Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendorong Dan Pendukung Terhadap Perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDORONG DAN PENDUKUNG TERHADAP PERILAKU IBU MENYUSUI PASCA OPERASI CAESAR DI

RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE

TESIS

OLEH

RIAHNA BERU TARIGAN 087033022/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDORONG DAN PENDUKUNG TERHADAP PERILAKU IBU MENYUSUI PASCA OPERASI CAESAR DI

RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan lmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIAHNA BERU TARIGAN 087033022/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDORONG DAN PENDUKUNG TERHADAP PERILAKU IBU MENYUSUI PASCA OPERASI CAESAR DI RUMAH SAKIT UMUM

KABANJAHE

Nama Mahasiswa : Riahna Beru Tarigan Nomor Induk Mahasiswa : 087033022

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si) (dr. Muhammad Rusda, Sp.OG(K))

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si ) (Dr. Drs Surya Utama M.S)


(4)

Telah diuji

PadaTanggal : 19 Oktober 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. dr. Muhammad Rusda, Sp.OG (K) 2. Prof. Delfi Lutan, M.Sc.Sp.OG (K)


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDORONG DAN PENDUKUNG TERHADAP PERILAKU IBU MENYUSUI PASCA OPERASI CAESAR DI

RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dierbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2011


(6)

ABSTRAK

Melahirkan dengan operasi caesar menjadi trend dan mode saat ini. Banyak ibu pasca operasi caesar tidak menyusui bayinya. Berdasarkan data rekam medik di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2009 tercatat 175 ibu yang bersalin terdapat 96 orang menjalani operasi caesar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi, pendorong dan pendukung terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Rancangan penelitian menggunakan desain potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menjalani operasi caesar pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2010 yakni sebanyak 35 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah faktor pekerjaan, dukungan masyarakat dan dukungan keluarga. Faktor dukungan masyarakat mempunyai pengaruh paling dominan terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar.

Disarankan perlunya peningkatan peran suami dalam pemberian ASI secara benar, dan kepada pihak Rumah Sakit Umum Kabanjahe didorong agar lebih meningkatkan lagi kapasitas dengan tersedianya ahli anastesi sehingga dapat melakukan operasi caesar dengan pola anastesi spinal / epidural, di mana dengan epidural ini seorang ibu pasca-operasi dapat menyusui bayinya.


(7)

ABSTRACT

Delivering a baby with caesarean operation has become a trend and a mode nowadays. Many mothers who have given birth to babies by caesarean operation do not breastfeed their babies. Based on the medical record in the Kabanjahe General Hospital, in 2009, among 175 mothers who were delivering babies, there were 96 of them did the caesarean operation.

The purpose of this research was to analyze the influence of the factors of predisposition (age, parity, education, knowledge, and occupation), motivation (mass media), and supporting factors (health workers, family/husband, and community members) on the behavior of the mothers who are breastfeeding after the caesarean operation in the Kabanjahe General Hospital. This research used a cross-sectional design. The populations were 35 mothers, who took caesarean operation from July to August, 2010; all of them became the respondents of the samples. The data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple logistic regression tests with the level of reliability of 95%.

The result of the research showed that the variables which had significant influence on the behavior of mothers who breastfed their babies in the General Hospital, Kabanjahe, were occupation, and public and family supports. The public supporting factor was the most dominant influence on the behavior of mothers who were breastfeeding their babies after taking the caesarean operation.

It is recommended that husbands should increase their role in giving mother's milk properly. It is also recommended that the management of the Kabanjahe General Hospital, should increase the capacity of providing the anesthetic specialists so that the caesarean operation with anesthetic spinal/epidural could be done properly in order that the mothers who had taken the caesarean operation could breastfeed their babies.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendorong dan Pendukung terhadap Perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe”.

Pada penyusunan tesis ini peneliti banyak mendapat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupu tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian tesis ini.

5. dr. Muhammad Rusda, Sp.OG(K) selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian tesis ini.

6. dr. Emineatte Singarimbun, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Pemerintahan Kabupaten Karo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.


(9)

7. dr. Thomas Silangit Sp.PK pelaksana direktur rumah sakit umum kabanjahe yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

8. Ayahanda (Alm) dan Ibunda (Alm) tercinta yang telah mengasuh dan membesarkan penulis. Jasa – jasa ayah dan ibu tidak dapat terbalaskan.

9. Suami tercinta Kalvin Sitepu serta ananda tersayang Rika M Theodora Sitepu dan Nelson Mandela Sitepu yang telah memberikan penulis pengertian dan kesabarannya serta doa yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam penulisan tesis ini.

10. Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

11. Rekan - rekan mahasiswa seangkatan yang telah membantu penulis melalui diskusi dan konsultasi, dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.

Hanya Tuhan yang maha kuasa yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan dan bantuan yang telah diperbuat. Selanjutnya demi kesempurnaan tesis ini, peneliti mengharapkan masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun.

Medan, Maret 2011


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riahna Beru Tarigan, lahir di Tiga Binanga Kabupaten Karo pada tanggal 17 Agustus 1960, anak keenam dari Dj Tarigan (Alm) dan K Br Sebayang(Alm).

Penulis mulai sekolah pendidikan formal pada tahun 1966 di SD Negeri Tiga Binanga tamat tahun 1972, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Tiga Binanga tamat tahun 1975, Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri Tiga Binanga tahun 1979, melanjutkan ke Fakultas Keperawatan non gelar di Universitas Dharma Agung Medan tamat tahun 1982. Pada tahun 1986 penulis bekerja sebagai pegawai negeri sipil di sekolah Perawat Kesehatan Padang Sidempuan. Penulis menikah pada tahun 1987 dan pada tahun 1988 pindah ke Sekolah Perawat Kesehatan yang sekarang dikonversi ke Akademi Kebidanan Kabanjahe dan sampai sekarang penulis bekerja sebagai dosen Akademi Kebidanan Pemkab Karo Kabanjahe.

Penulis mengikuti program pendidikan bidan khusus (B) di Padang Sumatera Barat dan tamat tahun 1995, kemudian pada tahun 2002 melanjutkan pendidikan di Fakultas Keguruan dan Pendidikan di Universitas Karo Kabanjahe tamat tahun 2005. Tahun 2008 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Hipotesis ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Air Susu Ibu... 12

2.1.1. Pengertian Air Susu Ibu ... 12

2.1.2. Manfaat ASI Bagi Bayi ... 13

2.1.3. Manfaat ASI Bagi Ibu ... 14

2.1.4. Manfaat ASI Bagi Keluarga ... 15

2.1.5. Manfaat ASI Bagi Masyarakat ... 16

2.1.6. Manfaat ASI Bagi Lingkungan ... 16

2.1.7. Manfaat ASI Bagi Negara ... 18

2.2. Menyusui... 19

2.3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 22

2.3.1. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 22

2.3.2. Peran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 25

2.3.3. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Operasi Caesar ... 25

2.4. Bedah Caesar ... 26

2.5. Landasan Teori... 31


(12)

BAB 3. METODE PENELITIAN... 34

3.1. Jenis Penelitian... 34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 37

3.6. Metode Pengukuran ... 38

3.7. Metode Analisis Data ... 39

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 40

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 40

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 40

4.1.2. Falsafah Rumah Sakit Umum Kabanjahe... 41

4.1.3. Visi Rumah Sakit Umum Kabanjahe... 41

4.1.4. Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe ... 41

4.1.5. Tujuan Rumah Sakit Umum Kabanjahe ... 42

4.1.6. Motto Rumah Sakit Umum Kabanjahe... 42

4.2. Karakteristik Respoden ... 42

4.2.1. Karakteristik Responden ... 42

4.3. Analisis Univarat... 44

4.3.1 Pengetahuan ... 44

4.3.2. Dukungan Petugas... 46

4.3.3. Dukungan Media ... 47

4.3.4. Dukungan Masyarakat ... 47

4.3.5. Dukungan Keluarga ... 48

4.3.6. Perilaku Menyusui ... 49

4.4. Analisis Bivarat ... 53

4.5. Analisis Multivarat... 58

4.5.1. Pemilihan Variabel Uji Multivarat... 59

4.5.2. Penentuan Variabel Yang Paling Berpengaruh... 59

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1. Pengaruh variabel karakteristik responden (umur, paritas, pendidikan dan peekerjaan) terhadap perilaku Menyusui Pasca Operasi Caesar ... 61

