Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

(1)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2012 SKRIPSI

DISUSUN OLEH IKA SUSWANTI NIM: 108101000044

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H/ 2013M


(2)

(3)

ii Skripsi, 11 Januari 2013

Ika Suswanti, NIM: 108101000044

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

xix + 122 halaman, 29 tabel, 2 bagan, 1 gambar, 1 lampiran ABSTRAK

Makanan cepat saji merupakan makanan cepat saji yang dalam proses memasaknya tidak membutuhkan waktu yang lama, Makanan cepat saji merupakan makanan yang digemari oleh remaja khususnya mahasiswa. Makanan cepat saji mudah ditemukan dan bisa dikonsumsi dalam kondisi apapun. Resiko gangguan kesehatan dari makanan cepat saji dapat diperoleh dari segi makanan yang memiliki kalori cukup tinggi namun rendah zat gizi lain, kandungan bahan tambahan pangan yang digunakan, serta penggunaan kemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau daftar pertanyaan mengenai karakteristik siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan yaitu, jenis kelamin, pengetahuan, status gizi, pendapatan, faktor makanan (rasa, tekstur, warna, bumbu, bentuk, harga), jumlah keluarga dan perpindahan penduduk. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012 yang berjumlah 1345 mahasiswa dengan jumlah sampel 181 orang.

Hasil penelitian menunjukan jumlah responden yang melakukan pemilihan makanan cepat saji dengan baik lebih tinggi yaitu sebesar (60,8%) dibandingkan dengan responden yang melakukan pemilihan makanan cepat saji kurang baik (39,2%). Hal ini berarti sebagian besar mahasiswa memiliki kesadaran akan pentingnya memilih makanan yang sehat namun sesuai selera. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan, pendapatan, rasa, tekstur, bentuk, bumbu, harga, jumlah keluarga dan perpindahan penduduk terhadap pemilihan makanan cepat saji, Namun terdapat hubungan antara status kesehatan (P-value 0,001) dan warna (P-value 0,03). Pemilihan makanan pada mahasiswa FKIK lebih mengarah pada kesadaran akan keamanan pangan, namun rendah perhatiannya dalam hal kandungan gizi dari makanan cepat saji tersebut. Oleh karena itu, akan lebih baik jika keduanya mendapat perhatian yang sama. Perhatian akan kandungan gizi bisa mengurangi resiko terjadinya penyakit degenerative di kemudian hari.

( Daftar Bacaan 62 (1989 – 2012) )


(4)

iii

Thesis, January 2013

Ika Suswanti, NIM: 108101000044

Determine of The Factors Associated With The Selection of Fast Food at the Faculty Of Medicine And Health Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. xix+ 122 pages, 29 tables, 2 charts, 1 figure, 1 appendix

ABSTRACT

Fast food in the cooking process does not require a long time, fast food is the food most liked by teenagers, especially students that are still in their late teens. Penchant for fast food because fast food is easy to find and can be consumed in any condition. Actually, fast food is not always harmful to health, it depends on the ability of one's own food choices. The risk of health problems from fast food can be obtained in terms of the food itself that has high calories but low in other nutrients, food additives ingredients used, and the use of packaging. The purpose of this study was to determine the factors associated with the selection of Fast Food In Faculty of Medicine and Health Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

This research is a quantitative study using a cross-sectional study design. The instrument used in this study is a questionnaire or a list of questions about the characteristics of students and the factors that influence the choice of food that is, sex, knowledge, nutrition status, income, dietary factors (taste, texture, color, flavor, shape, price), family size and population displacement. The population in this study were all students FKIK UIN Jakarta in 2012 which amounted to 1345 students with a sample of 181 people.

The results showed the number of respondents who did the selection of fast food with the amount of either higher (60.8%) compared with those who did the selection of fast food is not good (39.2%). This means that most of the students have an awareness of the importance of choosing healthy foods, but according to taste. In this study the result that there is no relationship between gender, knowledge, income, taste, texture, shape, flavor, price, number of families and people movement against fast food selection, but there is a relationship between health status (P-value 0.001) and color (P-value 0.03) for the selection of fast food. The selection of food at a student lead FKIK more awareness of food safety, but low concern in terms of nutritional content of fast food is. Therefore, it would be better if they receive the same attention. Attention will be able nutrients reduce the risk of degenerative diseases later in life.

(Reading List 62 (1989-2012))


(5)

(6)

(7)

vi Identitas Diri

Nama : Ika Suswanti

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Juni 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kedungwuluh, RT 07/RW 03 no.197

Padaherang, Ciamis, Jawa Barat

Hp : 085718591334

Email : icha.ydoet@gmail.com

Pendidikan Formal

Tahun 1994-1995 : TK Nurul Huda

Tahun 1995-2001 :SDN 1 Kedungwuluh

Tahun 2001-2004 : SMPN 1 Padaherang

Tahun 2004-2007 : SMAN 1 Banjarsari


(8)

vii

Skripsi ini saya Persembahkan

terUntuk Ibu dan Ayah saya terCinta serta

Sahabat dan orang-orang Baik yang membantu

mewujudkan mimpi-mimpi saya

ῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺῺ

Mulailah segala sesuatu dengan selalu berprasangka baik

kepada Allah

Karenanya merupakan salah satu syarat terkabulnya

doa..

Dalam setiap harapan pastikan itu selalu bersamaNya

Manusia hanya cukup ber-

“Usaha, Doa, Yakin dan

Pasrah”

Dengan izin-Nya, segala sesuatu diluar logika manusia

akan terjadi sesuai kehendak-Nya

Karena Dialah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk

hamba-Nya


(9)

viii

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang maha segalanya, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012 ”. Shalawat dan salam penyusun haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya dari alam kejahiliyaan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penyusun mengucap rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada :

1. Ibu dan Ayah tercinta yang memberikan bantuan doa, moril maupun materil yang tak terhingga dan selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi saya. Kakak dan Adik-adiku, kak Asri Nirmala, Nurasisyiyah, Abdi Maulana dan si kecil penyemangat hidupku M. Insan Kamil. terima kasih atas segala dukungan

dan do’a yang selalu ada dalam setiap fase hidupku.

2. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Febriati, Msi, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf serta segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penyusun.

4. Bapak M.Farid Hamzens Msi, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, pikiran, arahan serta semangat dan motivasi kepada penyusun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan budi mulia Bapak.

5. Ibu Yuli Amran, MKM, selaku dosen pembimbing II dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, pikiran, arahan serta semangat dan


(10)

ix

6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, Skn, Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM, dan Ibu Itje , atas kesediaannya menjadi dosen penguji. Terima kasih atas bimbingan, arahan, dan saran yang berharga bagi penulis.

7. Seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta angkatan 2009-2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah bersedia untuk menjadi responden penelitian penyusun, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya. Terlebih kepada Yusna & Danie Farmasi 2010, Angga PSPD 2010, Indah Keperawatan 2011, Faulia Keperawatan 2009, Ilham Keperawatan 2010 dan adik-adik jurusan Kesehatan masyarakat atas bantuannya membantu penyusun untuk terkumpulnya kuesioner. Semoga kalian semua juga dimudahkan dalam setiap urusannya.

8. Sahabat-sahabat terhebat saya Melda Santi (sahabat sekaligus rekan seperjuangan saya terima kasih atas segala bantuannya ya mel..), Nurmalita Sani, Dimiyati Syahidah, Rima Zeinnamira, Resti Ratnawati, Oki Oktaviani (terima kasih atas semua pengalaman, canda, tawa, senang, susah yang membuat cerita di kehidupan penyusun yang nggak akan pernah terlupakan) serta semua teman-teman jurusan Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 yang sedang sama-sama berjuang dan saling mengingatkan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga menyadari kekurangan-kekurangan yang sangat mungkin terjadi dalam penulisan kesempurnaan skripsi ini. Meskipun demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembacanya. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Jakarta, Januari 2013 Penulis


(11)

x

LEMBAR PERNYATAAN ………...……….. i

ABSTRAK ……… ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .……….. iv

LEMBAR PENGESAHAN ………... v

RIWAYAT HIDUP ………... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ………... vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xv

DAFTAR BAGAN ……….. xviii

DAFTAR GAMBAR ……… xix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah ……… 8

