5.2 Laju Aliran Saliva Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di Klinik Rasyida Medan
Hasil penelitian tabel 6 menunjukan nilai rerata laju aliran saliva yang distimulasi pada penderita gagal ginjal kronik adalah 0,76 ± 0,088 mLmenit lebih
rendah dibandingkan nilai normal laju aliran saliva yang distimulasi 1,0-3,0 mLmenit. Laju aliran ini dapat dikategorikan sebagai laju aliran saliva rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bayraktar, dkk di Istambul, Turki tahun 2009 pada 100 orang penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
dimana rerata laju aliran saliva stimulasi subjek adalah 0,70 ± 0,32 mLmenit.
11
Pada penderita gagal ginjal kronik rendahnya laju aliran saliva disebabkan pembatasan air minum untuk mengurangi resiko terjadinya kelebihan beban
sirkulasi, edem dan toksikasi cairan. Penyakit ginjal kronik umumnya disebabkan oleh diabetes, hipertensi, glomeronefritis, obstruksi dan infeksi ginjal yang mana
pengobatan penyakit tersebut menggunakan obat-obat seperti antihipertensi, antidepresan, antihistamin dan antipsikotik yang diketahui juga dapat menyebabkan
produksi saliva menurun. Obat-obatan tersebut memengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses
seluler yang diperlukan untuk saliva. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau
dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.
1,10,42,43
5.3 pH Saliva Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di Klinik Rasyida Medan
Hasil penelitian tabel 7 menunjukan bahwa nilai rerata pH saliva yang distimulasi pada penderita gagal ginjal kronik adalah 7,17 ± 0,23 lebih tinggi
dibandingkan nilai normal pH saliva 6,0-7,0. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Bayraktar,dkk di Istambul, Turki tahun 2009 pada 100 orang penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dimana rerata nilai pH saliva diatas nilai normal yaitu 8,12 ± 0,74.
11
Penelitian lain yang dilakukan Kaushik, dkk di Rumah Sakit Ramaiah, Bangalore, India tahun 2013 pada 100 orang penderita gagal
Universitas Sumatera Utara
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis juga menunjukan nilai pH saliva diatas normal yaitu 7,28 ± 0,25.
43
Peningkatan konsentrasi urea, fosfor, sodium, potasium pada penderita gagal ginjal kronik menyebabkan peningkatan nilai pH. Hidrolisis urea yang berlebihan
menjadi amoniak oleh bakteri urease
staphylococcus salivarius dan actinomyces naeslundii
menyebabkan kondisi alkalibasa pada rongga mulut. Pada penderita
gagal ginjal kronik pembatasan air minum untuk mengurangi resiko terjadinya kelebihan beban sirkulasi, edem dan toksikasi cairan, juga menyebabkan penurunan
laju aliran saliva dan perubahan komposisi saliva.
1,10,32,42
Peningkatan nilai pH saliva yang tidak signifikan pada penelitian ini kemungkinan dapat disebabkan oleh pengaruh kondisi psikologis subjek. Penelitian
yang dilakukan oleh Bonsola, dkk pada tahun 2010 pada penderita gagal ginjal kronik menunjukan bahwa 52,3 subjek mengalami depresi, 42,5 subjek
mengalami kecemasan ringan dan 48,7 subjek mengalami kecemasan tingkat sedang hingga parah. Gangguan psikologis yang dialami penderita disebabkan oleh
keterbatasan pergerakan, fisik, penurunan kualitas hidup dan keharusan menjalani terapi hemodialisis secara terus menerus.
43
Kondisi psikologis seperti stress, kecemasan dan depresi diketahui dapat menginduksi meningkatan
alpha-amylase
saliva yang dapat menurunkan nilai pH. Stress dapat menyebabkan penurunan laju aliran saliva dan sekresi protein dari sel asinar sehingga
alpha-amylase saliva
juga ikut disekresikan sebagai kompensasi.
45
5.4 Kadar Urea Saliva Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di Klinik Rasyida Medan