5.2. Pengaruh variabel pengatahuan terhadap perilaku Menyusui Pasca Operasi Caesar... 64

5.3. Pengaruh variabel dukungan keluarga terhadap perilaku Menyusui Pasca Operasi Caesar... 65


(13)

5.4. Pengaruh variabel dukungan masyarakat terhadap perilaku

Menyusui Pasca Operasi Caesar... 67

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Validitas dan Reliabilitas kuesioner ... 35 3.2. Metode Pengukuran Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, paritas, pendidikan

dan pekerjaan Responden ... 43 4.2. Distribusi frekuensi variabel pengetahuan Ibu Menyusui Pasca

Operasi Caesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010 ... 44 4.3. Distribusi tingkat dorongan petugas kesehatan dari Responden

Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 46 4.4. Distribusi tinggkat dukungan media terhadap Responden Ibu

Menyusui Pasca Operasi Caesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 47 4.5. Distribusi tingkat dukungan masyarakat terhadap Responden

Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 47 4.6. Distribusi tingkat dukungan keluarga terhadap Responden Ibu

Menyusui Pasca Operasi Caesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 48 4.7. Distribusi perilaku menyusui Ibu Menyusui Pasca Operasi

Caesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010... 49 4.8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Ibu Menyusui Pasca

Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010 ... 50 4.9. Distribusi Tingkat Dorongan Petugas kesehatan dari Responden

Ibu Menyusui Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum


(15)

4.10. Distribusi Tingkat Media terhadap Responden Ibu Menyusui Pasca

Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010 ... 51 4.11. Distribusi Tingkat Dukungan Masyarakat terhadap Responden

Ibu Menyusui Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 52 4.12. Distribusi Tingkat Dukungan Keluarga terhadap Responden Ibu

Menyusui Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 52 4.13. Distribusi Tingkat Perilaku Menyusui Ibu Menyusui Pasca

Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010 ... 53 4.14. Pengaruh Variabel Karakteristik terhadap Ibu Menyusui Pasca

Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010 ... 53 4.15. Pengaruh Variabel Pengetahuan terhadap Perilaku Ibu Menyusui

Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010 ... 55 4.16. Pengaruh Variabel Dukungan Petugas terhadap Perilaku Ibu

Menyusui Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 56 4.17. Pengaruh Variabel Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Ibu

Menyusui Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe 2010 ... 57 4.18. Pengaruh Variabel masyarakat terhadap Perilaku Ibu Menyusui

Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010 ... 58 4.19. Hasil Uji Multivariat Regresi Linier Berganda Untuk Identifikasi

Variabel Dependen yang Paling Berpengaruh terhadap Perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Cesar Di Rumah Sakit Umum


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 72

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76

3. Analisis Multivariat ... 96


(18)

ABSTRAK

Melahirkan dengan operasi caesar menjadi trend dan mode saat ini. Banyak ibu pasca operasi caesar tidak menyusui bayinya. Berdasarkan data rekam medik di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2009 tercatat 175 ibu yang bersalin terdapat 96 orang menjalani operasi caesar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi, pendorong dan pendukung terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Rancangan penelitian menggunakan desain potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menjalani operasi caesar pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2010 yakni sebanyak 35 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah faktor pekerjaan, dukungan masyarakat dan dukungan keluarga. Faktor dukungan masyarakat mempunyai pengaruh paling dominan terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar.

Disarankan perlunya peningkatan peran suami dalam pemberian ASI secara benar, dan kepada pihak Rumah Sakit Umum Kabanjahe didorong agar lebih meningkatkan lagi kapasitas dengan tersedianya ahli anastesi sehingga dapat melakukan operasi caesar dengan pola anastesi spinal / epidural, di mana dengan epidural ini seorang ibu pasca-operasi dapat menyusui bayinya.


(19)

ABSTRACT

Delivering a baby with caesarean operation has become a trend and a mode nowadays. Many mothers who have given birth to babies by caesarean operation do not breastfeed their babies. Based on the medical record in the Kabanjahe General Hospital, in 2009, among 175 mothers who were delivering babies, there were 96 of them did the caesarean operation.

The purpose of this research was to analyze the influence of the factors of predisposition (age, parity, education, knowledge, and occupation), motivation (mass media), and supporting factors (health workers, family/husband, and community members) on the behavior of the mothers who are breastfeeding after the caesarean operation in the Kabanjahe General Hospital. This research used a cross-sectional design. The populations were 35 mothers, who took caesarean operation from July to August, 2010; all of them became the respondents of the samples. The data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple logistic regression tests with the level of reliability of 95%.

The result of the research showed that the variables which had significant influence on the behavior of mothers who breastfed their babies in the General Hospital, Kabanjahe, were occupation, and public and family supports. The public supporting factor was the most dominant influence on the behavior of mothers who were breastfeeding their babies after taking the caesarean operation.

It is recommended that husbands should increase their role in giving mother's milk properly. It is also recommended that the management of the Kabanjahe General Hospital, should increase the capacity of providing the anesthetic specialists so that the caesarean operation with anesthetic spinal/epidural could be done properly in order that the mothers who had taken the caesarean operation could breastfeed their babies.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari payudara. Menyusui adalah proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Walupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roesli, 2000).

Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupan dengan cara yang paling sehat. Dengan menyusui tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik ( Utami Roesli,2000).

Pemberian ASI eksklusif dimulai persiapannya sejak janin masih dalam kandungan ibunya. Hal ini sangat mendasar karena kualitas kesehatan ibu dan janin dalam kandungan akan sangat menentukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 1994). Selain itu, pada masa ini juga terjadi perubahan-perubahan antara lain terbentuknya lebih banyak kelenjar susu sehingga mammae membesar, hal ini sebagai persiapan untuk menyusui. Setelah persiapan selesai pada masa akhir kehamilan akan dilanjutkan dengan sekresi ASI yang prosesnya segera setelah persalinan (Soeyiningsih, 1997).


(21)

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses mengawali menyusu sejak dini yakni pada menit-menit pertama kelahiran si jabang bayi. Disamping harus dilakukan pada jam pertama pasca bayi lahir, inisiasi menyusu dini mencakup beberapa syarat lain, misalnya : yakni menempelkan bayi yang baru lahir yang hanya dikeringkan sebentar kemudian ditempelkan pada ibunya (skin contact), kemudian berusaha menghisap air susu ibunya tersebut untuk pertama kali (Perdani, 2008).

ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat menyusui dan memberi ASI bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang tetapi terlebih lagi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi resiko terkena kanker payudara dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. (Depkes, 2002).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia 6 bulan. Selain itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu padaberas.(www. usu_library,ac.id, 2004).

ASI merupakan hak anak untuk kelangsungan hidup bayi dan tumbuh kembang secara optimal. Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anaknya.


(22)

Pemberian ASI memiliki banyak manfaat yang terutama berperan dalam menyehatkan dan mencerdaskan bayi. ASI bermanfaat membentuk perkembangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional karena selama disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu, dan mendapatkan kehangatan kasih sayang dan rasa aman. (www. Medicastore.com/asi).

Angka kematian bayi di Indonesia saat ini tercatat masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun terakhir sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Di sisi lain, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, hanya ada empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahiranya, dan hanya delapan persen bayi Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif enam bulan.(Depkes RI 2003).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi dengan standar emas, ASI terbukti mempunyai keunggulan yang tidak dapat digantikan oleh makanan dan minuman apapun, karena ASI mengandung zat gizi paling tepat, lengkap dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat. Standar Emas Makanan Bayi dimulai dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 (enam) bulan (Yussiana,2008).

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia 2 (dua) bulan hanya mencakup 64 % dari total bayi yang ada (Media Indonesia, 2005).