C. Pertanyaan Penelitian ………... 10

D. Tujuan………... 11

1. Tujuan Umum ……….. 11

2. Tujuan Khusus………... 11

E. Manfaat……….. 12

1. Manfaat Bagi Remaja………. 12

2. Manfaat Bagi Peneliti lain……..………... 12

F. Ruang Lingkup Kegiatan ……… 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..… 14

A. Makanan Cepat Saji………. 14

1. Penggunaan Kemasan……….. 16

2. Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji……… 25

3. Bahan Tambahan Makanan ………... 26

4. Pemilihan Makanan………. 32


(12)

xi

3. Jenis kelamin...………. 34

4. Pendapatan ...……….. 35

5. Keterampilan Memasak………. 36

6. Status Gizi .……… 37

7. Faktor Makanan ……… 37

8. Musim dan Tingkatan sosial ……… 42

9. Mobilitas……….………... 42

10.Pekerjaan dan Jumlah Keluarga………. 43

11.Perpindahan penduduk/tempat tinggal ……….. 45

C. Kerangka Teori ………. 45

BAB III KERANGKA KONSEP ....………...……. 47

A. Kerangka Konsep…...………...………. 47

B. Definisi Operasional …...………... 50

C. Hipotesis Penelitian…...……….… 52

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN …...………...…... 53

A. Desain Penelitian…...………...………..……….... 53

B. Lokasi dan Waktu Penelitian…...………...……...… 53

C. Populasi dan Sampel…...………...………...………. 53

D. Pengumpulan Data……….……...……… 55

E. Pengukuran Data …...………..……..……….. 56

F. Pengolahan Data…...…………...……...………... 58

G. Analisa Data ……….. 59

BAB V HASIL………. 61

A. Gambaran Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta……… 61 B. Analisis Univariat ……… 64

1. Gambaran Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012………...


(13)

xii

4. Gambaran Status Gizi……… 66

5. Gambaran Rasa ………. 67

6. Gambaran Tekstur ………. 67

7. Gambaran Warna….……….. 68

8. Gambaran Bentuk ………. 69

9. Gambaran Bumbu ………. 70

10.Gambaran Harga ………... 70

11.Gambaran Perpindahan Tempat Tinggal……… 71

12.Gambaran Uang Saku……… 72

C.Analisis Bivariat……… 73 1. Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pemilihan Makanan Cepat

Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………... 73

2. Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

74

3. Analisis Hubungan Antara Status Gizi Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012……….…...

75

4. Analisis Hubungan Antara Rasa Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

76

5. Analisis Hubungan Antara Tekstur Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

77

6. Analisis Hubungan Antara Warna Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………


(14)

xiii

2012………

8. Analisis Hubungan Antara Bumbu Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

81

9. Analisis Hubungan Antara Harga Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

82

10.Analisis Hubungan Antara Perpindahan Tempat Tinggal Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Tahun

2012………

83

11.Analisis Hubungan Antara Uang Saku Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

85

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ………..……... 87 B. Pemilihan Makanan Cepat Saji ………. 88 C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemilihan Makanan

Cepat Saji………...

92

1. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

92

2. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………....…

96

3. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………


(15)

xiv

2012………

5. Hubungan Antara Rasa Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

107

6. Hubungan Antara Tekstur Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

110

7. Hubungan Antara Warna Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

111

8. Hubungan Antara Bentuk Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012……….………...

114

9. Hubungan Antara Bumbu Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

115

10.Hubungan Antara Harga Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………

116

11.Hubungan Antara Perpindahan Tempat Tinggal Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun

2012………..……….

117

BAB VII PENUTUP ……….

A. Simpulan ………. 120

B. Saran ……… 121

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

xv Nomor

Tabel

Hal

2.1 Beberapa definisi yang dikaitkan dengan makanan cepat saji 15 2.2 Jenis Bahan Pengawet Yang Diperbolehkan 28 2.3 Jenis bahan pewarna yang diperbolehkan 29 5.1 Jumlah dan Distribusi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun

2012

61

5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Keterlibatan Responden dalam Pemilihan Makanan Cepat Saji

62

5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Cepat Saji Yang Sering di Konsumsi

63

5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012

64

5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012

65

5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

66

5.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

66

5.8 Distribusi Frekuensi Variabel Rasa Dalam Memilih Makanan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

67

5.9 Distribusi Frekuensi Variabel Tekstur Dalam Memilih Makanan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

68

5.10 Distribusi Frekuensi Variabel Warna Dalam Memilih Makanan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN


(17)

xvi

Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

5.12 Distribusi Frekuensi Variabel Bumbu Dalam Memilih Makanan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

70

5.13 Distribusi Frekuensi Variabel Harga Dalam Memilih Makanan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

71

5.14 Distribusi Perpindahan tempat tinggal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

71

5.15 Distribusi Uang Saku Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012

72

5.16 Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

73

5.17 Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

74

5.18 Analisis Hubungan Antara Status Gizi Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

75

5.19 Analisis Hubungan Antara Rasa Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

76

5.20 Analisis Hubungan Antara Tekstur Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

78


(18)

xvii

5.22 Analisis Hubungan Antara Bentuk Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

80

5.23 Analisis Hubungan Antara Bumbu Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

81

5.24 Analisis Hubungan Antara Harga Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

82

5.25 Analisis Hubungan Antara Perpindahan Tempat Tinggal Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012

84

5.26 Analisis Hubungan Antara Uang Saku Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012


(19)

xviii

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 46


(20)

xix

2.1 Ukuran yang tepat dalam memakai pengawet dan pewarna yang aman


(21)

1 A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan satu fase yang penting dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia karena masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007). Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja. Keadaan gizi remaja umumnya dipengaruhi oleh perilaku konsumsi makanan yang berakibat pada tingkat konsumsi zat gizi.

Perilaku konsumsi makanan yang salah pada masa remaja menyebabkan ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Thamrin dkk, 2008). Hal inilah yang dapat menyebabkan kondisi remaja mengarah kepada kelebihan gizi maupun kekurangan gizi. Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi pada masa remaja merupakan dampak dari suatu perilaku makan yang salah dan merupakan masalah utama yang harus segera ditanggulangi karena fase remaja merupakan fase akhir dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia (Husaini dalam Siagian, 2004). Dampak dari perilaku makan yang salah pada masa remaja akan berpengaruh pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya setelah dewasa dan berusia lanjut.

Perilaku makan yang salah yang tampak saat ini yaitu munculnya anggapan bahwa mengonsumsi makanan cepat saji merupakan sebuah tren di


(22)

kalangan remaja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Education Authority (2002) dalam Sihaloho (2012), usia 15 – 34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih mengonsumsi makanan cepat saji, keadaan tersebut dapat dipakai sebagai cermin dalam tatanan masyarakat Indonesia, bahwa rentang usia tersebut adalah golongan pelajar dan pekerja muda. Golongan usia ini memiliki aktivitas yang tinggi dari usia lainnya, makin tingginya aktivitas mengakibatkan seseorang melakukan pemilihan makanan, mengonsumsi makanan secara praktis tapi tetap beragam merupakan salah satu pilihan yang dianggap mampu mengatasi rasa lapar pada kondisi tertentu, hal tersebut mendorong seseorang untuk mengonsumsi makanan cepat saji. Kegemaran terhadap makanan cepat saji disebabkan karena makanan cepat saji mudah ditemukan dan bisa dikonsumsi dalam kondisi apapun.

Ada beberapa pengertian yang dikaitkan dengan makanan cepat saji yaitu diantaranya tergolong fast food, junk food, instan food, street food. Makanan cepat seperti fast food merupakan makanan cepat saji yang dalam proses memasaknya tidak membutuhkan waktu yang lama, makanan yang tergolong dalam kategori ini seperti fried chiken, gorengan, mie instan, humberger, pizza dll. Apabila junk food biasanya berupa makanan makanan ringan atau snack yang terbuat dari umbi-umbian, kentang, atau jagung yang dibuat chips atau serupa kripik dalam bentuk makanan kemasan, makanan ini dengan kandungan kalori tinggi, kandungan gula/ lemak/ garam tinggi dan nilai gizi yang rendah dalam hal protein, serat, vitamin dan kandungan mineral (Kaushik, at all. 2011) misalnya chips/keripik, coklat, es krim, makanan ringan dll. Instan food merupakan


(23)

makanan yang mengalami pengolahan khusus yang siap untuk disajikan dalam sekali makan atau terdispersi dalam cairan dengan waktu memasak yang singkat seperti mie instan, corn flakes, bubuk sup, bubur instan, spagety (Kaushik, at all. 2011). Sementara makanan jajanan street food merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Kepmenkes, 2003) seperti cilok, siomay, otak-otak, cakwe dll.

Mengonsumsi makanan cepat saji tidak membahayakan kesehatan jika seseorang dapat membatasi makanan cepat saji serta memperhatikan keamanan pangan dari makanan yang dikonsumsinya. Namun sayangnya dengan ditengah berkembangnya industri makanan cepat saji, terdapat kecurangan produsen dalam menghasilkan makanan cepat saji sehingga hal tersebutlah yang dapat membahayakan konsumen makanan cepat saji. Oleh karena itu seseorang perlu memiliki kemampuan untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji yang sesuai selera namun sesuai dengan syarat kesehatan.

