Pengembangan Masyarakat: Perspektif Keadilan Sosial dan Hak Azasi Manusia.

37 karena yang terpenting ialah agar dapat untuk memahaminya dan dapat mengetahui dimana titik yang harus dimulai. Sebuah komponen kunci dari pengembangan masyarakat adalah gagasan bekerja dalam solidaritas dengan warga masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa, seorang pekerja pengembangan masyarakat bukanlah aktor bebas yang mengikuti agendanya sendiri ketimbang menyediakan waktu dan menerima kesulitan-kesulitan untuk memahami sifat dari masyarakat lokal, tujuan dan aspirasi warga dan cara-cara berfungsinya masyarakat Tesoriero Ife, 2008: 261. Sebagai hasilnya, seorang pekerja masyarakat mampu bergabung dengan warga masyarakat itu dalam perjuangan mereka, dan bergerak dalam arah yang sama. Dimana kemajuan juga bagian dari proses perubahan, untuk menjadikan apa yang telah dicita-citakan oleh dan secara massa masayarakat itu sendiri dan memang harus dibangaun dari, untuk, dan oleh masyarakat itu sendiri dengan berbagai aspek dan landasan yang diantaranya berdasarkan keadilan sosial dan hak azasi manusia.

2.2.2. Pengembangan Masyarakat: Perspektif Keadilan Sosial dan Hak Azasi Manusia.

Dalam revolusi perancis, tercatat tiga nilai dasar yaitu “kebebasan, kesetaraan, dan solidaritas” yang apabila ketiga nilai tersebut dapat menjadi realitas dapat dianggap sebagai masyarakat berkeadilan. Akan tetapi dalam pemakaian makna kestaraan ini memiliki titik kerelatifitasan dengan makna keadilan hingga yang paling dominan pada tahun 1980-an yaitu keadilan sebagai nilai sentral dipakai menggantikan makna kesetaraan. Secara filsafat Heinrich 2002 menjelaskan, keadilan bukanlah “apa”, tetapi sebuah kategori relasi yang terkait Universitas Sumatera Utara 38 antar manusia. Relasi tertentu yang bisa disebut berkeadilan, karena pertanyaan selanjutnya bukanlah “apa itu keadilan?”, melainkan “apa yang berlaku pada keadilan?”. Topik keadilan adalah kedudukan orang-perorang dalam masyarakat, dalam relasi antar orang lain. Manusia memiliki kebutuhan, posisinya dalam relasi dengan yang lain yang berhubungan dengannya, menentukan, bagaimana dipahami, bagaimana dinilai. Sesuai dengan harga diri perorangan berkaca pada penilaian sesamanya, ia akan merasa diperlukan secara adil. Manifestasinya terlihat dalam penilaian terkait penyerahan penolakan atau penyitaan komoditas material dan ideal Tobias Gombert, dkk, Friedrich Ebert Stiftung: 20. Pada titik konvensional tentang keadilan sosial dalam teori keadilan yang dikembangkan oleh John Rawls 1972, 1999, dimana karyanya berusaha menerapkan prinsip-prinsip keadilan. Argumentasinya kompleks, dimana beliau menyimpulkan dengan tiga prinsip keadilan. Ketiganya adalah: kesetaraan dalam kebebasan dasar, kesetaraan untuk mendapatkan kesempatan untuk kemajuan, dan diskriminasi positif bagi mereka yang tidak-beruntung dalam rangka menjamin kesetaraan. Dari prinsip tersebut dapat dianyatakan bahwa prinsip-prinsip tersebut secara normal akan dipahami sebagai prinsip yang diterapkan kepada individu- individu. Akan tetapi ketiga prinsip ini belum dapat dikatakan cukup, karena analisis dari perspektif hanyalah salah satu cara untuk memahami isu-isu sosial dan keadilan sosial. Dalam istilah politik, perspektif individu pada hakikatnya memiliki orintasi yang liberal, dan walaupun orientasi ini telah menjadi sentral bagi filosofi politik barat arus utama sejak Hobbes dan Locke, itu adalah perspektif yang memberikan pandangan yang terbatas dan berdimensi-tunggal atas fenomena sosial, dan jika dipahami dalam isolasi, dapat dikritik sebagai berwatak-bawaan Universitas Sumatera Utara 39 yang konservatif dan tidak memiliki basis moral Banerjee 2005; Tesoriero Ife, 2008: 107. Suatu perlakuan sosiologis yang lebih luas, atas masalah-masalah sosial dan isu-isu sosial, suatu perspektif yang lebih luas di butuhkan dari apa yang dikemukakan Rawl jika ingin tiba pada suatu posisi yang akan menyiadakan suatu kerangka yang cukup untuk memahami dan mengambil tindakan dalam isu-isu sosial yang menghadang para pekerja masyarakat. Maka dari itu, tidak cukup analisis dari Rawl tentang eksploitasi dan penindasan sebagai penggerak ketidakadilan. Dimana dari keadilan sosial terbatas pada paling sedikit dua landasan dalam teori distribusional, yang didefinisikan oleh mullaly 1997: pertama, ia tidak memperdulikan proses-proses dan praktik sosial yang menyebabkan maldistribusi; dan kedua, ia tidak mengakui keterbatasan logika dari perluasan gagasan distribusi kepada barang dan sumber daya non-material seperti hak dan kesempatan Tesoriero Ife, 2008: 108. Berbicara tentang kebutuhan manusia secara adil, keadilan sosial secara tidak langsung adalah beberapa pandangan kejujuran atau kesetaraan, dan prinsip- prinsip yang gagasan kejujuran dan kesetaraan diletakkan pada umumnya mencakup beberapa acuan kepada hak-hak Tesoriero Ife, 2008: 116. Maka dari itu, hak-hak merupakan hal yang mendasar bagi pemahaman atas keadilan sosial. Hak Asasi Manusia HAM adalah sebuah komponen vital dari suatu pengembangan masyarakat. Prinsip yang mendasar adalah bahwa pengembangan masyarakat seharusnya