Hasil penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek diperoleh fakta bahwa yang dapat memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan hanya 5 % padahal 98%


(23)

ibu-ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9 % dari ibu-ibu tersebut tak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2004).

Sampai tahun 2006 dari 256.709 bayi di Sumatera Utara baru 87.080 bayi (33,92%) yang mendapat ASI eksklusif. Berdasarkan target Indonesia Sehat 2010 cakupan ini diharapkan mencapai 80%. ( Dinas Kesehatan Kota Medan, 2007).

Hanya 3,7 % bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran. Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu yang memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian ASI eksklusif dengan benar ternyata dapat mengurangi sekitar 20% dari kematian anak balita. Tindakan Inisiasi Menyusu Dini juga akan sangat membantu tercapainya tujuan MDGs nomor empat yaitu : mengurangi angka kematian anak, karena menyusu dini dalam satu jam pertama setelah melahirkan akan mengurangi kematian bayi baru lahir (Gazali, 2008).

Menurut Survei Demografi Kesehatanan Indonesia (SDKI) 2003 di Indonesia saat ini tercatat Angka Kematian Bayi sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, Setiap hari ada 250 bayi meninggal, dan sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (Lusie, 2008).

Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita, antara lain disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini atau terlalu lambat, makanan pendamping ASI tidak cukup mengandung energi dan zat


(24)

gizi mikro terutama mineral, besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan yang tidak kalah pentingnya adalah ibu tidak berhasil member ASI Eksklusif kepada bayinya (Depkes RI, 2002).

ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang sempurna baik kualitas maupun kwantitasnya. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi yaitu merupakan cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare , juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi lainnya.

Pemberian ASI meningkatkan kecerdasan karena dalam ASI terkandung nutrien- nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara lain: Taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI, Laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi, Asam Lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam lemak utama dari ASI yang terdapat sedikit dalam susu sapi.

ASI juga meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering berada dalam dekapan ibu akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri dan dasar spiritual yang baik.


(25)

Manfaat ASI bagi Ibu dapat Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, apabila bayi segera disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan akan berkurang, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin yang berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan akan cepat berhenti. Mengurangi terjadinya anemia karena kekurangan zat besi akibat perdarahan. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan alat kontrasepsi yang aman, mudah dan cukup berhasil. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, sehingga berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil. Mengurangi kemungkinan menderita kanker pada ibu yang memberikan ASI eksklusif. ASI juga Lebih ekonomis dan mudah karena menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan untuk menyusui dan persiapan untuk pembuatan susu formula.

Program peningkatan penggunaan Air Susu Ibu merupakan program prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini juga berkaitan dengan kesepakatan global dan deklarasi mnocentia (italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pengguna ASI (Roesli Utami, 2000).

Berbagai kendala yang dihadapi dalam peningkatan pemberian ASI yang menghambat pemberian ASI antara lain pemberian makanan/minuman sebelum ASI


(26)

keluar, perilaku ibu yang masih kurang menyadari bahwa ASI cukup untuk bayinya, serta sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya keberhasilan peningkatan pemberian ASI. (Depkes RI, 2002).

Operasi caesar yang dikenal dalam obstetric modern, mempunyai pengalaman sejarah panjang dan menarik. Dalam bidang pembiusan (anesthesia) dulu sering digunakan aether yang berbau merangsang dan juga pembiusan dilakukan secara menyeluruh, sehingga pasien jadi tergeletak tidak sadarkan diri. Dewasa ini, operasi caesar jauh lebih aman dari pada dahulu berhubung dengan adanya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna, dan anastesi yang lebih baik, karena itu adanya kecenderungan untuk melakukan sectio caesarea tanpa dasar yang kuat (Wiknjosastro, 2005).

Melahirkan dengan cara caesar seakan-akan menjadi trend dan mode saat ini. Para calon ibu berbondong-bondong memesan rumah sakit untuk melakukan proses kelahiran dengan cara operasi caesar, sama seperti halnya membooking hotel. Operasi caesar banyak dilakukan tanpa anjuran medis, alasan yang diberikan pada umumnya agar bisa memilih tanggal lahir yang diinginkan, selain itu alasan yang bersifat melahirkan dengan cara praktis karena sang ibu tidak perlu tersiksa, seperti harus mengejan dan merasakan nyeri yang ditimbulkan saat proses kelahiran tidak separah melahirkan normal karena sang ibu mengalami bius, baik lokal maupun total. Tak heran, angka kelahiran caesar di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Banyaknya calon ibu yang minta di caesar tanpa rekomendasi medis, diduga karena kurangnya informasi tentang hal tersebut. Padahal, risiko operasi begitu


(27)

banyak dan lebih berbahaya daripada persalinan normal. WHO mengatakan seharusnya operasi caesar hanya digunakan untuk menangani 10-15% persalinan (Manuaba, 2001).

Di RSU Cipto Mangunkusumo, Jakarta tahun 1999-2000 menyebutkan bahwa jumlah persalinan sebanyak 4040 perbulan, 30% diantaranya merupakan persalinan caesar 52,5% adalah persalinan spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat seperti vakum atau forcep. Berdasarkan persentase kelahiran caesar tersebut 13,7% disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung janin melemah menjelang persalinan) dan 2,4% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati panggul ibu, sisanya sekitar 13,9% operasi caesar dilakukan tanpa pertimbangan medis (Kasdu, 2003).

Banyak ibu setelah melakukan operasi caesara yang tidak menyusui bayinya dikarenakan masa kritis yang cukup lama, sakit di luka bekas operasi dan kurangnya pengetahuan untuk menyusui pasca operasi caesar. Dalam banyak kasus faktor budaya juga mempengaruhi pemberian ASI, sehingga banyak bayi yang lahir melalui proses caesar tidak mendapatkan ASI langsung setelah lahir melainkan setelah pulang dari rumah sakit dan kondisi ibu sudah dalam keadaan baik.

Di Rumah Sakit Kabanjahe tahun 2009, (data rekam medik) ada 175 ibu bersalin dan 96 orang diantaranya dengan tindakan operasi caesar. Berarti sekitar 54 % persalinan dilakukan dengan operasi caesar. Para Ibu yang melahirkan dengan operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe ini pada umumnya tidak memberikan ASI kepada bayinya.


(28)

Hasil observasi yang dilakukan pada 20 orang ibu pasca operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe bulan januari 2010 menyatakan bahwa alasan seorang ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya yaitu (1) dalam ASI belum cukup zat gizi karena beberapa hari ibu puasa dijawab oleh sekitar 20 % responden pengamatan (2) ASI belum banyak,sekitar 15% responden pengamatan (3) ASI tidak ada,dijawab sekitar 10 % responden pengamatan (4)ibu masih merasa sakit bila bergerak sekitar 35 % responden pengamatan, (5)kurangnya rasa percaya diri dalam menyusui bayi,sekitar 10 % responden pengamatan (6) kurangnya dukungan dari keluarga.dijawab sekitar 10% responden pengamatan.

Perilaku tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pemberian ASI atau pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi ibu antara lain disebabkan rendahnya pengetahuan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu serta informasi yang didapat. Dukungan keluarga juga berperan penting mendukung ibu dalam pemberian ASI. Hal ini sesuai dengan pendapat Green dalam Notoadmojo (2007) yang menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor perilaku ditentukan oleh faktor predisposisi seperti umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, sikap danpekerjaan, faktor pendukung seperti media massa dan faktor pendorong, seperti: dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan dukungan dari masyarakat.


(29)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaruh faktor predisposisi (umur, paritas, pendidikan, pengetahuan dan pekerjaa), pendorong (media massa) dan pendukung (dukungan petugas, dukungan keluarga/suami, dukungan masyarkat) terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, paritas, pendidikan, pengetahuan dan pekerjaa), pendorong (media massa) dan pendukung (dukungan petugas, dukungan keluarga / suami, dukungan masyarkat) terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh faktor predisposisi (umur, paritas, pendidikan, pengetahuan dan pekerjaa), pendorong (media massa) dan pendukung (dukungan petugas, dukungan keluarga / suami, dukungan masyarkat) terhadap perilaku ibu dalam menyusui Pasca Operasi Caesar di RSU Kabanjahe.