Umunya remaja kurang menyadari bahwa konsumsi makanan yang cepat saji memiliki dampak negatif bagi kesehatan tubuh, resiko gangguan kesehatan dari makanan cepat saji tersebut dapat diperoleh dari segi makanan itu sendiri yang memiliki kalori cukup tinggi namun rendah zat gizi lain, kandungan bahan tambahan pangan yang digunakan, serta dalam penyajiannya makanan cepat saji dapat dikonsumsi langsung ditempat atau disajikan dalam kemasan. Namun, biasanya remaja lebih menyukai makanan cepat saji yang di kemas dalam


(24)

kemasan untuk kepraktisan, padahal kemasan yang digunakan sebagai pengemas juga perlu diwaspadai sebagai resiko dari makanan yang disajikan dengan cara dikemas.

Makanan cepat saji biasanya merupakan penyebab utama remaja malas makan karena memiliki kalori yang cukup tinggi sehingga selalu merasa kenyang namun kandungan nutrisinya terbatas. Kandungan kalori yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor penyebab obesitas. Selain itu, makanan cepat saji menyebabkan remaja mengalami kekurangan zat gizi lain seperti protein, vitamin dan serat karena kandungannya yang rendah (Muwakhilda, 2008). Bahan tambahan pangan yang terkandung pada makanan juga merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena pada umumnya makanan cepat saji tersebut mengandung zat-zat tambahan makanan seperti pemanis, pewarna, pengawet dan penguat rasa (Ramayulisdkk, 2008). Penggunaan bahan tambahan pangan dalam produk pangan yang tidak mempunyai risiko terhadap kesehatan manusia dapat dibenarkan karena hal tersebut memang lazim dilakukan. Namun, penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan seperti menambahkan bahan kimia berbahaya pada makanan atau penggunaan bahan tambahan pangan secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan atau membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsi pangan tersebut. Penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan fungsi yang seharusnya dapat menyebabkan keracunan, gangguan fungsi hati, gangguan saluran pernafasan, sakit ginjal, gangguan paru-paru, gangguan fungsi hati, gangguan pencernaan, kanker atau bahkan kematian.


(25)

Dari hasil analisis sampel yang dilakukan BPOM pada tahun 2001 hingga 2003, masih terdapat pangan olahan yang menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti: rhodamin, boraks, dan formalin. Hasil analisis sampel pangan yang mengandung rhodamin B (dari 315 sampel, 155 sampel mengandung rhodamin-B /49%), boraks (dari 1222 sampel, 129 sampel mengandung boraks /11%) serta formalin dari 242 sampel 80 sampel mengandung formalin / 33%). Dimana jenis pangan tersebut diantaranya mie basah, makanan ringan, kerupuk, dan terasi (BPOM, 2004).

Disamping mengandung kalori tinggi dan rendah zat gizi lain, serta mengadung bahan tambahan pangan, kemasan makanan pun merupakan salah satu faktor resiko makanan yang di kemas dalam kemasan dianggap memiliki dampak negatif bagi tubuh. Dari sisi “food safety” kemasan makanan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling sering kita jumpai saat ini adalah plastik, kertas dan styrofoam. Penggunaan jenis wadah tersebut beresiko menimbulkan gangguan kesehatan karena bahan dasar pembuatan jenis kemasan maupun pigmen warna kemasan bisa bermigrasi ke makanan pada kondisi tertentu sehingga jika terus menerus terakumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker (Sulchan, 2007).

Berbagai faktor mempengaruhi remaja dalam pemilihan makanan yang dikonsumsinya. Secara garis besar dikelompokan menjadi tiga determinan yaitu


(26)

faktor individu, makanan dan lingkungan (Sanjur, 1982 dalam Azrimaidaliza dkk, 2008). Menurut Kristianti (2009) faktor yang membuat para remaja lebih memilih mengonsumsi makanan capat saji antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan di rumah sehingga remaja lebih memilih membeli makanan diluar (fast food), lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang mendukung dalam hal besarnya uang saku remaja. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan seringnya mengonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial remaja, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas.

Tren mengonsumsi makanan cepat sajipun, tidak hanya terlepas pada masyarakat awam yang kurang memahami dampak yang ditimbulkan dari makanan cepat saji, seseorang yang cukup mengerti akan dampak tersebut seperti mahasiswa kesehatan cukup memiliki minat terhadap makanan cepat saji ini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trigan (2012) yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap makanan siap saji, diketahui bahwa sebanyak 83,6% mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik mengenai makanan siap saji, bila dilihat dari sikap terhadap makanan cepat saji yaitu sebesar 62,1% memiliki sikap yang baik, namun bila dilihat dari tindakan mengonsumsi makanan cepat saji sebanyak 37,9% menyatakan sangat sering mengonsumsi, 33,7% menyatakan sering dan sebanyak 28,4% menyatakan jarang mengonsumsi makanan cepat saji dimana jenis makanan yang paling sering dikonsumsi


(27)

dikalangan mahasiswa itu sendiri beberapa diantaranya adalah gorengan yang merupakan makanan paling sering dikonsumsi setiap hari dengan persentase 69,5%, mie instan sebanyak 63,2%, ayam goreng kentucky 61,1%, mie goreng 55,8% dan mie ayam dengan persentase 53,7%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap makanan cepat saji tidak menutup kemungkinan seseorang untuk tidak mengonsumsi makanan cepat saji.

Perilaku pemilihan makanan yang baik adalah salah satu perilaku hidup sehat yang merupakan bagian dari usaha preventif dan promotif yang harus ada dalam citra diri mahasiswa kesehatan, namun sayangnya hal tersebut masih kurang mendapat perhatian dari kalangan mahasiswa kesehatan itu sendiri. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 responden remaja dengan rata-rata usia 19-21 tahun pada mahasiswa kesehatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, frekuensi mengonsumsi fast food sejenis mie instan 80% diantaranya mengonsumsi mie instan 1-2 kali/minggu, sementara dalam mengonsumsi junk food paling banyak mengonsumsi roti kemasan yaitu hampir 50% diantara mengonsumsi roti kemasan 3-4 kali/minggu. Dalam mengonsumsi street food 50% diantanya mengonsumsi bakso dan mie ayam 1-2 kali/minggu, dan 60% diantarnya mengonsumsi siomay 1-2 kali/minggu. Dari data tersebut dapat disimpulkan kemungkinan dalam satu minggu mahasiswa mengonsumsi beragam makanan cepat saji yang berbeda setiap harinya.


(28)

Sementara dalam hal pemilihan makanan pada mahasiswa FKIK diantaranya sebanyak 70% responden menyatakan kadang-kadang mempertimbangkan kandungan gizi makanan, dalam hal pertimbangan terhadap bahan tambahan pangan hampir 50% diantaranya masih kurang mempertimbangkan keamanan penggunaan BTP dimana hampir separuh responden menyatakan kadang-kadang masih tetap membeli makanan walaupun memiliki warna yang mencolok, serta dalam hal pertimbangan terhadap kemasan yang digunakan 50% diantaranya masih tetap membeli makanan yang dikemas mengunakan plastik hitam, 60% diantaranya masih tetap membeli walaupun makanan dikemas dengan menggunakan stryofoam, dan 60% diantaranya masih tetap membeli walaupun makanan dikemas dengan kertas yang bertinta. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian pada remaja kalangan mahasiswa kesehatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

B. Rumusan Masalah

Tren dalam mengonsumsi makanan cepat saji tidak hanya terjadi pada masyarakat biasa, seseorang yang mengerti akan dampak yang ditimbulkan dari makanan cepat saji cukup memiliki minat yang tinggi pada makanan ini, dimanan salah satunya mahasiswa kesehatan. Perilaku pemilihan makanan yang baik adalah salah satu perilaku hidup sehat yang merupakan bagian dari usaha preventif dan promotif yang harus ada dalam citra diri mahasiswa kesehatan, namun sayangnya hal tersebut masih kurang mendapat perhatian dari kalangan mahasiswa kesehatan itu sendiri.


