Self-Efficacy Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Berasal Dari
efficacy maka motivasi individu dalam melaksanakan suatu tugas dapat meningkat.
Schunk dalam Komandyahrini Hawadi, 2008 mengatakan bahwa self- efficacy sangat penting perannya dalam mempengaruhi usaha yang dilakukan,
seberapa kuat usahanya dan memprediksi keberhasilan yang akan dicapai. Pentingnya self-efficacy ini bila dikaitkan dengan fenomena yang diperoleh adalah
kondisi mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berasal dari Papua pada setiap semesternya semakin berkurang atau memutuskan tidak melanjutkan
kuliah. Hal ini mengindikasikan lemahnya self-efficacy mereka yang disebabkan ketidakmampuan mengorganisir usaha untuk menyelesaikan kuliah di Universitas
Sumatera Utara. Kondisi tersebut bisa saja akan terus terjadi disetiap semester. Bandura 1997 menyatakan bahwa tingkat self-efficacy seseorang dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu tingkat pendidikan individu, jenis kelamin, usia, serta pengalaman individu. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berasal dari
Papua berada pada rentang usia 17-23 tahun yang berarti mereka masih berada dalam kategori usia yang sama. Selain itu, kondisi pendidikan juga berada pada
tingkat yang sama, yaitu sedang menjalani pendidikan strata I, meskipun berada pada semester yang berbeda yaitu semester II, IV, dan VI. Hal ini bila dikaitkan
dengan faktor yang mempengaruhi self-efficacy, maka seharusnya self-efficacy mereka berpeluang berada pada rentang yang sama. Namun, masih ada dua faktor
lain, yaitu jenis kelamin dan pengalaman individu. Kedua faktor ini nantinya akan berpeluang menyebabkan adanya perbedaan skor self-efficacy mereka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berada. Self-efficacy pada mahasiwa
akan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia belajar, misalnya sistem pendidikan, bahan pelajaran yang dihadapi, dan hubungan dengan orang-orang yang terkait
didalamnya. Self-efficacy seseorang akan meningkat ketika lingkungan juga memberikan dukungan terhadap tugas yang dia lakukan dan ketika individu
memiliki self-efficacy yang tinggi maka dia akan bisa menghadapi tantangan dengan lebih baik.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti, mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berasal dari Papua dihadapkan dengan berbagai masalah
seperti masalah keuangan, masalah kesehatan, penyesuaian diri, penyesuaian akademik, dan perasaan tidak yakin pada kemampuan yang dimiliki serta
kurangnya usaha yang dilakukan untuk melewati masalah-masalah yang muncul dalam proses mengikuti perkuliahan. Berdasarkan dimensi self-efficacy yaitu
level, peneliti berasumsi bahwa mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berasal dari Papua menilai tugas-tugas yang didapatkan merupakan sebuah
kesulitan dan sering beranggapan setiap tugas yang diberikan adalah sebuah beban. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh salah seorang mahasiswa
yang mengeluhkan banyaknya tugas-tugas yang diberikan di kampus, ada tugas individu, ada tugas kelompok, tugas yang satu belum selesai, sudah dapat tugas
lain lagi. Berdasarkan dimensi self-efficacy yaitu generality, peneliti berasumsi
mahasiswa tersebut memiliki keyakinan yang cenderung rendah terhadap
kemampuan mereka menghadapi tugas-tugas baru yang didapatkan di kampus. Hal tersebut juga disampaikan oleh salah seorang mahasiswa yang mengaku lebih
suka mengerjakan tugas-tugas biasa yang sudah sering dikerjakan seperti laporan- laporan laboratorium, ia juga menambahkan sering merasa kesulitan bila
mendapatkan tugas-tugas baru. Berdasarkan dimensi self-efficacy yaitu strength, peneliti memperoleh data
bahwa ada mahasiswa yang mengaku tidak mampu bersaing di dalam kelas karena mereka beranggapan bahwa teman-teman di kampus jauh lebih pintar
dibandingkan dengan kemampuan mereka. Selain itu peneliti juga memperoleh keterangan bahwa ada mahasiswa yang meminta pihak Universitas untuk
melakukan pindah jurusan karena merasa tidak bisa menghadapi perkuliahan di jurusan yang diambilnya. Tidak hanya sampai disitu, karena kondisi tersebut
bahkan ada mahasiswa yang memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Sejak tahun 2012 hingga awal tahun 2015 sudah ada enam mahasiswa yang
memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah lagi.