(30)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Kabanjahe dalam upaya peningkatan promosi kesehatan terkait ibu menyusui pasca operasi caesar.

2. Memberikan informasi bagi instansi kesehatan tentang pengaruh faktor predisposisi, pendorong dan pendukung pasca operasi caesar.

3. Menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu

2.1.1. Pengertian Air Susu Ibu

Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih, 1997:1). ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Khairuniyah, 2004).

Menurut Azrul Anwar (2004), ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Utami Roesli, 2004).

ASI merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organic yang di sekresi oleh kelenjar payudara ibu. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI dibedakan menjadi tiga macam yaitu:


(32)

1. Kolostrum. ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, berwarna agak kekuningan lebih kuning dari ASI biasa, betuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel.

2. ASI masa transisi, AsSI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.

3. ASI Mature, ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya (Retna, 2008).

2.1.2. Manfaat ASI Bagi Bayi

ASI mempunyai manfaat bagi bayi yang dijabarkan sebagai berikut: 1. ASI sebagai nutrisi.

2. Makanan "terlengkap" untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama.

3. Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit terutarna diare dan gangguan pernapasan.

4. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI ekslusif akan lebih cepat bisa jalan.

5. Meningkatkan jalinan kasih sayang

6. Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai. 7. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap.

8. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi.


(33)

9. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87% ASI adalah air).

10.Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.

11.Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.

2.1.3. Manfaat ASI Bagi Ibu

Bagi ibu ASI juga mempunyai manfaat sebagai berikut:

1) Mengurangi Pendarahan Setelah Melahirkan. Apabila bayi disusukan segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya pendarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti. 1) Menjarangkan Kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman,

murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

2) Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran plasenta karena hisapan bayi merangsang kontraksi rahim, karena itu menurunkan resiko pendarahan pasca persalinan.


(34)

3) Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit), membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi.

4) Hisapan puting yang segera dan sering membantu mencegah payudara bengkak.

5) Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih, sehat dan tersedia dalam suhu yang cocok.

6) Pemberian ASI ekonomis/murah 7) Menurunkan resiko kanker payudara 8) Aspek Psikologis

9) Memberi kepuasan bagi ibu. Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. lbu akan merasa bangga dan diperlukan rasa sayang yang dibutuhkan oleh semua manusia.

2.1.4. Manfaat ASI Bagi Keluarga

1) Aspek Ekonomi. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2) Aspek Psikologis. Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan kasih bayi dalam keluarga.


(35)

3) Aspek kemudahan. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di mana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan. Tidak perlu meminta pertolongan orang lain.

2.1.5. Manfaat ASI bagi Masyarakat

1) Menyusui/memberi ASI kepada bayi sangat penting untuk mengatasi masalah kelaparan. Pada kebanyakan masyarakat, banyak keluarga dan individu tidak mempunyai makanan yang cukup, oleh karena itu sering menderita kelaparan. Dengan menyusui dapat memberi jaminan pangan yang sangat penting bagi keluarga yang mengalami kekurangan pangan dalam situasi darurat.

2) Para Ibu harus yakin bahwa mereka dapat memberikan makanan yang terbaik bagi bayi mereka. Bahkan Ibu yang kelaparan karena tidak mampu membeli makanan mereka setiap hari masih dapat memberi ASI lebih sering dari pada ibu yang mendapat makanan cukup.

4) Selain itu, bayi yang mendapat ASI memiliki IQ lebih tinggi dari yang tidak mendapat, maka masyarakat akan diuntungkan. Ibu lebih sehat dan biaya untuk kesehatan lebih kecil. Menyusui/memberi ASI merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak.

2.1.6. Manfaat ASI bagi lingkungan

Menyusui/memberi ASI, tidak menimbulkan sampah karena setiap ibu yang menyusui dapat mengurangi masalah polusi dan sampah. Dengan menyusui/memberi


(36)

ASI tidak membutuhkan lahan, air, metal, plastik dan minyak yang semuanya dapat merusak lingkungan, Dengan demikian, menyusui/memberi ASI dapat melindungi lingkungan hidup kita.

Kita pertimbangkan beberapa fakta berikut ini :

1) Jika setiap bayi di Indonesia diberi ASI, akan menghemat sekitar 86.000 ton kaleng susu yang seharusnya dapat digunakan untuk membuat 550 juta kaleng susu; dan 1.230 ton kertas (label susu kaleng )

2) Makanan botol, kempeng dan peralatan lainnya, membutuhkan plastik, karet dan silikon. Tahun 1987 misalnya 4,5 juta botol susu hanya di Pakistan. Jumlah untuk setiap bayi bahkan lebih besar di negara industri. Sampah ini menghabiskan sumber daya alam dan menambah masalah pembuangan sampah.

3) Air untuk susu buatan, botol dan dot harus disterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Untuk itu diperlukan sekitar 200 gr kayu untuk memanaskan 1 liter air; alam 1 tahun bayi yang diberi makanan buatan akan menghabiskan paling sedikit sekitar 73 kg kayu.

4) Selain air, peralatan dapur untuk menyiapkan susu formula merupakan sumber kontaminasi yang perlu diwaspadai.

5) Pada tahun 70’an, perawat kesehatan masyarakat di Canada menurunkan tingkat timah hitam pada bayi yang berasal dari sodder timah hitam dari panci listrik yang digunakan untuk mendidihkan air untuk mengencerkan susu formula (www.gizi.net,2010)


(37)

2.1.7. Manfaat ASI Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematan anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

2) Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

3) Mengurangi susidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak mendapat ASi lebih jarang masuk ke rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula.

4) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.


(38)

2.2. Menyusui

Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari payudara. Menyusui adalah proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Walupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roesli, 2000).

Menyusui secara ekslusif merupakan cara pemberian makan yang alamiah, namun seringkali ibu-ibu kurang mendapat informasi bahkan sering kali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI ekslusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya( Utami Roesli, 2000)

Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali, untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan terutama suami.

Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupan dengan cara yang paling sehat. Dengan menyusui tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik ( Utami Roesli,2000)

Pemberian ASI eksklusif dimulai persiapannya sejak janin masih dalam kandungan ibunya. Hal ini sangat mendasar karena kualitas kesehatan ibu dan janin


(39)

dalam kandungan akan sangat menentukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 1994). Selain itu, pada masa ini juga terjadi perubahan-perubahan antara lain terbentuknya lebih banyak kelenjar susu sehingga mammae membesar, hal ini sebagai persiapan untuk menyusui. Setelah persiapan selesai pada masa akhir kehamilan akan dilanjutkan dengan sekresi ASI yang prosesnya segera setelah persalinan (Soeyiningsih, 1997).

Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan menyusui : a. Cara menyusui yang baik dan benar.

1. Posisi badan ibu dan bayi

a. Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

b. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. c. Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

d. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara. e. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

b) Dengan posisi maka telinga bayi akan berada pada satu garis dengan leher dan lengan bayi.

c) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

2. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu

a) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas jari yang lain menopang di bawah(bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telujuk dan jari tengah(bentuk gunting), di belakang aerola(kalang payudara)


(40)

b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut( Rooting refleks)

c) Pastikan putting susu diatas”bibir atas” bayi dan berhadapan dengan hidung bayi.

d) Kemudian masukan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut. e) Setelah bayi muynusui/menghisap payudara dengan baik, payudara

tidak perlu di pegang atau disanggah lagi.

f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipegunakan untuk mengelus-elus bayi.

3. Posisi menyusui yang benar

a) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu. b) Dagu bayi menempel pada payudara.

c) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada pada bagian dasar payudara(bagian bawah).

d) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi e) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka.

f) Sebagian besar aerola tidak tampak. g) Bayi menghisap dalam dan perlahan. h) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu. i) Terkadang terdengar bayi menelan.