(29)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Trigan (2012) dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap yang baik terhadap makanan cepat saji tidak menutup kemungkinan seseorang untuk tidak mengonsumsi makanan cepat saji. Sementara berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 responden remaja dengan rata-rata usia 19-21 tahun pada mahasiswa kesehatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, frekuensi mengonsumsi fast food sejenis mie instan 80% diantaranya mengonsumsi mie instan 1-2 kali/minggu, sementara dalam mengonsumsi junk food paling banyak mengonsumsi roti kemasan yaitu hampir 50% diantara mengonsumsi roti kemasan 3-4 kali/minggu. Dalam mengonsumsi street food 50% diantanya mengonsumsi bakso dan mie ayam 1-2 kali/minggu, dan 60% diantarnya mengonsumsi siomay 1-2 kali/minggu. Dari data tersebut dapat disimpulkan kemungkinan dalam satu minggu mahasiswa mengonsumsi beragam makanan cepat saji yang berbeda setiap harinya. Dalam hal pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK diantaranya sebanyak 70% responden menyatakan kadang-kadang mempertimbangkan kandungan gizi makanan, dalam hal pertimbangan terhadap bahan tambahan pangan hampir 50% diantaranya masih kurang mempertimbangkan keamanan penggunaan BTP dimana hampir separuh responden menyatakan kadang-kadang masih tetap membeli makanan walaupun memiliki warna yang mencolok, serta dalam hal pertimbangan terhadap kemasan yang digunakan 50% diantaranya masih tetap membeli makanan yang dikemas mengunakan plastik hitam, 60% diantaranya masih tetap membeli walaupun makanan dikemas dengan menggunakan steryofoam, dan 60% diantaranya masih


(30)

tetap membeli walaupun makanan dikemas dengan kertas yang bertinta. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada mahasiswa kesehatan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Pertanyaan penelitian

a. Bagaimana gambaran pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah ?

b. Bagaimana gambaran faktor individu (usia, jenis kelamin, pengetahuan, pendapatan, status kesehatan) mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah ? c. Bagaimana gambaran faktor makanan (rasa, warna, tekstur, bentuk makanan,

bumbu,harga makanan) mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah?

d. Bagaimana gambaran faktor lingkungan (perpindahan penduduk) mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah?

e. Bagaimana hubungan faktor individu (usia, jenis kelamin, pengetahuan, uang saku, status gizi) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK?

f. Bagaimana hubungan faktor makanan (rasa, warna, tekstur, bentuk, bumbu, harga makanan) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK?

g. Bagaimana hubungan faktor lingkungan (pengaruh perpindahan penduduk) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK?


(31)

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran pemilihan pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

b. Mengetahui gambaran faktor individu (usia, jenis kelamin, pengetahuan, uang saku, status gizi) mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah. c. Mengetahui gambaran faktor makanan (rasa, warna, tekstur, bentuk,

bumbu, harga makanan) mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah. d. Mengetahui gambaran faktor lingkungan (pengaruh perpindahan

penduduk) mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

e. Mengetahui hubungan faktor individu (usia, jenis kelamin, pengetahuan, pendapatan, status gizi) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

f. Mengetahui hubungan faktor makanan (rasa, warna, tekstur, bentuk, bumbu, harga makanan) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

g. Mengetahui hubungan faktor lingkungan (pengaruh perpindahan tempat tinggal) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah.


(32)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi remaja

a. Dapat memberikan memberi informasi terkait gambaran perilaku pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

b. Dapat memberikan motivasi agar mahasiswa mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah dapat melakukan pemilihan makanan cepat saji dengan baik.

2. Bagi Penelitian lain

a. Dapat memberikan masukan dan referensi ilmu sebagai bahan pembelajaran dalam memperkaya ilmu dari hasil penelitian.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang lingkupnya.

F. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan pada bulan Juni – Desember 2012. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang terkait “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”


(33)

sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIK dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross sectional.


(34)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan cepat saji

Produk makanan cepat saji dewasa ini beragam dan terus berkembang sehubungan dengan pergeseran pola konsumsi masyarakat. Produk makanan cepat saji menjadi popular karena pelayanannya yang cepat, praktis, nyaman dan harganya yang relatif terjangkau. Bagi masyarakat kota, makanan cepat saji merupakan jawaban akan terbatasnya waktu dimana sebagian besar mobilitas kehidupan masyarakat kota dilakukan diluar rumah sehingga tidak punya waktu untuk makan didalam rumah (Sudarisman, 1996 dalam Fitria, 2000).

Menurut Bertram (1975) dalam Fitria, (2000) makanan cepat saji mengandung dua arti yang berbeda, namun keduanya sama-sama mengacu pada penghidangan dan konsumsi makanan secara cepat. Kedua arti tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) makanan capat saji dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu seminimal mungkin; 2) makanan cepat saji dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dikonsumsi secara cepat.

Secara umum produk makanan cepat saji dibedakan menjadi dua bentuk yaitu produk makanan cepat saji yang berasal dari barat dan lokal. Sementara dari jenis makanannnya produk fast food yang biasa dikonsumsi sebagai makanan jajanan pada saat ini terdiri dari makanan utama atau biasa dikenal dengan istilah meals, makanan kecil atau biasa disebut dengan snack dan


(35)

minuman yang biasa disebut beverages (Fardiaz &Guhardja, 1996 dalam Fitria, 2000).

Sementara menurut Kaushik, at all (2011) makanan cepat saji mengacu pada makanan yang dapat siap untuk dimakan. Penggunaan istilah makanan cepat saji biasa dikenal dengan sebutan fast food dan junk food. Sebagian besar junk food adalah fast food tetapi tidak semua fast food dikatakan sebagai junk food, terutama ketika fast food tersebut bergizi.

Tabel 2.1 Beberapa definisi yang dikaitkan dengan makanan cepat saji

Tipe makanan Definisi Jenis

Fast food Makanan cepat saji yang dijual di restoran atau toko yang dengan cepat disiapkan dan cepat disajikan

Burgers, pizza, fried chiken.

Junk food makanan dengan kandungan kalori tinggi, kandungan gula/ lemak / garam tinggi dan nilai gizi yang rendah dalam hal protein, serat, vitamin dan kandungan mineral.

Chips/keripik, coklat, es krim, makanan ringan dll.

Instan food Makanan yang mengalami pengolahan khusus yang siap untuk disajikan dalam sekali makan atauterdispersi dalam cairan dengan waktu memasak yang singkat

Mie instan, corn flakes, bubuk sup, bubur instan, spagety. Street food Makanan siap saji yang dijual oleh penjaja

di jalan-jalan atau vendor/tempat umum.

Siomay, batagor, cilok, otak-otak, cakwe dll. Sumber : Modifikasi Kaushik, at all. 2011 dalam Journal Indian Pediatrics


(36)

Makanan cepat saji merupakan makanan yang paling digemari oleh remaja khususnya mahasiswa yang masih tergolong pada remaja akhir. Hal tersebut karena makanan cepat mudah ditemukan dan bisa dikonsumsi dalam kondisi apapun. Sebenarnya makanan cepat saji tidak selalu membahayakan bagi kesehatan, hal tersebut dapat tergantung dari kemampuan pemilihan makanan yang dimiliki seseorang. Mengkonsumsi makanan cepat saji tidak membahayakan kesehatan jika seseorang dapat membatasi makanan cepat saji serta memperhatikan keamanan pangan dari makanan yang dikonsumsinya.

Namun sayangnya dengan ditengah berkembangnnya industri makanan cepat saji, terdapat kecurangan produsen dalam menghasilkan makanan cepat saji sehingga hal tersebutlah yang dapat membahayakan konsumen makanan cepat saji. Oleh karena itu seseorang perlu memiliki kemampuan untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji yang sesuai selera namun sesuai dengan syarat kesehatan.

Sebagian besar masyarakat mungkin kurang memperhatikan keamanan pangan dari makanan cepat saji ini, resiko kesehatan yang dapat muncul dari makanan cepat saji ini dapat berupa kandungan kalori yang cukup tinggi jika pola konsumsinya tidak diatur, bahan tambahan pangan serta pengguaan kemasan yang digunakan untuk membungkus makanan. Berikut adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilh makanan cepat saji:

1. Penggunaan Kemasan

Kemasan merupakan salah satu cara yang mudah untuk menempatkan makanan dalam kondisi apapun dan dimanapun yang bertujuan untuk


(37)

kepraktisan. Selain mempermudah konsumen dalam mengkonsumsinya, kemasan makanan juga berguna untuk melindungi kualitas pangan juga dimaksudkan untuk promosi Dari sisi “food safety” kemasan makanan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling sering kita jumpai saat ini adalah plastik dan styrofoam (BPOM, 2008).

Kemasan plastik banyak digunakan karena beberapa keunggulan dan keuntungannya. Kemasan plastik tersebut terbuat dari beberapa jenis polimer yaitu Polietilen tereftalat (PET), Polivinil klorida (PVC), Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polistirena (PS), Polikarbonat (PC) dan melamin. Diantara kemasan plastik tersebut, salah satu jenis yang cukup populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen adalah jenis polistirena terutama polistirena foam. Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan (BPOM, 2008).

Kemasan polistirena foam dipilih karena mampu mempertahankan pangan yang panas/dingin, tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan, dan inert terhadap keasaman pangan. Karena kelebihannya tersebut, kemasan polistirena foam digunakan untuk


(38)

mengemas pangan siap saji, segar, maupun yang memerlukan proses lebih lanjut. Banyak restoran siap saji menyuguhkan hidangannya dengan menggunakan kemasan ini, begitu pula dengan produk-produk pangan seperti mi instan, bubur ayam, bakso, kopi, dan yoghurt (BPOM, 2008).

Kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kemasan pangan antara lain adalah: sifat bahan kimia pangan serta stabilitasnya dalam hal komposisi kimia, biokimia, mikrobiologi, kemungkinan reaksi dan kecepatan reaksi terhadap bahan kemasan, pengaruhnya dengan suhu dan waktu. Sifat bahan kimia pengemas, kompatibilitasnya harus dinilai secara seksama. Apakah bahan kimia tersebut mudah termigrasi, misalnya pangan dengan kadar lemak tinggi atau pangan bersuhu tinggi, tidak boleh dikemas dengan plastik yang dapat berpeluang melepaskan monomer yang bersifat karsinogenik kedalam pangan, serta evaluasi terhadap pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap komposisi yang dikandung pengemas. Evaluasi terhadap faktor lingkungan ini diperlukan karena mengingat migrasi bahan toksik sangat dipengaruhi suhu, lama kontak dan jenis senyawa toksik dalam kemasan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan adalah (BPOM, 2012) : a. Sesuai derajat asam basanya (pH)

Pangan memiliki kadar asam basa yang beragam. Ada pangan yang bersifat asam, netral dan ada pula yang basa. Pangan yang bersifat asam sebaiknya tidak dikemas dalam kemasan yang terbuat dari logam. Sedangkan pangan yang bersifat netral lebih banyak memiliki kecocokan dengan banyak jenis bahan pengemas.


(39)

b. Suhu saat pengemasan dan penyimpanan.

Pengemasan pangan ada yang dilakukan pada saat pangan bersuhu tinggi (diatas 60oC), suhu kamar, ataupun suhu rendah. Pengemasan pangan pada suhu tinggi, ataupun penyimpanan pangan terkemas pada suhu tinggi dapat meningkatkan migrasi bahan kimia toksik, misalnya formaldehid dari kemasan melamin dapat bermigrasi kedalam pangan pada suhu tinggi. c. Kandungan bahan kimia dominan

Bahan kimia yang dominan dalam pangan dapat berupa protein, lemak/minyak, garam dan sebagainya. Pemilihan kemasan sebaiknya disesuaikan dengan kandungan bahan kimia pada pangan. Sebaiknya kemasan yang dipilih adalah yang tidak bereaksi dengan bahan kimia pada pangan. Sebagai contoh: pangan berkadar garam tinggi, akan dapat mendegradasi kemasan logam.

Salah satu resiko yang ditimbulkan dengan menggunakan beberapa jenis kemasan ini adalah kemungkinan untuk terjadinya migrasi bahan kima ke dalam makanan. Migrasi merupakan perpindahan bahan kimia baik itu polimer, monomer, ataupun katalisator kemasan (contoh formalin dari kemasan/wadah melamin) kedalam pangan. Migrasi bahan kimia tersebut memberikan dampak berupa penurunan kualitas pangan dan keamanan pangan, juga menimbulkan efek terhadap kesehatan. Jumlah senyawa termigrasi pada umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat berpengaruh fatal terutama pada jangka panjang (bersifat kumulatif dan karsinogenik). Faktor yang mempengaruhi migrasi adalah jenis serta


(40)

konsentrasi bahan kimia yang terkandung, sifat dan komposisi pangan, suhu dan lama kontak serta kualitas bahan kemasan (jika bahan bersifat inert atau tidak mudah bereaksi maka potensi migrasinya kecil dan demikian pula sebaliknya) (BPOM, 2012).

Migrasi bahan toksik merupakan masalah serius jangka panjang bagi kesehatan konsumen, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dalam pemilihan kemasan pangan. Menyikapi keberadaan jenis bahan kemasan yang mudah berimigrasi kedalam produk pangan, diperlukan kebijakan khusus yang efektif dan mencapai sasaran dalam pemilihan kemasan (BPOM, 2012).

Beberapa jenis bahan kemasan yang biasa digunakan (BPOM, 2012).: a. Kemasan Plastik

Plastik adalah campuran yang mengandung polimer, filler, pemlastis/plasticizer, pengawet/retard, nyala, antioksidan, lubrikan, penstabil/stabilizer panas dan pigmen warna. Jenis polimer yang banyak digunakan adalah polietilen, polipropilen, polivinil klorida dan polistirina. Risiko yang dapat ditimbulkan akibat campuran senyawa tersebut diantaranya: senyawa kimia toksik, yang merupakan akibat bermigrasinya plastik dengan produk pangan, yang dipengaruhi oleh tingginya suhu dan lamanya waktu kontak.

b. Kemasan Logam

Kemasan kaleng dapat terbuat dari berbagai jenis logam misalnya seng, aluminium dan besi. Dalam kadar rendah alumunium dan


(41)

seng tidak beracun bagi tubuh manusia. Namun perlu diperhatikan bahwa logam akan bereaksi dengan asam, yang menyebabkan logam tersebut melarut. Banyak bahan pangan yang bersifat asam, sehingga kontak antara asam dengan kemasan logam dapat melarutkan kemasan logam yang bersangkutan. Waktu kontak berkorelasi positif dengan banyaknya logam yang terlarut, artinya semakin lama waktu kontak, maka semakin banyak logam yang terlarut. Oleh karena itu perlu dipilih jenis pangan yang layak dikemas dengan kaleng atau kemasan logam, agar kualitas produk pangan tetap terjaga. Perlu pula diperhatikan penggunaan bahan tambahan pada pembuatan kaleng seperti: cat, serta bahan pelapis kaleng organik epoksi fenol dan organosol. Kaleng ataupun kemasan logam lainnya tidak boleh mengandung logam timbal, kromium, merkuri, dan kadmium karena dapat mengakibatkan efek negatif terhadap kesehatan manusia.

c. Kemasan Kertas dan Sejenisnya

Bahan pengemas yang berasal kertas dan sejenisnya sudah lama dikenal masyarakat, termasuk kertas tisu, koran bekas, ataupun kertas bekas lainnya yang telah diputihkan. Struktur dasar kertas adalah bubur kertas (selulosa) dan felted mat. Komponen lain adalah hemiselulosa, fenil propan terpolimerisasi sebagai lem untuk merekatkan serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. Pada pembuatan kertas terkadang digunakan klor sebagai pemutih, adhesive aluminium, pewarna dan


(42)

pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam kertas, yang dapat bermigrasi kedalam pangan antara lain adalah tinta dan klor.

Mengingat penggunaan kemasan kertas dapat memberikan ancaman bagi kesehatan, maka pemilihan bahan pangan yang dikemas, dan penggunaan kertas sebagai pengemas harus diperhatikan. Kertas bertinta seharusnya tidak digunakan untuk membungkus bahan pangan secara langsung. Migrasi bahan kimia berbahaya dari kemasan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan ataupun akumulasi bahan toksik.

Salah satu bahaya penggunaan kertas bekas sebagai pengemas pangan adalah adanya kontaminasi mikroorganisme, sehingga dapat merusak produk pangan dan menimbulkan penyakit. Apabila kertas bekas yang mengandung tinta digunakan untuk membungkus produk pangan yang berminyak seperti gorengan, maka minyak dalam keadaan panas dapat melarutkan timbal (Pb) yang terkandung pada tinta dan bermigrasi ke produk pangan.

Mengkonsumsi produk pangan yang terkontaminasi timbal dapat membahayakan kesehatan karena dapat menyebabkan keracunan akut yang ditandai dengan munculnya rasa haus dan rasa logam. Gejala lain yang dapat muncul adalah sembelit, kram perut,mual, muntah, kolik, dan tinja berwarna hitam, dapat pula disertai dengan diare atau konstipasi. Terhadap susunan saraf pusat, timbal anorganik dapat menyebabkan paraestesia, nyeri dan kelemahan otot, anemia berat dan hemoglobinuria akibat hemolisis. Selain itu keracunan timbal berat, dapat pula


(43)

menimbulkan kerusakan ginjal, gagal ginjal akut, dan kematian yang terjadi dalam 1-2 hari. Apabila keracunan akut teratasi, umumnya akan terlihat gejala keracunan Pb kronik. Terpapar timbal kronik diketahui bersifat neurotoksik (menyerang saraf) dan akumulatif, bahkan dapat menyebabkan kanker, gangguan fungsi ginjal (nefrotoksik), sistem hemopoietik, saluran pencernaan, pada laki-laki dapat menyebabkan penurunan kualitas sperma sehingga dapat menyebabkan kemandulan, menurunkan fertilitas, dan berpotensi menurunkan kecerdasan (IQ) pada anak - anak. Kertas bekas yang diputihkan dengan cara menambahkan klor (chlorine), bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin yaitu suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan karena bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Pada konsentrasi yang tinggi dioksin dapat menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista). Selain itu dioksin juga dapat menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis. Sedangkan pada wanita, dioksin dapat menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang tumbuh di luar rongga rahim

d. Kemasan Kaca/Gelas dan Porselen

Kaca/gelas dan porselen merupakan kemasan yang paling tahan terhadap air, gas ataupun asam, atau memiliki sifat inert. Kemasan kaca juga dapat diberi warna, banyak digunakan untuk produk minuman yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga dapat menyaring cahaya yang


(44)

masuk ke dalam kemasan kaca. Jenis kemasan ini dianggap kemasan yang paling aman untuk produk pangan. Porselen atau keramik, biasanya sering digunakan sebagai gelas atau peralatan makan. Selain ada yang dibuat dari tanah liat, ada pula porselen yang dibuat dari bahan dolomite dengan beberapa bahan campuran lainnya. Porselen cukup aman digunakan sebagai wadah makanan, terutama yang bersuhu tinggi. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan dari porselen antara lain suhu pembakaran pada saat pembuatan serta bahan bakunya.Porselen dibuat dengan cara dibakar pada suhu sangat tinggi yaitu di atas 1200°C. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat. Namun bila pembakaran kurang dari 800°C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik. Bila bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga kurang baik.Porselen dari bahan baku dolomite dengan pembakaran yang kurang sempurna, dapat berpotensi terjadi migrasi senyawa kimia kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3) dari dolomite ke dalam bahan pangan. Dolomite merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan pertanian. Warna porselen umumnya putih, sedangkan bila dengan bahan dolomite akan berwarna agak kusam.


