Sakit Umum Kabanjahe 2010. Dalam uji ini semua variabel yang berhubungan signifikan pada uji bivariat
α = 5 0,05 akan dimasukkan secara bersama-sama ke dalam uji multivariat. Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah Uji
Regresi Linear Berganda. Namun sebelum uji multivariat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemilihan variabel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji
multivariat. Uji yang dilakukan untuk memilih variabel ini adalah uji bivariat dengan menggunakan Uji Regresi Linear Berganda.
4.5.1. Pemilihan variabel uji multivariat
Pada penelitian ini terdapat lima variabel independen yang mempunyai pengaruh yaitu umur, pekerjaan, pengetahuan, dukungan masyarakat, dan dukungan
keluarga yang terpilihmemenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat, ditentukan dari hasil analisis uji bivariat dimana bila hasil analisis bivariat didapat
nilai p value 0,25 maka variabel tersebut akan dimasukkan ke dalam uji multivariat dan sebaliknya bila nilai p value 0,25 maka variabel itu tidak dimasukkan atau
dikeluarkan dari uji multivariat. Dalam hal ini yang dapat diujikan dalam variabel multivariate adalah variabel Usia p0,042 Pekerjaan p0,130 Pengetahuan p0,011
Dukungan masyarakat p0,000 Dukungan keluarga p0,002.
4.5.2. Penentuan variabel yang paling berpengaruh
Penentuan variabel yang paling berpengaruh mutu pelayanan terhadap loyalitas pasien, maka semua variabel yang telah memenuhi syarat dimasukkan ke
Universitas Sumatera Utara
dalam uji multivariat menggunakan regresi Linear Berganda yang dianalisis secara bersamaan, dimana variabel yang p value-nya 0,05 akan dikeluarkan secara
berurutan dimulai dari p value yang terbesar. Hasil akhir analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.16. berikut ini :
Tabel 4.19. Hasil Uji Multivariat Regresi Linier Berganda Untuk Identifikasi Variabel Dependen yang Paling Berpengaruh terhadap Perilaku
Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010
No. Variabel P-Value
1 Usia
0,396 2
Pekerjaan 0,038
3 Pengetahuan
0,099 4
Dukungan masyarakat 0,003
5 Dukungan keluarga
0,035 signifikan
Hasil analisis multivariat pada Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa 3 variabel yang menunjukkan pengaruh terhadap perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar
Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2010. Variabel tersebut yaitu pekerjaan p 0,038 0,05, dukungan masyarakat p 0,003 0,05 dan dukungan keluarga p 0,035
0,05. Sedangkan dari ketiga variabel tersebut yang menjadi variabel yang paling dominan yaitu dukungan masyarakat dengan nilai
β 0,567.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Variabel Karakteristik Respoden Umur, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan terhadap Perilaku Ibu Menyusui Pasca Operasi Caesar
Pada karakteristik responden, diketahui bahwa untuk kategori umur dari 2 orang dengan kategori umur 20 tahun keseluruhannya dengan perilaku menyusui
baik 100, kategori umur dari 13 orang dengan kategori umur 20-25 tahun terdapat sebanyak 3 orang 23 dengan perilaku menyusui baik, 5 orang38,5 dengan
perilaku menyusui sedang dan 5 orang 38,5 dengan perilaku menyusui kurang baik. Kategori umur dari 13 orang dengan kategori umur 26-30 tahun terdapat
sebanyak 2 orang 15,5 dengan perilaku menyusui baik, 3 orang 23 dengan perilaku menyusui sedang dan 8 orang 61,5 dengan perilaku menyusui kurang
baik. Kategori umur dari 4 orang dengan kategori umur 31-35 tahun, 1 orang dengan perilaku menyusui sedang 25dan 3 orang dengan perilaku menyusui 75.
Kategori umur dari 3 orang dengan kategori umur 36-40 tahun, keseluruhannya berperilaku tidak baik. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara usia terhadap perilaku menyusui dimana nilai p 0,042 0,05. Namun pada uji multivariat tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara fakor usia dengan perilaku menyusui. Responden dengan usia 20 tahun terdapat dalam sampel penelitian ini. Kita
ketahui bahwa usia muda sangat beresiko dalam proses kelahiran, namun dari hasil penelitian perilaku menyusui usia muda ini cukup baik sepertinya dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
banyaknya informasi yang telah diterimanya dan dimungkinkan juga bahwa proses konsultasi dengan tenaga medis yang baik serta dukungan keluarga terhadap proses
persalinan dan menyusui yang baik. Semakin tinggi usia juga menunjukkan semakin banyak pengalaman dan
informasi yang didapatkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2003, bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini mungkin terjadi karena semakin seseorang dewasa maka semakin baik cara berfikirnya. Umur secara
signifikan mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya dikarenakan faktor usia menentukan kematangan dalam mengabil keputusan dan
mempertimbangkan informasi, dukungan dan halangan yang ada dalam pemberian ASI.
Tetapi penelitian tidak sesuai dengan pendapat Steven 2005, bahwa umur ibu tidak ada hubungan dengan perkembangan bayi karena ibu yang berusia muda
15- 34 thn dapat memiliki bayi dengan perkembangan baik apabila ibu dapat meluangkan waktunya lebih banyak kepada bayi untuk memantau perkembangannya
serta memberikan kasih sayang yang cukup. Namun dalam Rohani 2007, pekerjaan adalah faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI kepada bayi di wilayah
kerja puskesmas Teluk Kabupaten Langkat. Ibu yang bekerja cenderung lebih sibuk dan tidak punya waktu untuk memberikan ASI kepada bayinya sehingga ibu-ibu yang
bekerja cenderung memberikan susu formula kepada bayinya karena durasi waktu bekerja yang cukup lama.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pada faktor paritas p0,770, faktor pendidikan nilai p 0,377 dan faktor pekerjaan p0,130 lebih besar dari nilai
α yaitu 0,05 sehingga secara statistik diartikan tidak memiliki pergaruh yang signifikan terhadap perilaku menyusui.
Namun pada tingkat analisis multivariat faktor pekerjaan mempunyai pengaruh yang signifikan dimana nilai p=0,038.
Faktor paritas tidak memiliki pengaruh dimungkinkan karena ibu dapat menyusui bayinya sejak kelahiran anak pertama sampai seterusnya, atau jika ibu tidak
dapat memproduksi ASI maka dia tidak akan dapat menyusui bayinya. Namun dalam beberapa kasus disebutkan bahwibu yang memiliki jumlah anak yang banyak jarang
memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Gultom 2010, dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu tidak memberikan asi ekslusif kepada bayi-nya di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang menyebutkan faktor
paritas dan pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemberian ASI kepada bayinya sesuai dengan hasil penelitian ini.
Faktor pekerjaan berpengaruh dimungkinkan karena pekerjaan ibu yang menyita waktu memberikan sedikit waktu untuk melakukan proses menyusui
sehingga banya ibu yang telah bekerja tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Namun ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang banyak untuk
merwat bayinya dan dapat memberikan ASI secara eksklusif. Mardiana 2001, faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI di
kota Balikpapan menyebutkan bahwa pekerjaan mempunyai pengaruh yang
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap pemberian ASI dikarenakan seorang ibu yang mempunyai pekerjaan mempunyai waktu yang sedikit untuk memberikan ASI kepada bayinya
sehingga banyak ibu yang bekerja memberikan susu formula kepada bayinya.
5.2. Pengaruh variabel pengetahuan terhadap perilaku ibu menyusui pasca operasi caesar