(41)

4. Menyusui pasca operasi Caesar

1). Ibu dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang di topang bantal, sementara bayi di susukan dengan kakinya ke arah ibu. 2). Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat di tidurkan di bantal di atas

pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu.

3). Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang dan bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu memegang kepala bayi. (Ambarwati, 2008).

2.3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir (Roesli, 2008).

2.3.1. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

1) Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.

2) Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan :


(42)

a. Menstabilkan pernafasan.

b. Mengendalikan temperature tubuh bayi.

c. Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik.

d. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif.

e. Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya lebih cepat ).

f. Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.

g. Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.

h. Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi. Bilirubbin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir.

i. Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya (Roesli, 2008).

2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu.

1) Merangsang produksi hormon oksitosin dan prolaktin. Oksitosin :

a. Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah.

b. Merangsang pengeluaran kolostrum.


(43)

d. Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.

Prolaktin.

a. Meningkatkan produksi ASI.

b. Membantu ibu mengatasi stress. Mengatasi stress adalah fungsi oksitosin.

c. Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu. d. Menunda ovulasi (Roesli, 2008).

3. Keuntungan Menyusu dini untuk bayi :

1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi.

3) Meningkatkan kecerdasan.

4) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. 5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.

6) Mencegah kehilangan panas.

7) Merangsang kolostrum segera keluar (Roesli, 2008 ). 4. Keuntungan Menyusu Dini untuk ibu.

1) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. 2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.


(44)

2.3.2. Peran Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a. Sekitar 40 % kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari. Berarti Inisiasi Menyusu Dini mengurangi angka kematian balita 8,8 %

b. Inisiasi Menyusu Dini meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh (Roesli, 2008).

2.3.3. Tata laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Operasi Caesar

a. Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi Caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi. Bayi dapat segera di posisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat. Untuk mendukung terjadinya Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan Caesar, berikutini tatalaksananya.


(45)

b. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

c. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20°-25° C. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.

d. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum

e. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan ibu atau kamar pulih (Roesli, 2008).

2.4. Bedah Caesar

Bedah caesar (bahasa Inggris: caesarean section atau cesarean section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan c-section (disingkat dengan cs) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi serta bidan.

Ada beberapa jenis operasi caesar yaitu:

1. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi


(46)

jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat berisiko terhadap terjadinya komplikasi.

2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya.

3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.

4. Bentuk lain dari bedah caesar seperti extraperitoneal CS atau Porro CS.

5. Bedah caesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalan bedah caesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya.

Di berbagai rumah sakit, khususnya di Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan Selandia Baru, sang suami disarankan untuk turut serta pada proses pembedahan untuk mendukung sang ibu. Dokter spesialis anastesis umumnya akan menurunkan kain penghalang ketika si bayi dilahirkan agar orang tua si bayi dapat melihat bayinya. Rumah sakit di Indonesia umumnya tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu persalinan dengan bedah caesar termasuk sang suami.

Seorang bayi ketika dilahirkan melalui bedah caesar oleh Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah caesar ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah caesar antara lain:


(47)

1. Indikasi dari Ibu

a) adanya kelelahan persalinan b) komplikasi pre-eklampsia c) sang ibu menderita herpes d) risiko luka parah pada rahim e) kontraksi pada pinggul

f) sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi) g) sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum

(oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn) h) Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)

i) Angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid

2. Indikasi dari bayi

a) detak jantung janin melambat (fetal distress) b) putusnya tali pusar

c) persalinan kembar (masih dalam kontroversi) d) sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping

e) bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)

f) masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental abruption atau placenta accreta)


(48)

3. Indikasi dari ibu dan Bayi

a) Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystosia)

b) kegagalan persalinan dengan induksi

c) kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau ventouse)

d) CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)

Institusi yang berbeda dapat memiliki pendapat yang berbeda pula mengenai kapan suatu bedah caesar dibutuhkan. Di Britania Raya, hukum menyatakan bahwa ibu hamil mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun termasuk bedah caesar walaupun keputusan tersebut berisiko terhadap kematiannya atau nyawa sang bayi. Negara lain memiliki hukum yang berbeda mengenai hal ini. Data statistik dari tahun 1990 - 1999 menyebutkan bahwa kurang dari 1 kematian dari 2.500 yang menjalani bedah caesar, dibandingkan dengan 1 dari 10.000 untuk persalinan normal. Akan tetapi angka kematian untuk kedua proses persalinan tersebut terus menurun hingga saat sekarang ini. Badan kesehatan Britania Raya menyebutkan risiko kematian ibu yang menjalani bedah caesar adalah tiga kali risiko kematian ketika menjalani persalinan normal. Tetapi tidak mungkin untuk membandingkan secara langsung tingkat kematian proses persalinan normal dan proses persalinan dengan bedah caesar karena ibu yang menjalani pembedahan adalah mereka yang memang sudah berisiko dalam kehamilan.


(49)

Bayi yang lahir dengan persalinan bedah caesar seringkali mengalami masalah bernafas untuk pertama kalinya. Sering pula sang bayi menjadi ngantuk dikarenakan obat penangkal nyeri yang diberikan kepada sang ibu.

Badan Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah caesar adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat. Kanada pada 2003 memiliki angka 21%.

Berbagai pertimbangan mengemuka akhir-akhir ini mengingat proses bedah caesar yang seringkali dilakukan bukan karena alasan medis. Berbagai kritik pula mengemuka karena bedah caesar yang disebut-sebut lebih menguntungkan rumah sakit atau karena bedah caesar lebih mudah dan lebih singkat waktu prosesnya oleh dokter spesialis kandungan. Kritik lainnya diberikan terhadap mereka yang meminta proser bedah caesar karena tidak ingin mengalami nyeri waktu persalinan normal.

Sang ibu tetap dalam keadaan sadar waktu bayinya dilahirkan Sang ibu umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk menghindari si bayi dari pembiusan.

Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah caesar menjadi semakin jarang dilakukan karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu dan si bayi. Pembiusan umum dilakukan apabila terjadi kasus-kasus berisiko tinggi atau kasus darurat. Persalinan normal setelah bedah caesar adalah umum dilakukan pada masa sekarang ini. Di waktu lalu, bedah caesar dilakukan dengan sayatan vertikal


(50)

sehingga memotong otot-otot rahim. Bedah caesar sekarang ini umumnya melalui sayatan mendatar pada otot rahim sehingga rahim lebih terjaga kekuatannya dan dapat menghadapi kontraksi kuat pada persalinan normal berikutnya. Luka bekas sayatan pada bedah caesar sekarang ini adalah terletak di bawah "garis bikini".(www.medilab.com/ops/caesar.html).

2.5. Landasan Teori

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung (Notoatmodjo 2003), sedangkan Skinner (1938), dalam Notoatmodjo seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus.

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat, oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau yang ditujukan kepada faktor pelaku ini sangat strategis (Notoatmodjo,2003).

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :

1) Faktor-Faktor dasar (Predisposing Factor).

Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan


(51)

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

2) Faktor-Faktor Pendorong (Enabling Factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, dan juga media massa.

3) Faktor-Faktor Pendukung ( Reinforcing Factor )

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, suami, keluarga dalam memberikan dukungannya kepada seorang ibu menyusui dalam memberikan ASI.


(52)

2.6. Kerangka Konsep

Dari tinjauan pustaka yang telah dijabarkan maka peneliti merumuskan kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi a. Umur b. Paritas c. Pendidikan d. Pengetahuan e. Pekerjaan

Faktor pendorong a. Media massa

Faktor pendukung

a. Dukungan petugas b. Dukungan

keluarga/suami

c. Dukungan masyarakat

Perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survai analitik dengan tipe explanatory research bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel – variabel melalui pengujian hipotesis. Rancangan penelitian adalah dengan menggunakan disain potong lintang, yaitu melakukan pengamatan dalam satu waktu dari data primer dengan melakukan wawancara langsung.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Kabanjahe bagian ibu dan anak karena pasien yang melakukan operasi caesar ditempatkan di bagian ini. Penelitian ini membutuhkan waktu satu bulan terhitung bulan Juli sampai dengan Agustus 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan operasi caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus, dan sekaligus menjadi sampel penelitian atau dilakukan total population sampling (Sugiyono, 2007).


