b. Cerdas
Selain karakter licik yang dimiliki Cao Cao, dia juga memiliki karakter Cerdas. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :
“ Cao Cao seorang yang cerdas. Dia ingin menguasai takhta Dinasti Han, tapi tidak berani mengkudeta. Kaisar terang – terangan sebab ia takut
dengan terjadinya pemberontakan – pemberontakan. Oleh sebab itu, secara ia menyingkirkan orang – orang yang setia dan bijaksana di pemerintahan.
Sedangkan orang – orang yang terang – terangan menentangnya langsung dihukum di tengah pasar. Sejak saat itu Cao Cao benar – benar ditakuti
oleh rakyat. Sam Kok, 2009 : 169
c. Cerdik
Cao Cao juga memiliki karakter cerdik sehingga dia mampu menyelamatkan dirinya dari segala sesuatu yang bisa membahayakan
jiwanya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini : Betapa cerdiknya Cao Cao, yang jadi permasalahan di sini adalah terlalu
banyak kuda yang berwarna cokelat, maka Lu Bu pasti membutuhkan cukup waktu untuk menemukan “Cao Cao” yang dimaksud.... Tanpa
membuang waktu lagi, Lu Bu segera memacu Chitu Ma menuju arah yang ditunjuk Cao Cao. Bukan main lega dan gembiranya Cao Cao ini berhasil
lolos dari lubang jarum. Sam Kok, 2009 : 123 “Cao Cao kaget setengah mati. Wajahnya yang semula bersinar – sinar
kembali berubah menjadi pucat pasi, lebih pucat dari sebelumnya. Pada saat itu, Lu Bu juga sudah tiba dan berjalan masuk kamar. Namun, bukan
Cao Cao namanya bila pasrah pada nasib. Otaknya yang cerdik dengan cepat segera berpikir. Ia langsung mengubah ekspresi wajahnya dalam
sekejap menenangkan diri dan maju selangkah ke depan. Lalu sambil berlutut ia menyerahkan gagang pedangnya kepada Dong Zhuo”. Sam
Kok, 2009 : 51 Kecerdikan Cao Cao juga terlihat ketika hendak membunuh Dong Zhuo.
Dong Zhuo kebetulan membuka mata dan melihat bayangan Cao Cao yang sedang menghunus pedang mustika. Dengan sigap Cao Cao langsung
Universitas Sumatera Utara
berpikir cepat dan merubah ekspresi wajahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :
Pada saat itu, Lu Bu juga sudah tiba, dan sedang berjalan masuk kamar. Namun, bukan Cao Cao namanya bila pasrah pada nasib.
Otaknya yang cerdik dengan cepat segera berpikir. Ia langsung mengubah ekspresi wajahnya dalam sekejap, menenangkan diri dan maju selangkah
ke depan. Lalu, sambil berlutut ia menyerahkan gagang pedangnya kepada Dong Zhuo. Sam Kok, 2009 : 51
d. Curiga