20 adalah n buah, sedangkan jumlah
switch
grup ke dua adalah k buah, dan akan dibutuhkan
switch
sebanyak N
x
, dimana : N
x
= 2.N.k + k.Nn
2
…….………………2.1 Dan pada kenyataanya, pada saat semua
inlet
dipergunakan pada jaringan
switching
banyak tingkat, tidak semua
inlet
dapat mencapai
outlet
, hal ini berarti terjadi adanya
blocking
. Untuk dapat memperkecil kemungkinan
blocking
jumlah
stage
ke
2
pada
switching
3 tingkat harus memenuhi : k = 2.n
– 1…...…………………………2.2 Gambar 2.5 memperlihatkan contoh jaringan
switching
3 tingkat.
Gambar 2.5 Switching 3 Tingkat
2.7 Karakteristik Jaringan Interkoneksi
Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik jaringan interkoneksi berdasarkan topologi, teknik
switching
, sinkronisasi, strategi pengaturan, dan algoritma perutean.
2.7.1 Topologi
Topologi jaringan dapat diartikan dengan pengaturan statis dari kanal dan node dalam suatu jaringan interkoneksi, yakni jalur yang dijalani oleh paket.
Dalam perancangan suatu jaringan pemilihan topologi jaringan merupakan langkah awal yang penting oleh karena strategi
routing
dan metode kendali aliran
Universitas Sumatera Utara
21 tergantung pada topologi jaringan. Sangat diperlukan adanya suatu peta jalur,
sebelum jalur dapat dipilih dan melintasi rute yang terjadwal. Topologi juga tidak hanya berfungsi untuk menetapkan tipe jaringan tapi juga memberikan detil-detil
yang diperlukan seperti halnya
radix
dari
switch
, jumlah tingkatan, lebar dan juga laju bit pada kanal.
Pemilihan topologi dilakukan berdasarkan biaya dan kinerjanya. Biayanya ditentukan oleh jumlah dan kompleksitas dari
chip-chip
ini. Kinerja dari topologi ini mempunyai dua komponen, yaitu lebar pita dan
latency
. Keduanya ditentukan oleh faktor selain topologi, contohnya kendali alam, strategi
routing
, dan pola trafik. Untuk mengevaluasi topologinya saja, dikembangkan pengukuran seperti
bisectional bandwith
, kanal beban, dan penundaan jalur yang merefleksikan pengaruh yang kuat dari topologi kinerjanya.
2.7.2 Sinkronisasi
Dalam suatu jaringan interkoneksi sinkron, kegiatan pada elemen
switching
terminal masukan maupun keluaran IO dikendalikan oleh sebuah
clock
pusat sehinga semuanya bekerja secara sinkron. Sedangkan pada jaringan interkoneksi asinkron tidak.
2.7.3 Strategi Pengaturan
Pengaturan sebuah jaringan dapat dilakukan dengan cara terpusat ataupun terdistribusi. Dalam strategi pengaturan terpusat, sebuah pengendali pusat harus
memiliki semua informasi global dari sistem pada setiap waktu. Ini akan menghasilkan dan mengirimkan sinyal kontrol kepada setiap terminal yang
berbeda pada jaringan tergantung dari informasi yang dikumpulkan. Kompleksitas sistem bertambah dengan cepat seiring dengan bertambahnya jumlah terminal dan
dampaknya mengakibatkan sistem dapat berhenti. Berbeda dengan jaringan terdistribusi, pesan-pesan yang dirutekan mengandung informasi perutean yang
dibutuhkan. Informasi ini ditambahkan kepada pesan dan akan dibaca dan digunakan oleh elemen
switching
untuk merutekan pesan-pesan tersebut sampai ke tujuan.
Universitas Sumatera Utara
22 2.7.4
Algoritma Perutean Algoritma perutean tergantung pada sumber dan tujuan dari suatu pesan,
jalur interkoneksi yang digunakan ketika melalui jaringan. Perutean dapat disesuaikan ataupun ditentukan. Jalur yang telah ditentukan mekanisme
peruteannya tidak dapat diubah sesuai dengan trafik yang terjadi pada jaringan, artinya tidak dapat dialihkan ke rute yang berbeda apabila terjadi kepadatan trafik.
2.8 Klasifikasi Jaringan Interkoneksi Banyak Tingkat