(54)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner yang berupa data primer. Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk melihat validitas dan reliabilitas alat ukur.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel pada analisis reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

Reliabilitas merupakan indeks sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya menggunakan metode cronbach’s alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r- hitung > 0,576 maka dinyatakan reliabel (Helmi. 2009).

Peneliti untuk mendukung penelitian ini, maka dikumpulkan data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen Rumah Sakit Umum Kabanjahe berupa data rekam medis, dan profil rumah sakit.


(55)

Tabel 3.1. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pertanyaan Nilai r hitung Keterangan

P1 0,982 Valid

P2 0,949 Valid

P3 0,978 Valid

P4 0,913 Valid

P5 0,976 Valid

P6 0,959 Valid

P7 0,973 Valid

P8 0,972 Valid

P9 0,934 Valid

P10 0,775 Valid

P11 0,967 Valid

P12 0,922 Valid

P13 0,952 Valid

P14 0,898 Valid

P15 0,992 Valid

P16 0,492 Valid

Karakteristik r = 0,989 Reliabel

D1 0,561 Valid

D2 0,913 Valid

D3 0,939 Valid

D4 0,845 Valid

D5 0,893 Valid

Dukungan media r = 0,934 Reliabel

Dk1 0,912 Valid

Dk2 0,883 Valid

Dk3 0,856 Valid

Dk4 0,930 Valid

Dk5 0,921 Valid

Dukungan keluarga r = 0,954 Reliabel

Dp1 0,587 Valid

Dp2 0,827 Valid

Dp3 0,936 Valid

Dp4 0,872 Valid

Dp5 0,910 Valid

Dukungan petugas r = 0,954 Reliabel

Dm1 0,947 Valid

Dm2 0,907 Valid

Dm3 0,923 Valid


(56)

Tabel 3.1. Lanjutan

Dm5 0,870 Valid

Dukungan Masyarakat r =0,943 Reliabel

Pr1 0,966 Valid

Pr2 0,943 Valid

Pr3 0,969 Valid

Pr4 0,896 Valid

Perilaku menyusui r = 0,983 Reliabel

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Subvariabel Definisi operasional Kategori Kriteria Alat

ukur Faktor

predisposing

Umur Umur ibu Kuesioner

Paritas Jumlah anak Kuesioner

Pendidikan Pendidikan yang pernah dijalani ibu

Kuesioner Pekerjaan Pekerjaan yang dilajankan ibu Kuesioner Pengetahuan Pengetahuan ibu tentang

menyusui 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 1.>75 % 2.40-75% 3.<40% Kuesioner Faktor pendukung

Media massa Informasi yang diterima ibu 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 1.>75 % 2.40-75% 3.<40% Kuesioner Faktor pendorong Dukungan petugas kesehatan

Saran ataupun anjuran dari petugas kesehatan

Kuesioner

Dukungan keluarga/suami

Dukungan yang diperoleh ibu dari suaminya untuk menyusui anak

Kuesioner

Dukungan masyarakat

Dukungan dari masyarakat di tempat ibu berdomisili

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 1.>75 % 2.40-75% 3.<40% Kuesioner Perilaku pemberian ASI Perilaku pemberian ASI

Bagaimana ibu memberikan ASI kepada Bayinya

1.>75 % 2.40-75% 3.<40%

Kuesioner

1. Umur adalah usia ibu dari tanggal ulang tahun terakhirnya 2. Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh ibu


(57)

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh ibu 4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang memberikan penghasilan yang berupa

imbalan berupa uang atau jasa

5. Pengetahuan adalah hasil tahu akan sebuah objek dalam hal ini adalah tentang Air Susu Ibu

6. Sikap adalah reaksi terhadap suatu rangsangan yaitu terhadap pemberian Air Susu Ibu kepada bayi

7. Media massa adalah saluran informasi atau media untuk mendapatkan informasi mengenai menyusui yang bersifat besar dan luas

8. Dukungan petugas kesehatan adalah bentuk respon yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap ibu yang menjalani operasi caesar

9. Dukungan keluarga/suami adalah bentuk respon yang diberikan oleh keluarga terhadap ibu yang menjalani operasi caesar

10.Dukungan masyarakat adalah bentuk respon yang diberikan oleh masyarakat terhadap ibu yang menjalani operasi caesar

11.Perilaku pemberian ASI adalah bagaimana ibu dalam memberikan ASI kepada bayi setelah operasi caesar

3.6. Metode Pengukuran

Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala ordinal untuk mengukur perilaku responden yang meliputi pengetahuan, sikap dimana variabel pengukuran


(58)

dijabarkan menjadi sub variabel dan kemudian sub variabel dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur berdasarkan nilai yang diberikan setiap pertanyaan.

3.7. Metode Analisis Data

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel – variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya.

2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Analisis multivariat, yaitu analisis untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen yang disebut juga multiple regresi logistic. Teknik analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta teridentifikasi faktor paling dominan dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada taraf kepercayaan 95% (nilai p=0.05).


(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Kabanjahe terletak di Jalan Selamat Ketaren Kelurahan Kabanjahe Kecamatan kabanjahe, dengan luas tanah 14.672 m2 dan luas bangunan 11.272 m2, Rumah Sakit Umum Kabanjahe didirikan pada tahun 1921 dengan nama Bataks Institute selanjutnya setelah Proklamasi kemerdekaan tahun 1945 diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah Kabupaten Karo.

RSU Kabanjahe memiliki sarana dan prasarana berupa : 1. Bangunan Rumah Sakit

Terdiri dari bangunan berlantai dua, sebahagian berlantai satu 2. Jumlah tempat tidur tersedia : 250 TT

3. Fasilitas

Berupa : lift 1 unit, listrik PLN dan genzet, AC, Gas medis, Telekomunikasi 4. Keadaan ketenagaan

Jumlah dokter spesialis :18 orang (part time) Jumlah dokter umum : 13 orang

Jumlah paramedis : 222 orang Jumlah non medis : 26 orang


(60)

Pelayanan RSU Kabanjahe dikelompokan menjadi unit pelayanan perawatan dan unit pelayanan penunjang medis. Unit pelayanan perawatan meliputi rawat inap, rawat jalan, kamar bedah, perawatan intensive, unit haemodialisa dan lainnya serta unit penunjang medis meliputi,radiologi, laboratorium, diagnostik spesialis, rehabilitasi medik dan unit Farmasi, (Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe).

4.1.2. Falsafah Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Rumah Sakit Umum Kabanjahe mengutamakan pelayanan efisien, bermutu, profesional dan dilandasi tanggung jawab dan moral yang tinggi sesuai dengan etika profesi serta terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat.

4.1.3. Visi Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Rumah Sakit Umum Kabanjahe sebagai salah satu rumah sakit kabupaten terbaik di Provinsi Sumatera Utara dalam hal memberi pelayanan kesehatan.

4.1.4. Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna secara profesional, bermutu sesuai dengan etika rumah sakit serta terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat.

2. Melaksanakan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.


(61)

4.1.5. Tujuan Rumah Sakit Umum Kabanjahe

1. Pelaksanaan pelayanan kesehatan secara tertib, efisien, profesional, akurat dan terjangkau sehingga tercapai penyembuhan dan pemulihan kesehatan. 2. Pemeliharaan suasana lingkungan rumah sakit yang aman, nyaman dan

bersih sehingga menimbulkan kepuasan bagi penderita.

3. Pengembangan Rumah Sakit Umum Kabanjahe sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi serta kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan kemampuan rumah sakit.

4.1.6. Motto Rumah Sakit Umum Kabanjahe

MALEM (Murah, Akurat, Lemah Lembut, Efisien, Memuaskan).