(45)

2. Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji

Selain bahaya yang disebabkan oleh penggunaan kemasan, kandungan gizi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan makanan cepat saji dianggap membahayakan bagi kesehatan tubuh. Setiap makanan memiliki kandungan gizi tertentu sesuai dengan bahan yang diolahnya baik itu makanan ringan dalam kemasan yang pada umumnya siap disantap langsung maupun makanan olahan yang mempunyai kemungkinan untuk dikemas seperti makanan jajanan (street food) mapun fast food.

Makanan yang mempunyai kemungkinan untuk dikemas, seperti makanan jajanan (bakso, siomay, gorengan dll) umumnya tidak dapat diketahui dengan pasti kandungan gizi dari makanan tersebut kecuali bagi seseorang yang mengetahui rata-rata zat gizi dari makanan tersebut dari perhitungan sendiri maupun perhitungan yang sudah ada. Tetapi pada makanan kemasan yang siap dikonsumsi dan memiliki izin peredaran dari BPOM umumnya harus memenuhi kriteria tertentu dalam pendistribusiannya salah satunya dengan mencantumkan Informasi nilai gizi pada makanan tersebut.

Menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologists (dalam republika, 2010) manfaat memperhatikan nilai gizi makanan kemasan adalah dengan memperhatikan porsi sajian menunjukkan seberapa banyak porsi dalam kemasan tersebut bisa disajikan, membantu memperkirakan seberapa banyak kalori yang dikonsumsi setiap penyajian, mengetahui jumlah total dari lemak, termasuk lemak jenuh dan lemak trans. Lemak tersebut dapat


(46)

meningkatkan risiko kolesterol tinggi dan penyakit jantung, menghindari alergi bahan makanan tertentu. Pemilihan makanan kemasan untuk mengetahui nilai gizi, dapat melalui informasi kandungan gizi yang tertera pada produk makanan kemasan.

Di Indonesia, Informasi Nilai Gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Information atau Nutrition Fact atau Nutrition labeling merupakan salah satu informasi yang wajib dicantumkan apabila label pangan memuat sejumlah keterangan tertentu. Secara definisi lnformasi Nilai Gizi dapat diartikan sebagai daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai dengan format yang telah ditetapkan (BPOM, 2009).

Akibat yang muncul dari konsumsi makanan instan ini adalah menimbulkan dampak negatif bagi tubuh, salah satunya memicu timbulnya penyakit degeneratif karena kandungan zat gizinya yang tidak seimbang. Konsumsi diet tinggi gula, lemak jenuh, garam dan kalori dapat menyebabkan awal perkembangan obesitas, dislipidemia hipertensi, dan toleransi glukosa (Kaushik, et all, 2011). Konsumsi makanan yang dianjurkan adalah makanan pokok 3x sehari dan membatasi makanan ringan untuk 2x sehari. Dimana konsumsi makanan ringan harus dibatasi sebesar 100-200 kalori (Ladock, 2012).

3. Bahan tambahan makanan

Kehadiran makanan baik itu makanan kemasan maupun makanan olahan lainnya tidak luput oleh peranan bahan tambahan makanan (BTM) atau yang sering disebut pula bahan tambahan pangan (BTP). Definisi Bahan Tambahan


(47)

Pangan (BTP) menurut PP. No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan ialah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Sementara menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Bahan Tambahan Pangan ini berupa bahan atau campuran bahan yang secara alami dan bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan dengan tujuan diantaranya adalah untuk mengawetkan pangan, membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak, memberikan warna dan aroma lebih menarik, meningkatkan warna dan aroma lebih menarik, menghemat biaya.

Peran bahan tambahan makanan sangatlah besar dalam menghasilkan produk-produk kemasan. Keberadaan bahan tambahan makanan tersebut bertujuan untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, dengan rasa dan tekstur yang lebih sempurna. Pada intinya penggunaan bahan tambahan makanan ini telah terbukti tidak membahayakan kesehatan. Namun demikian, penggunaanya dalam dosis yang tidak terlalu tinggi atau melebihi ambang yang diizinkan akan menimbulkan masalah kesehatan Sinaga (2008). Bahan tambahan pangan yang terdapat pada makanan kemasan seperti; pewarna, pengawet, pemanis dan penguat rasa (Ramayulis dkk, 2008).


(48)

Maraknya penggunaan BTP pada makanan ringan terkait dengan beragam tujuan. Para produsen biasanya menggunakan BTP untuk mencegah produk dari bau apek (tengik), misalnya pada makanan ringan yang mengandung banyak minyak, maka ditambahkan BTP antioksidan.Selain itu pada makanan ringan biasanya ditambahkan BTP penguat rasa MSG agar makanan berasa gurih, serta ditambahkan juga BTP perisa untuk menghasilkan berbagai macam flavor seperti rasa pizza, rasa sate ayam dan barbeque.

Peraturan mengenai penggunaan BTP di Indonesia dituangkan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 722 tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Pengelompokan BTP yang diizinkan digunakan pada makanan menurut Permenkes 722/88 tersebut adalah antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet, pengeras, pewarna (pewarna alam &pewarna sintetik), penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, sekuestran. Berikut adalah jenis dan jumlah penggunaan bahan tambahan yang diperbolehkan:

Tabel 2.2 Jenis Bahan Pengawet yang Diperbolehkan Jenis pengawet Jumlah maksimum penggunaan 210 Asam benzoate 1g/kg

211 Natrium benzoate 1g/kg 220 Belerang dioksida 500mg/kg

280 Asam propionate 2g/kg (roti)/3g/kg (keju olahan) (Sumber : Badan pengawas obat dan Makanan, 2004)


(49)

Tabel 2.3 Jenis Bahan Pewarna yang Diperbolehkan Jenis Pewarna Jumlah maksimum penggunaan 124 Ponceau 4R 70mg/L (minuman) / 300mg/kg

(makanan)

129 Merah allura 70mg/L (minuman) /300mg/kg (makanan)

127 Erythrosine 300mg/kg (Sumber : Badan pengawas obat dan Makanan, 2004)

Gambar 2.1 Ukuran Yang Tepat Dalam Memakai Pengawet Dan Pewarna Yang Aman

(Sumber : Badan pengawas obat dan Makanan, 2004)

Semua senyawa kimia apabila dikonsumsi secara terus menerus dalam waktu lama mau tidak mau akan menimbulkan efek tidak baik terhadap kesehatan, oleh karena itu maka dibatasi kadar penggunaannya di dalam produk. Untuk BTP yang sudah dikaji keamanannya terutama oleh institusi terpercaya seperti komite JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives) maka dapat dipertanggungjawabkan keamanannya karena senyawa ini sudah melalui pengkajian ilmiah yang cukup mendalam dan sudah melalui serangkaian studi baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengetahui efek toksikologinya terutama pada manusia.

Senyawa yang sudah jelas menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan ialah golongan senyawa yang dilarang penggunaannya didalam


(50)

pangan seperti yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, yaitu sebagai berikut:

Asam borat (boric acid) dan senyawanya

Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt) Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate, DEPC) Dulsin (dulcin)

Kalium klorat ( potassium chlorate) Kloramfenikol (chloramphenicol)

Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils) Nitrofurazon (nitrofurazone)

Formalin (formaldehyde)

Badan POM secara rutin mengawasi pangan yang beredar di Indonesia untuk memastikan pangan yang memenuhi syarat. Dari hasil analisis sampel yang dikirimkan oleh beberapa laboratorium Balai POM antara Februari 2001 hingga Mei 2003, dapat disimpulkan bahwa masih ada pangan olahan yang menggunakan bahan kimia berbahaya (BPOM, 2004) seperti :

Rhodamin B

Rhodamin B adalah pewarna merah terang komersial, ditemukan bersifat racun dan dapat menyebabkan kanker. Bahan ini sekarang banyak disalahgunakan pada pangan dan kosmetik di beberapa negara. Kelebihan dosis bahan ini dapat menyebabkan keracunan, berbahaya jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit. Gejala keracunan meliputi iritasi pada


(51)

paru-paru, mata, tenggorokan, hidung dan usus. Rhodamin B tersedia di pasar untuk industri tekstil. Bahan tersebut biasanya dibeli dalam partai besar, dikemas ulang dalam plastik kecil dan tidak berlabel sehingga dapat terbeli oleh industri kecil untuk digunakan dalam pangan.

