 82 Tinggi 1 1 5 8 3 15 Total 3 9 51 40 5 108 Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji lambda diperoleh nilai p = 0,053, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar mandiri dengan usia responden karena nilai p α 0,05. Sebagian besar responden dengan nilai SDL rendah adalah usia 22 tahun 7 orang,sebagian responden dengan kesiapan SDL sedang adalah usia 22 tahun 39 orang, kemudian sebagian besar responden dengan kesiapn SDL tinggi adalah usia 23 tahun 8 orang. Brockett Hiemstra menyatakan bahwa bertambahnya usia secara nyata berhubungan dengan bertambahnya skor SDLRS. Terlihat adanya hubungan yang positif antara usia dengan skor SDLRS . Dilihat dari hasil penelitian sebelumnya, semakin bertambah usia dari responden maka semakin tinggi jumlah skor SDLRS atau semakin tinggi kesiapan SDL responden tersebut. Menurut teori di atas bila dikaitkan dengan hasil penelitian ini, seharusnya responden dengan usia lebih tinggi maka akan mempunyai skor SDLRS yang tinggi atau kesiapan SDL yang tinggi, tetapi pada kenyataannya tidak semua responden dengan usia lebih tinggi mempunyai kesiapan SDL yang tinggi. 6

4.5. Hubungan Kesiapan SDL dengan Jenis Kelamin

Table 4.3. Distribusi hubungan kesiapan SDL dengan Jenis kelamin responden. Jenis kelamin laki-laki Perempuan Total P Value SDL Rendah 5 6 11 0, 000 Sedang 30 52 82 Tinggi 4 11 15 Total 39 69 108 Tabel 4.3. memperlihatkan bahwa hasil uji statistik menggunakan uji lambda diperoleh nilai p = 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kesiapan SDL dengan jenis kelamin responden karena nilai p α 0,05. Sebagian besar responden dengan nilai SDL rendah adalah perempuan 6 orang, sebagian responden dengan kesiapan SDL sedang adalah perempuan 52 orang, kemudian sebagian besar responden dengan kesiapan SDL tinggi adalah perempuan 11 orang. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai SDL. Adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan anak perempuan menyebabkan adanya perbedaan seperti prestasi dalam belajar, nampak bahwa wanita lebih konsisten dan lebih rajin dari pada pria. Penelitian Darmayanti menyatakan bahwa, terdapat perbedaan skor SDLRS antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Skor SDLRS perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori diatas. 6

4.6 Hubungan Kesiapan SDL dengan Asal Sekolah

Tabel 4.4. Hubungan kesiapan SDL dengan asal sekolah. Asal sekolah SMA Aliyah Pesantren Total P Value SDL Rendah 10 1 11 0,007 Sedang 56 8 18 82 Tinggi 13 1 1 15 Total 79 10 19 108 Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa hasil uji statistik menggunakan uji lambda diperoleh nilai p = 0,007, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kesiapan SDL dengan asal sekolah responden karena nilai p α 0,05. Sebagian besar responden dengan nilai SDL rendah adalah mahasiswa yang asal sekolah SMA 10 orang, sebagian responden dengan kesiapan SDL sedang adalah mahasiswa yang asal sekolah SMA 56 orang, kemudian sebagian besar responden dengan kesiapn SDL tinggi adalah mahasiswa yang asal sekolah SMA 13 orang. Dari hasil tabel di atas dapat dilihat ternyata nilai kesipan SDL rendah, sedang dan tinggi adalah asal sekolah SMA, hal ini menjelaskan nilai rata-rata kesiapan SDL asal SMA lebih tinggi, karena jumlah responden asal sekolah SMA lebih banyak dari jumlah responden asal sekolah madrasah aliyah dan pesantren. Untuk mencapai kesiapan SDL kembali ke pribadi setiap mahasiswa, harus bisa memahami kebutuhan, kekurangan,dan apa yang harus diperbaiki dari sistem belajar mahasiswa untuk mencapai target yang dibutuhkan. 6 Semua mahasiswa dapat meningkatkan kesiapan SDL, tanpa memandang asal sekolah SMA, madrasah aliyah atau pesantren, karena pada saat sudah menempuh perkuliahan semua berkesempatan untuk mendapatkan nilai SDL yang tinggi, semuanya kembali kepada kesadaran masing-masing mahasiswa untuk meningkatkan kesiapan SDL. Hasil statistik di atas menjelaskan ternyata nilai rata-rata skor SDLRS mahasiswa dengan asal sekolah SMA lebih tinggi.

4.7 Hubungan Kesiapan SDL dengan Jalur Masuk

Tabel 4.5. Hubungan kesiapan SDL dengan jalur masuk universitas. Jalur masuk mandiri PMDK SMPTN Beasiswa Total P Value SDL Rendah 6 2 2 1 11 0,141 Sedang 36 20 6 20 82 Tinggi 2 11 2 15 Total 44 33 8 23 108 Tabel 4.5. memperlihatkan bahwa hasil uji statistik menggunakan uji lambda diperoleh nilai p = 0,141, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesiapan SDL dengan jalur masuk universitas responden karena nilai p α 0,05. Sebagian besar responden dengan nilai SDL rendah adalah mahasiswa yang jalur masuk universitas melalui jalur mandiri 6 orang, sebagian responden dengan kesiapan SDL sedang adalah mahasiswa yang jalur masuk universitas melalui jalur mandiri 36 orang, kemudian sebagian besar responden dengan kesiapn SDL tinggi adalah mahasiswa yang jalur masuk universitas melalui jalur PMDK 11 orang. Walaupun masuk universitas melalui seleksi yang berbeda-beda dari setiap responden, tetapi pada sat sebelum ikut seleksi harus memenuhi kriteria terlebih dahulu seperti harus lulus SMA sederajat, jurusan IPA sewaktu masa SMA. Maka seharus nya semua mahasiswa bisa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan nilai kesipan SDL yang tinggi pada saat sudah menempuh perkuliahan baik yang jalur masuk universitas melalaui jalur mandiri, PMDK, SMPTN, maupun jalur beasiswa.

4.8 Hubungan Kesiapan SDL dengan Tahun Masuk Universitas

Tabel 4.6. Hubungan kesiapan SDL dengan tahun masuk universitas. Tahun masuk Universitas 2007 2008 2009 Total P Value SDL Rendah 2 7 2 11 0,032 Sedang 2 42 38 82 Tinggi 13 2 15 Total 4 62 42 108