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2010, terdapat 68 orang melakukan persalinan, 35 orang diantaranya dengan proses operasi caesar. Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik responden seperti dalam tabel 4.1 dibawah ini:


(62)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan Responden Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010

No. Kelompok Umur N %

1. < 20 tahun 2 5,7

2. 20-25 tahun 13 37,15

3. 26-30 tahun 13 37,15

4. 31-35 tahun 4 11,43

5. > 35 tahun 3 8,57

Jumlah 35 100

Paritas

1. 1 anak 18 51,4

2. 2 anak 15 42,9

3. >2 anak 2 5,7

Jumlah 35 100

Pendidikan

1. SD/sederajat 9 25,7

2. SMP/sederajat 6 17,1

3. SMA/sederajat 12 34,3

4. Perguruan Tinggi 8 22,9

Jumlah 35 100

Pekerjaan

1. Pegawai negeri sipil 18 51,4

2. Swasta 10 28,6

3. Ibu Rumah Tangga 7 20

Jumlah 35 100

Dari Tabel 4.1. di atas, hasil penelitian menunjukkan <20 tahun sebanyak 2 orang (5,7%) 20-25 tahun sebanyak 13 orang (37,15%), 26-30 tahun sebanyak 13 orang (37,15%) 31-35 tahun sebanyak 4 orang (11,43%) dan 36-40 tahun (8,75%).

Berdasarkan Tabel 4.1. di atas, diketahui responden mempunyai jumlah anak 1 sebanyak 18 orang (51,4%), jumlah anak 2 sebanyak 15 orang (42,9%) dan yang mempunyai jumlah anak lebih dari 2 sebanyak 2 orang (5,7%)


(63)

Berdasarkan Tabel 4.1. di atas, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan D3/PT yaitu sebanyak 8 orang (22,9%), tingkat pendidikan SLTA yaitu berjumlah sebanyak 12 orang (34,3%), tingkat pendidikan SLTP yaitu berjumlah sebanyak 6 orang (17,1%) dan SD yaitu sebanyak 9 orang (25,7%).

Berdasarkan Tabel 4.1. di atas, diketahui bahwa responden dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 10 orang (28,6%), PNS sebanyak 18 orang (51,4) dan ibu rumah tangga sama yaitu sebanyak 7 orang (20%).

4.3. Analisis Univariat 4.3.1 Pengetahuan

Pada variabel pengetahuan dibagi atas dua jenis pertanyaan yaitu yang menggunakan tiga dan dua jawaban untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden. Hasil penelitian seperti pada tabel 4.2. dibawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010

Ya Tidak

Pengetahuan

n % n %

Apakah operasi caesar membuat air susu ibu tidak ada? 23 65.7 12 34.3 Apakah ibu tahu cara memberikan ASI setelah operasi

caesar? 23 65.7 12 34.3

Menurut ibu apakah bayi anda dapat menyusui langsung

setelah operasi? 10 28.6 25 71.4

Menurut ibu apakah setelah operasi caesar sulit untuk

memberikan ASI? 23 65.7 12 34.3

Menurut ibu jika ASI dipindahkan ke dalam botol lalu diberikan ke bayi merupakan cara yang baik agar tetap memberikan ASI?

15 42.9 20 57.1 Menurut ibu apakah bayi yang lahir melalui proses operasi


(64)

Pada Tabel 4.2 diatas menunjukkan berdasarkan pengetahuan responden bahwa mayoritas responden menjawab lebih dari 30 menit untuk memberikan ASI setelah operasi yaitu pilihan B sebanyak 23 orang (65.7%) untuk pemberian ASI tanpa makanan pendamping responden menjawab mayoritas yaiu pilihan B kurang dari enam bulan sebanyak 16 orang (45.7%) untuk manfaat pemberian ASI responden mayoritas menjawab pilihan B yaitu Menjadikan hubungan Ibu dan bayi semakin erat sebanyak 16 orang (45.7%). Untuk makanan yang baik untuk bayi mayoritas responden menjawab ASI dan makanan lain yang mendukung cukup zat gizi seimbang yaitu pilihan A sebanyak 18 orang (51.4%) untuk pengertian makanan tambahan mayoritas responden manjawab makanan pengganti ASI sebanyak 16 orang (45.7%) mengenai pengertian kolostrum responden mayoritas manjawab Air susu yang berwarna kuning pekat dan kental, sangat penting bagi bayi yaitu pilihan B sebanyak 15 orang (42.9%). Untuk jawaban apakah operasi caesar membuat air susu ibu tidak ada mayoritas menjawab ya yaitu sebanyak 23 orang (65.7%) mayoritas responden tahu cara memberikan ASI setelah operasi Caesar yaitu sebanyak 23 orang (65.7%) dan menurut responden bayi tidak dapat menyusui langsung setelah operasi 25 orang (71.4%) menurut responden mayoritas setelah operasi caesar sulit untuk memberikan ASI yaitu sebanyak 23orang (65.7%) menurut responden jika ASI dipindahkan ke dalam botol lalu diberikan ke bayi bukan merupakan cara yang baik agar tetap memberikan ASI yaitu sebanyak 20 orang (42.9%) menurut mayoritas reponden bayi yang lahir melalui proses operasi caesar memerlukan makanan tambahan yaitu sebanyak 26 orang (74.3%)


(65)

4.3.2 Dukungan Petugas

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010

Ya Tidak

Dukungan petugas kesehatan

n % n %

Apakah Ibu mendapat bimbingan atau penyuluhan dan peragaan tentang pemberian ASI setelah Operasi caesar oleh petugas kesehatan selama masa kehamilan

5 14.3 30 85.7 Apakah petugas kesehatan pernah menyarankan ibu untuk

menyusui bayi setelah Operasi caesar? 6 17.1 29 82.9 Apakah Ibu pernah dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk

tidak memberi makanan selain ASI setelah Operasi caesar? 5 14.3 30 85.7 Apakah ada bimbingan yang rutin sebulan sekali tentang

pemberian ASI setelah Operasi caesar oleh petugas kesehatan?

16 45.7 19 54.3 Apakah Ibu melihat gambar-gambar tentang pemberian ASI

di tempat anda memeriksakan kehamilan? 7 20 28 80

Dari tabel 4.3 diatas mayoritas responden tidak mendapat bimbingan atau penyuluhan dan peragaan tentang pemberian ASI setelah operasi caesar oleh petugas kesehatan selama masa kehamilan yaitu sebanyak 30 orang (85.7%) dari petugas kesehatan mayoritas tidak pernah menyarankan ibu untuk menyusui bayi setelah operasi caesar yaitu sebanyak 29 orang (82.9%) mayoritas responden tidak pernah dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk tidak memberi makanan selain ASI setelah operasi caesar yaitu sebanyak 30 orang (85.7%) mayoritas responden tidak ada bimbingan yang rutin sebulan sekali tentang pemberian ASI setelah operasi caesar oleh petugas kesehatan yaitu sebanyak 19 oarang (54.3%) mayoritas responden tidak melihat gambar-gambar tentang pemberian ASI di tempat reponden memeriksakan kehamilan yaitu sebanyak 28 orang (80%).


(66)

4.3.3 Dukungan Media

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Dukungan Media terhadap Perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010

Ya Tidak

Dukungan media

n % n %

Apakah anda mendapatkan informasi tentang ASI Pasca

operasi Caesar 19 54.3 16 45.7

Apakah anda mendapatkan informasi mengenai cara

memberikan ASI Pasca operasi caesar? 17 48.6 18 51.4 Apakah informasi yang anda terima sudah baik 19 54.3 16 45.7 Dari media manakah anda dapatkan informasi yang paling

lengkap? 17 48.6 18 51.4

Apakah anda mendapatkan informasi mengenai Inisiasi

menyusui dini Pasca operasi caesar? 19 54.3 16 45.7

4.3.4 Dukungan Masyarakat

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Dukungan Masyarakat terhadap Perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010

Ya Tidak

Dukungan Masyarakat

n % n %

Apakah masyarakat disekitar atau tetangga anda menganjurkan anda untuk memberikan ASI Pasca operasi caesar?