Boraks

Boraks disalahgunakan untuk pangan dengan tujuan memperbaiki warna, tekstur dan flavor. Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan. Boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat (H3BO3) digunakan untuk deterjen, mengurangi kesadahan, dan antiseptik lemah. Ketika asam borat masuk ke dalam tubuh, dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit, kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian. Jika tertelan 5-10g boraks oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan kematian.

Formalin

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dan dilarang digunakan dalam industri pangan sebagai pengawet. Formaldehida digunakan dalam industri plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat dan mebel. Formaldehida juga digunakan untuk mengawetkan mayat dan mengontrol parasit pada ikan. Formalin diketahui dapat menyebabkan kanker dan bila terminum dapat menyebabkan rasa terbakar pada tenggorokan dan


(52)

perut. Sedikitnya 30 mL (sekitar 2 sendok makan) formalin dapat menyebabkan kematian.

4. Pemilihan Makanan

Definisi istilah pemilihan makanan mengandung makna kekuatan kemauan orang untuk mengendalikan makanan yang dikonsumsinya. Istilah ini mengukur seberapa kuat pemilihan tersebut dan faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan tersebut sering menjadi fokus yang utama (Gibney, 2009). Pengendalian dalam makna pemilihan makanan disini dapat diartikan kemampuan sesorang dalam memilih makanan dari aspek apapun baik berupa makanan yang sesuai dengan selera (suka/ tidak suka) maupun makanan yang sesuai dengan syarat kesehatan sehingga mengarah kepada pemilihan makanan yang baik.

Menurut Gibney (2009) keterlibatan sesorang terhadap makanan mempengaruhi alasan dalam pemilihan makanannya. Keterlibatan dalam sebuah produk berarti seseorang mengangap produk tersebut sangat penting dan bersedia menghabiskan cukup banyak waktu untuk mendapatkan pengetahuan tentang produk tersebut sehingga hal tersebut dapat memfasilitasi informed choice (memilih setelah mendapatkan informasi). Keterlibatan yang tinggi maupun rendah dalam memahami makanan yang dikonsumsinya mengarahkan sesorang untuk memiliki kemampuan melakukan pemilihan yang baik maupun kurang baik. Keterlibatan yang tinggi seperti selalu meperhatikan kandungan gizi, komposisi, tanggal kadarluasa, perhatian yang


(53)

tinggi terhadap penggunaan bahan tambahan pangan, serta perhatian terhadap penggunaan kemasan yang digunakan.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan

Menurut Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) ada tiga

faktor utama yang mempengaruhi preferensi/pemilihan makanan yaitu: a) faktor indvidu, b) faktor makanan, dan c) faktor lingkungan. Ketiga faktor

tersebut akan mempengaruhi preferensi seseorang terhadap makanan yang akhirnya akan mempengaruhi konsumsi pangan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki konsumen dapat meningkatkan kemampuan konsumen untuk mengerti suatu pesan, membantu mengamati logika yang salah, dan dapat menghindari penafsiran yang tidak benar Engel et all (1995) dalam Susanto (2008). Pengetahuan yang cukup diharapkan dapat mengubah perilaku remaja sehingga dapat memilih makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan dan seleranya.

Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan juga merupakan salah satu pertimbangan seseorang dalam memilih dan mengonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya akan lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya dibandingkan panca inderanya sebelum mengonsumsi makanan (Sediaoetama 1996 dalam Azrimaidaliza 2011).


(54)

2. Usia

Menurut Krebs et all (2007) dalam Fermi (2008), prevalensi konsumsi makanan ringan meningkat tiap individu pada anak usia 2- 18 tahun. Summebell et all (1995) menyatakan pada kelompok umur 39-59 tahun total energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan adalah sebesar 25,5 % pada laki-laki dan 21,4% pada perempuan. Sementara pada usia 65-91 tahun tahun total energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan hanya 16,6% pada laki-laki dan 17,9% pada perempuan Fermi (2008).

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pemilihan makanan (Sanjur, 2003). Menurut Gibney, et al (2009) umumnya kaum wanita tampak lebih banyak mempunyai pengetahuan tentang makanan dan gizi serta menunjukan perhatian yang lebih besar terhadap keamanan makanan, kesehatan dan penurunan berat badan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza (2008) remaja laki-laki lebih bervariasi dalam pemilihan makanan dibandingkan siswa perempuan. Hal ini disebabkan karena pada usia remaja, perempuan lebih memperhatikan body image atau citra tubuh sehingga membatasi asupan makanan. Ezelle et al (1985) dalam Fermia (2008) menyatakan bahawa pola konsumsi makanan ringan pada anak laki-laki dan anak perempuan cenderung sama meskipun asupan energi, kalsium, riboflavin pada anak laki-laki cenderung lebih tinggi dari pada anak perempuan. Konsumsi makanan ringan


(55)

pada perempuan berkontribusi 21% pada total asupan energinya sedangkan pada laki-laki hanya 14%.

4. Pendapatan

Pendapatan di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 1996 dalam Agung, 2012).

Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan beasiswa (jika penerima beasiswa). Yang dimaksud dengan uang saku dari orangtua adalah uang saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu, dari uang saku inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya mereka alokasikan kepos-pos pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi makanan dan non makanan (Agung, 2012). Menurut Benjamin et all (2004) dalam Arifyani (2010). Uang saku sangat mementukan pemilihan makanan dan konsumsi makanan. Biasanya seseorang akan memilih makanan yang sesuai dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar biasanya seseorang akan sering memilih makanan-makanan yang modern dengan pertimbangan prestice dan harapan akan diterima kalangan peer group mereka.


(56)

5. Keterampilan memasak

Keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam bidang tatacara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan.

Banyak faktor yang berbeda mempengaruhi pemilihan jenis makanan dan yang dikonsumsi, tetapi keterampilan untuk menyiapkan makanan yang tepat sangat memainkan peran penting. Kurangnya keterampilan dalam mempersiapkan dan memasak makanan bisa berdampak pada kesehatan karena hal tersebut dapat membatasi pilihan makanan (Eufic, 2011).

Makanan yang disiapkan di rumah cenderung lebih bergizi daripada yang berada dari rumah, dan berbagai makanan sehat dapat dicapai oleh orang-orang yang secara teratur memasak yang berawal dari bahan mentah yang segar

(

Caraher M, 1999)

.

Selanjutnya, memasak dari bahan mentah memberikan keleluasaan konsumen dalam pilihan bahan makanan, dan dengan demikian memungkinkan untuk melakukan pola makan sehat (terkait dengan nutrisi seperti garam, lemak jenuh dan gula) yang akan diikuti lebih ketat, untuk membantu mencapai diet gizi seimbang, karena gizi diketahui memainkan peran penting dalam kesehatan. Kemampuan persiapan makanan dan keterampilan memasak memiliki potensi untuk mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan kesehatan. Oleh karena itu, keterampilan untuk


(57)

menyiapkan makanan, mengikuti resep dan tersedianya fasilitas, dapat berdampak pada pilihan makanan (Eufic, 2011).

6. Status Gizi

Suhardjo (2003) menyatakan bahwa status gizi merupakan bagian yang penting dari status kesehatan sesorang. Status gizi sering digunakan sebagai cara untuk mengevaluasi keseimbangan antara asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan energi yang digunakan atau dikeluarkan untuk beraktivitas. Sehingga perbandingan BB/TB yang diproyeksikan dalam status gizi merupakan salah satu cara untuk mengimbangi makanan (Nurcahyo, 2011).

Beberapa orang memiliki masalah kesehatan yang mempengaruhi pilihan makanan

(

Dorothy, 2006), misalnya orang yang memiliki status gizi lebih berusaha menurunkan berat badan dengan diet biasanya akan memilih makanan yang berbeda dari seseorang yang status gizinya normal memungkinkan dia untuk makan apapun yang dia inginkan tanpa kekhawatiran dari kenaikan berat badan yang berlebih.

7. Faktor makanan

Dalam mengkonsumsi makanan, sebagian orang mungkin lebih memilih makanan berdasarkan respons yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti penglihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang berupa rasa lapar (Gibney, et al, 2009). Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi seseorang untuk suka dan tidak suka terhadap makanan. Atribut


(58)

sensori seperti (rasa, warna, tekstur, dan bentuk) dapat berkontribusi dengan preferensi makanan individu. Panca indera memiliki dampak terbesar dan menentukan apakah makanan akan ditelan atau lebih akan dimakan (Lau et al., 1984 dalam Weaver, 1997). Sistem penciuman mampu mengidentifikasi berbagai tak terbatas zat-zat volatil. Bau makanan secara kimiawi kompleks dan menstimulasi sejumlah reseptor (Hara dan Hukum, 1972 dalam Weaver, 1997). Tekstur, bau, dan penampilan dapat berhubungan dengan ketidaksukaan terhadap makanan. Sementara itu, warna makanan merupakan rangsangan pertama pada indera penglihatan sehingga warna memegang peranan utama dalam pemilihan makanan. Karena bila warnanya tidak menarik akan mengurangi selera seseorang untuk mengkonsumsinya (Moehyi, 1992 dalam Arifyani 2010).