berupaya menegaskan HAM, dan seharusnya memungkinkan orang mewujudkan dan melaksanakan HAM mereka, dan terlindung dari pelanggaran HAM. Pengembangan masyarakat tidak dapat Universitas Sumatera Utara 40 dibiarkan bertindak melawan prinsip-prinsip HAM, dan ini menciptakan kendala- kendala tertentu dalam hal apa yang mungkin dalam pengembangan masyarakat Tesoriero Ife, 2008: 122. Apabila mengadopsi suatu pendekatan hak-hak karena terdapat sinergisitas yang jelas antara hak-hak dan masyarakat merupakan suatu kondisi yang rasional bagi pengembangan masyarakat. Ife 2004, dengan menjelaskan bagaimana HAM berkaitan dengan masyarakat dalam beberapa cara. Pertama, hak-hak dan tanggung jawab berjalan beriringan. Memiliki hak berarti bahwa orang lain memiliki tanggung jawab dalam hubungan dengan hak-hak tersebut. Dengan perkataan lain, terdapat resiprositas yang inheren, dan hubungan-hubungan yang resiprokal, yang terkandung didalam hak-hak. Ini membutuhkan kehadiran orang lain, dan hak-hak tidak dapat terjadi sendiri dalam lingkup seorang individu yang terisolasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu gagasan tentang kelompok atau masyarakat manusia dalam gagasan tentang hak-hak. Kedua, jika sesorang memiliki hak-hak, maka terdapat suatu kewajiban yang menyertainya untuk melaksanakan hak-hak tersebut dan bagi masyarakat untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan hak-hak tersebut. Melaksanakan hak-hak seperti hak untuk kebebasan untuk berekspresi, hak untuk perwatan kesehatan atau hak untuk pendidikan, mensyaratkan sebentuk partisipasi. Partisipasi adalah sentral dan vital bagi pengembangan masyarakat yang ‘bottom-up’ dan pendekatan kepada pengembangan masyarakat. Ketiga, mempromosikan HAM membutuhkan suatu proses yang panjang dan kompleks untuk membangun suatu kultur HAM. Proses ini memerlukan bekerja dengan mereka yang terpinggirkan, yang suaranya tidak didengar, sehingga klaim mereka atas hak-hak dapat didengar dan ditangani. Ini adalah proses pemberdayaan dan Universitas Sumatera Utara 41 membentuk hakikat dari pengembangan masyarakat. Ini adalah suatu proses yang menantang wacana-wacana hak yang dominan ketika hal ini membuat hak-hak dari mereka yang tidak berdaya tidak terlihat. Keempat, pengembangan masyarakat membutuhkan hak-hak. Hak-hak menyediakan suatu perancah moral yang disitu tugas masyarakat dapat berjalan. Tanpa ini, pengembangan masyarakat berada dalam suatu vakum moral. Hak-hak menyediakan ukuran moral untuk mempertimbangkan apakah setuju atau tidak setuju mendukung partisipasi warga Tesoriero Ife, 2008: 123. Akhirnya, Ife menunjuk kepada sebuah sinergi linguistik antara pengembangan masyarakat dan HAM yang secara gamblang menyoroti hubungan antara keduanya. Beliau mengatakan: ‘pengembangan masyarakat melihat tujuannya sebgai pembentukan masyarakat manusia, sementara HAM menekankan pada tujuan mencapai suatu kemanusiaan-yang-diterima- bersama. Kedua istilah tersebut baik secara linguistik maupun semantik adalah serupa, bila tidak sinonim. Prinsip-prinsip keadilan sosial dan HAM sering kali diekspresikan berkenaan dengan kebutuhan. Gagasan kebutuhan adalah hal yang mendasar dalam kebijakan sosial, perencanaan sosial, dan pengembangan masyarakat; dan ia juga dekat berhubungan dengan gagasan hak-hak. Terdapat dua cara jika kebutuhan dilihat sebgai mendasar bagi keadilan sosial, HAM, dan pengembangan masyarakat: pertama, suatu keyakinan bahwa kebutuhan manusia atau masyarakat seharusnya ‘terpenuhi’; kedua, bahwa manusia dan masyarakat seharusnya mampu mendefinisikan kebutuhan mereka sendiri ketimbang kebutuhan itu didefinisikan oleh pihak-pihak lain Tesoriero Ife, 2008: 150. Dari hal ini jelas digambarkan bahwa manusia atau masyarakat berada pada posisi sentral pada perubahan sosial Universitas Sumatera Utara 42 dalam pengembangan masyarakat untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan manusia atau masyarakat itu sendiri termasuk dalam perspektif keadilan sosial dan HAM.

2.2.3. Pengembangan Masyarakat; Perubahan dari Bawah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

2 48 108

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 1 14

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 2

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 21

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

1 7 50

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 5

Pengaruh Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Serikat Petani Indonesia (SPI) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Desa Mekar Jaya Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

0 0 6

Pengaruh Lembaga Keuangan Petani Terhadap Sosial Ekonomi Anggota Serikat Petani Indonesia di Desa Seilitur Tasik Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 16

Pengaruh Lembaga Keuangan Petani Terhadap Sosial Ekonomi Anggota Serikat Petani Indonesia di Desa Seilitur Tasik Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 2

Pengaruh Lembaga Keuangan Petani Terhadap Sosial Ekonomi Anggota Serikat Petani Indonesia di Desa Seilitur Tasik Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 12