7 20 28 80 Apakah masyarakat disekitar atau tetangga anda mengajarkan

anda cara untuk memberikan ASI setelah operasi? 15 42.9 20 57.1 Apakah masyarakat disekitar lingkungan kerja anda

membantu dan mendukung anda untuk memberikan ASI Pasca operasi Caesar

22 62.9 13 37.1 Apakah masyarakat disekitar atau tetangga anda

menganjurkan anda untuk melakukan Inisiasi menyusui dini Pasca operasi Caesar

15 42.9 20 57.1 Apakah masyarakat disekitar atau tetangga anda memberikan


(1)

Semua ibu dapat tidak memberikan ASI kepada bayinya. Studi Seaman (2003), di Pensylvania, hanya sekitar 44% ibu –ibu yang menyusui bayinya saat di rumah sakit, dan enam bulan kemudian menjadi 13%. Dari mereka yang memberikan susu formula, 36% karena suami merasa kurang nyaman, dan 24,3% karena pengaruh nenek-kakek dan anggota keluarga lain. Pandangan para ayah yang merasa tidak nyaman dengan kegiatan menyusui merupakan alasan utama para ibu memilih memberikan susu formula.

Manik (2007), menyimpukan bahwa pengaruh keluarga terhadap pola pemberian makanan pada balita di Kabupaten Dairi mempunyai pengaruh yang signifikan. Pengaruh keluarga sangat memiliki pengaruh di seluruh kebudayaan Indonesia, dimana setiap budaya memiliki cara tersendiri dalam melakukan pola pengasuha terhadap anak mulai dari bayi sampai dewasa. Walaupun tidak dapat dipungkiri peran perempuan lebih besar dalam memberikan pengasuhan anak.

Dalam keluarga juga terbentuk pola pikir dalam pengambilan keputusan, seluruh anggota keluarga mempunyai kesempatan dalam mengutarakan pendapat dan saling bertukar informasi. Sikap saling mendukung dan melindungi anggota keluarga juga akan terlihat dalam setiap masalah yang ada dalam keluarga tersebut. Pada proses menyusui pasca operasi caesar yang merupakan masalah keluarga tentunya anggota keluarga yang lain akan memberikan dukungan terhadap ibu dalam melakukan proses menyusui melalui kapasitas dan perannya masing-masing.


(2)

5.4. Pengaruh variabel dukungan masyarakat terhadap perilaku Menyusui Pasca Operasi Caesar

Pada kategori dukungan masyarakat dari 22 orang dengan kategori dukungan baik terdapat sebanyak 2 orang (9,1%) dengan perilaku menyusui baik, untuk perilaku menyusui sedang sebanyak 4 orang (18,2%) dan kurang baik sebanyak 16 orang (72,7%). Untuk kategori dukungan masyarakat dari 13 orang dengan kategori dukungan sedang terdapat sebanyak 5 orang (38,3%) dengan perilaku menyusui baik, untuk perilaku menyusui sedang sebanyak 8 orang (61,5%) Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan Masyarakat dengan perilaku menyusui dimana nilai p (0,000) < 0,05. Hasil uji multivariat dukungan masyarakat mempunyai pengaruh yang paling signifikan diantara faktor-faktor yang lain dimana nilai p (0,003)<0,05.

Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis, dan juga karena wanita tidak pernah melihat model menyusui ASI dari lingkungannya. Menurut Valdes and Schooley (1996), wanita yang berada dalam lingkungan modern di perkotaan, maka tidak akan pernah melihat ibu atau kerabatnya menyusui. Bahkan yang dilihat disekelilingnya adalah ibu-ibu kebanyakan menggunakan susu formula. Pada waktu kecil kebiasaan main bagi anak perempuan adalah boneka bayi dan susu botol. Saat remaja dan dewasa mereka juga terbiasa terekspose susu formula melalui berbagai poster, tv, radio, majalah, dan berbagai media massa lainnya.


(3)

Pada masyarakat indonesia yang sangat sosial, pengaruh suatu kebudayaan dimana seseorang hidup sangat mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menjalankan kehidupan. Termasuk dalam pemberian ASI kepada bayi. Tata cara dan adab dalam pemberian ASI juga diatur dalam kebudayaan yang terlihat dari sikap masyarakatnya.

Faktor dukungan masyarakat dalam penelitian ini sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya pasca operasi caesar. Kondisi masyarakat karo yang sangat sosial dan memiliki kekerabatan yang masih dekat sehingga dukungan dari masyarakat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam perilaku pemberian ASI pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2010.


(4)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pada hasil penelitian didapatkan bahwa faktor usia p(0,042), pengetahuan p(0,011), dukungan keluarga p(0,002) dan dukungan masyarakat p(0,000) pada taraf uji bivariat mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar p< 0,05. Namun pada tarap uji stastitik multivariat menunjukkan faktor pekerjaan p (0,038), faktor dukungan masyarakat p (0,003) dan faktor dukungan keluarga p (0,035) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku menyusui ibu pasca operasi caesar. Faktor dukungan masyarakatlah yang mempunyai pengaruh paling signifikan dimana nilai p = 0,003 sehingga nilai β =0,567.

6.2. Saran

1. Perlunya peningkatan peran suami dalam membantu istri dalam pemberian ASI secara baik dan benar

2. Peningkatan kapasitas anastesi Rumah Sakit Umum Kabanjahe agar dapat melakukan kelahiran dengan anastesi spinal/ epidural

3. Bagi penelitian lain di harapkan dapat di kembangkan lagi konsep penelitan ini dikarenakan penelitian ini mungkin masih terdapat kekurangan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2004. Dorong ASI eksklusif. http://www.lycos.co.ok/budiw/ index.php?m=200411-20k-22

, 2010. Manfaat ASI. www.gizi.net/gizi/asi/manfaat09218.

, 2004.Tumbuh kembang Bayi . www.2004digitizadbyusu_library.ac.id

Dep Kes. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta: Dep Kes Jakarta.

General Java Online. 2004. Pemberian ASI secara Dini dan Eksklusif. http://www.sroggyn.www3.50megs.com/mnh/asi.html-9ksupplemental

Joan Nelson. 2001. Cara Menyusui yang Baik. Jakarta: Penerbit Arcan.

Khairunniyah, 2004, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari factor Motivasi,Presepsi,Emosi,dan Sikap Pada IbuYang Melahir kan , Tesis Bandung,Universitas Padjadjaran

Nuraini Irma Susanti. 2004. Usia Tepat Mendapat Makanan Tambahan. http://www.tabloit-nakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik

Prabu. 1996. Penyakit-Penyakit Infeksi Umum Jilid I. Jakarta: Widya Medika.

Soekidjo Notoadmojo.2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Soetjiningsih. 1997. Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sugiyono. 2002. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta

Sunoto. 2001. Di Balik Kontrovensi ASI- Susu Formula. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(6)

Utami Roesli. 2004. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo.

__________. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo. UNDP. 2004. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium Indonesia. http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/indonesiaMDG-BI Goal1-pdf UNICEF. 2005. Rekomendasi tentang Pemberian Makanan Bayi pada Situasi Darurat.Http://www.Who.Or.id/ind/contents/aceh/pemberian%20makan% 20bayi% 20pada% 20situasi%20bencana.pdf.

Wiknjosastro, G. H. (1999). Hak wanita untuk reproduksi dan abortus. Indones J. Obstet Gynecol

Yussiana, dkk.2008. Menyusui Anak Sebagai Ungkapan Kasih Sayang.Jakarta, Alex media komputindo.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Ibu Hamil Peserta Jampersal Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

3 57 107

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

1 39 88

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Terhadap Perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2011

3 67 101

Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008

3 74 96

Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008

8 49 85

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung Dan Pendorong Terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

2 32 94

Gambaran Faktor Perilaku Tidak Aman pada Pekerja PT. Krakatau Engineering Area Cook Over Plant (COP) Proyek Blast Furnace PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk Tahun 2015

0 20 258

Evaluasi Ruang Ibu Menyusui di Rumah Sakit

0 4 9

Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Kuta Selatan.

0 1 12

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG, DAN PENDORONG PADA IBU HAMIL PESERTA JAMPERSAL TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL K4 DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 13