Pemilihan makanan dipengaruhi oleh penerimaan atribut dan kesesuaian untuk dimakan. Sebagian besar keputusan pemilihan berdasarkan oleh kualitas panca indera. Penilaian sensori bisa dianggap sebagai satu pendekatan paling praktis untuk memprediksikan penerimaan konsumen terhadap suatu produk makanan, selain produk baru, produk diperbaiki kualitas atau modifikasi metode (Aminah 1989 dalam Haryati 2009). Institut Teknologi Makanan mendifinisikan penilaian sensori sebagai suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk merangsang, mengukur, menganalisis dan menginterprestasi reaksi ciri-ciri makanan dan bahan-bahan apabila dinilai oleh panca indera seperti melihat, bau, rasa, sentuh dan dengar (IFT 1981 dalam Haryati 2009). Dimana melibatkan penggunaan organ-organ sensori


(59)

yaitu mata, hidung, lidah, kulit dan telinga. Penilaian ini berhubungan dengan tanggapan konsumen terhadap rupa bentuk, aroma, citarasa, tekstur dan rasa sesudah dimakan tanpa mempertimbangkan label, harga dan keterangan lainnya (Stone & Sidel 1995 dalam Haryati 2009).

The American Heritage Dictionary menawarkan dua definisi rasa. Definisi pertama adalah bahwa rasa adalah kemampuan sensorik tubuh untuk membedakan manis, asam, asin, dan pahit ketika zat bersentuhan dengan lidah. Definisi kedua adalah bahwa rasa adalah kombinasi dari rasa, bau dan sentuhan yang mulut dapat merasakan (Utermohlen, 2006 dalam Magoulas, 2003). Studi telah menunjukkan rasa baru bahwa setidaknya ada enam selera sensorik, menambahkan selera lemak dan Umami. umami berarti 'lezat' dalam bahasa Jepang dan itu adalah kata yang sering digunakan untuk menggambarkan rasa gurih makanan ketika akan meningkat. Anatomi rasa menggunakan lidah, hidung, otak dan konsep visual yang memiliki mengajarkan apa yang harus mengharapkan otak. Rasa sebenarnya persepsi sensorik terakhir yang terjadi Banyak studi ilmiah telah menyimpulkan bahwa sensori stimulan yang mempengaruhi tubuh manusia adalah sentuhan, rasa, bau, suara, dan penglihatan).Makanan pertama divisualisasikan dan kemudian ditempatkan ke dalam mulut di mana ia dikunyah. Selama pengunyahan air liur yang diaktifkan di mulut bercampur dengan makanan maserasi dan memberikan uap ke hidung. Selama proses ini molekul individu rasa yang dibawa dalam paket saraf, di mana sinapsis, atau sel-sel komunikator, mengirim informasi ke saraf pemancar dalam bentuk serotonin. Serotonin


(60)

kemudian membakar sinapsis tambahan sehingga memberikan pesan ke otak untuk disimpan (Utermohlen, 2006 dalam Magoulas, 2003).

Karakteristik makanan mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemilihan makanan untuk dikonsumsinya, faktor organoleptik makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Organoleptik makanan adalah penilaian indera untuk menguji suatu kualitas bahan pangan dengan cara merasa, meraba, dan melihat untuk menentukan kualitas makanan, faktor organoleptik makanan berupa rasa, warna, tekstur dari makanan tersebut.

Menurut Mukri (1990) dalam Aristi (2011) cita rasa makanan ditimbulkan dari rangsangan indera penglihatan dan pengecapan. Makanan yang memiliki cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan menarik, menebar aroma sedap dan memberikan rasa yang lezat. Selain itu, Warna memegang penting dalam penampilan suatu makanan dan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam makanan, Warna merupakan faktor yang dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan suatu produk.Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati aroma makanan. Warna dalam makanan dapat meningkatkan penerimaan konsumen tentang sebuah produk, betapapun lezatnya makanan apabila warna makanan tidak menarik maka akan menurunkan selera makan, namun harus diperhatikan pula zat pewarna yang digunakan dalam makanan. Zat pewarna sintesis yang digunakan untuk makanan tetapi tidak memenuhi standar penggunaanya akan membahayakan kesehatan.


(61)

Sementara itu, menurut Soenardi (1996) dalam Aristi (2012) tekstur makanan adalah yang berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan didalam mulut. Tekstur meliputi kerenyahan, keempukan atau kekerasan dari makanan yang dirasakan oleh indera pengecap. Tekstur dapat mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan dan dapat merangsang getah lambung serta dapat menentukan kelezatan makanan. Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh suatu bahan tersebut, tekstur dapat mengubah rasa dan bau karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Bila semakin kentar suatu bahan, penerimaaan terhadap intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang (Winarno, 1989 dalam Aristi, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza (2008) karakterisitik makanan berhubungan dengan pemilihan makanan pada remaja. Penelitian ini menunjukan kebanyakan remaja dalam memilih makanan mempertimbangkan aroma, rasa, warna,porsi,tekstur dan harga makanan. Pada survei yang dilakukan oleh The International Food Information Council

Foundation’s pada tahun 2008, 54 % responden mengatakan rasa memiliki dampak yang besar pada pembelian makanan dan minuman mereka, harga mempengaruhi 41 % , 29 % untuk kesehatan, dan 27 % untuk kenyamanan (Central for advancing health, 2009).


(1)

Total pemilihan

makanan kurang baik

pemilihan makanan baik

BUMBU_BARU TIDAK PENTING 3 2 5

PENTING 68 108 176

Total 71 110 181

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .931a 1 .335

Continuity Correctionb .250 1 .617

Likelihood Ratio .903 1 .342

Fisher's Exact Test .382 .302

Linear-by-Linear Association .926 1 .336 N of Valid Casesb 181

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.96. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for BUMBU_BARU

(TIDAK PENTING / PENTING) 2.382 .388 14.626 For cohort kat_pem_mak =

pemilihan makanan kurang baik 1.553 .741 3.253 For cohort kat_pem_mak =

pemilihan makanan baik .652 .221 1.919

N of Valid Cases 181

CROSSTABS

/TABLES=kos_pindah BY kat_pem_mak /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet1] E:\data skripsi yang bener\skripsi edit 5\ANALISIS DATA SPSS\data su rvei gizi+kespro punya ika 2 baru.sav

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(3)

Total pemilihan

makanan kurang baik

pemilihan makanan baik

kos/berpindah ya 56 75 131

tidak 15 35 50

Total 71 110 181

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.467a 1 .116

Continuity Correctionb 1.961 1 .161

Likelihood Ratio 2.524 1 .112

Fisher's Exact Test .128 .080

Linear-by-Linear Association 2.453 1 .117 N of Valid Casesb 181

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.61. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for kos/berpindah

(ya / tidak) 1.742 .868 3.498

For cohort kat_pem_mak =

pemilihan makanan kurang baik 1.425 .893 2.274 For cohort kat_pem_mak =

pemilihan makanan baik .818 .647 1.034

N of Valid Cases 181

CROSSTABS

/TABLES=uang_saku_baru BY kat_pem_mak /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet1] E:\data skripsi yang bener\skripsi edit 5\ANALISIS DATA SPSS\data su rvei gizi+kespro punya ika 2 baru.sav

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

uang_saku_baru *


(5)

Total pemilihan

makanan kurang baik

pemilihan makanan baik

uang_saku_baru uang saku dibawah rata-rata 28 49 77

uang saku diatas rata-rata 43 61 104

Total 71 110 181

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .461a 1 .497

Continuity Correctionb .275 1 .600

Likelihood Ratio .462 1 .497

Fisher's Exact Test .540 .300

Linear-by-Linear Association .458 1 .498 N of Valid Casesb 181

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30.20. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for

uang_saku_baru (uang saku dibawah rata-rata / uang saku diatas rata-rata)

.811 .442 1.487

For cohort kat_pem_mak =

pemilihan makanan kurang baik .879 .605 1.278 For cohort kat_pem_mak =

pemilihan makanan baik 1.085 .859 1.370


Dokumen yang terkait

Analisis koleksi buku perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 2 86

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makanan mahasiswa kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

1 10 136

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper Limb Extremities Mahasiswa Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

2 20 174

Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education

9 134 137

Pengadaan bahan pustaka pada perpustakaan Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 9 87

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

0 10 135

Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan Tahun 2013

1 18 114

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

1 11 185