Deskripsi Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
karena sudah ada jodohnya dijodohkan, dan selebihnya 31 pasangan menikah dini oleh karena alasan ekonomi menghilangkan beban ekonomi
keluarga. Data di atas menunjukkan bahwa sama-sama signifikan, mereka yang
menikah dini setelah lulus SD dan setelah lulus SMP, yakni sekitar umur 14 sampai dengan 15 tahun, dan alasan utama mereka menikah dini lebih
dominan oleh karena alasan ekonomi, yakni dengan menikah dini, maka beban orang tua terkurangi dan seterusnya suaminya yang menanggung beban
tersebut. 2.
Pandangan Warga Desa Pasarean Terhadap Pernikahan Dini Pada penelitian-penelitia sebelumnya menunjukkan bahwa mereka yang
menikah dini berpandangan bahwa dengan menikah dini akan menjadi indah dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, menghindarkan mereka dari
godaan orang lain, menjauhkan mereka dari perbuatan zina sehingga mereka dapat menjaga kehrmatannya, dan lainnya. Lalu bagaimana dengan
pandangan masyarakat desa Pasarean tentang pernikahan dini ? Para ulama di desa Pasarean memandang bahwa pernikahan dini sah-sah
saja menurut Islam, meskipun mereka tetap memandang perlunya kematangan fisik dan psikis. Oleh karena itu, sebaiknya yang harus dilakukan oleh pihak
yang berwenang sebatas anjuran, bukan larangan, sehingga tidak bertentangan dengan pemahaman para ulama dan masyarakat desa Pasarean.
Selain pandangan masyarakat bahwa menikah dini itu sah-sah saja menurut Islam menunjukkan mereka lebih kenal dan mengikuti aturan
Islam, ada sebagian warga desa Pasarean yang menikah dini berpandangan bahwa menikah dini mampu mengatasi beban ekonomi, tidak berdampak pada
keharmonisan keluarga, dan bila sudah ada jodohnya kenapa harus ditunda, karena jodoh tidak datang dua kali.
52
Dari data tersebut dapat dipahami mengapa mereka yang sudah lulus SMP pun tetap tidak menyadari pentingnya menikah sesuai ketentuan umur
yang ditetapkan dalam perundang-undangan. Hal itu disebabkan faktor condongnya mereka pada aturan Islam bukan perundang-undangan, faktor
ekonomi dan faktor perjodohan. 3.
Faktor-Faktor dan Dampak Pernikahan Dini di Desa Pasarean Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada beberapa
faktor yang mendorong dilakukannya perkawinan pada usia dini, antara lain : a.
Faktor pendidikan yang rendah b.
Sosio kultural c.
Tidak mengetahui Undang-undang perkawinan d.
Pergaulan bebas e.
Tradisi daerahadat istiadat f.
Kondisi fisik yang cepat masak h.
Faktor ekonomi
52
Ujang Hidayatullah, Wawancara Resmi, Rabu, 25 Juni 2014
Perkawinan di bawah umur tidak hanya terjadi di desa-desa, tetapi juga di kota-kota dengan sebab yang sama. Bahkan di kota-kota besar dewasa ini
sering terjadi perkawinan di bawah umur karena sebab menurut istilah sekarang
‘’kecelakaan’’ malu‟‟, kehidupan di kota-kota yang penuh oleh tantangan dan aneka macam kemesuman karena eksis-eksis pergaulan. Lalu
bagaimana dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini di desa Pasarean ?
Seperti yang terlihat dalam data pelaku pernikahan dini di desa Pasarean, dimana dari 33 pasangan yang menikah dini ada 31 pasangan yang
menikah dini oleh karena faktor ekonomi, sedangkan dua pasangan lainnya lebih karena faktor perjodohan. Atas dasar data inilah, maka faktor yang
sangat dominan mendorong warga desa Pasarean melakukan pernikahan dini adalah faktor ekonomi.
Penelitian sebelumnya mengenai dampak terhadap kondisi rumah tangga untuk pasangan suami-istri yang menikah usaha dini menunjukkan
bahwa ada kecenderungan kondisi rumah tangga pasangan yang menikah di usia dini kurang harmonis. Lalu bagaimana dengan yang terjadi di desa
Pasarean ? Ternyata tidak seperti di tempat lain, terbukti dari 33 pasangan yang menikah dini di desa Pasarean, 30 pasangan di antaranya tetap harmonis
rumah tangganya, selebihnya 2 pasangan lainnya dalam kondisi kurang harmonis, dan satu pasangan lagi tidak memberi komentar. Kenyataan
mengenai dampak pernikahan dini di desa Pasarean ini
53
dapat berpotensi sebagai faktor tumbuh suburnya pernikahan dini di desa tersebut
4. Langkah-Langkah KUA Kecamatan Pamijahan Dalam Menanggulangi
Pernikahan Dini di Desa Pasarean Secara teoritis, upaya penanggulangan pernikahan dini dapat dilakukan
Kantor Urusan Agama melalui perannya sebagai berikut:
54
a. Pelayanan di bidang administrasi termasuk pencatatan nikah, talak dan
rujuk serta pencatatan lainnya yang terkait dengan tugas dan peran KUA. Dalam hal ini pihak KUA kecamatan dapat membuat kebijakan
yang bersifat teknis operasional mengenai prosedur pencatatan perkawinan dan administrasinya yang tidak bertentangan dengan aturan
dalam rangka menanggulangi pernikahan dini. b.
Penyuluhan dan Sosialisasi Undang-Undang Perkawinan Dalam hal ini, pihak KUA mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan kepada masyarakat melalui berbagai media, khususnya pasal 7 ayat 1 mengenai batas umur seseorang boleh
menikah, yakni umur 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk wanita. Selain itu, pihak KUA mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai dampak negatif pernikahan dini dari aspek hukum, psikologis, biologis dan aspek lainnya, sehingga masyarakat
53
Alis Mardillah dkk, Wawancara Pribadi, Tanggal 21-25 Juli 2014
54
Rahmat Fauzi,
Refleksi Peran
KUA Kecamatan,
dalam http:salimunazzam.blospot.comprefleksi-peran-kua-kecamatan. html
menyadari pentingnya menikah sesuai umur yang ditentukan oleh Undang-Undang.
c. Pelayanan di bidang perkawinan dan keluarga sakinah.
Dalam hal
penanggulangan pernikahan
dini, KUA
dapat mengoptimalkan peran BP4 dan perangkat KUA lainnya dalam
memberikan nasehat-nasehat perkawinan dan pentingnya membangun keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Dalam hal ini, ditekankan
pentingnya menikah sesuai batasan umur dalam Undang-Undang sebagai faktor penting terbentuknya keluarga sakinah. KUA juga dapat
melakukan pembinaan keluarga sakinah kepada masyarakat dan memperketat prosedur serta administrasi pernikahan agar tidak terjadi
manipulasi umur dalam rangka menanggulangi pernikahan dini. d.
Pelayanan di bidang kepenghuluan. Dalam hal ini, KUA dapat mengoptimalkan para penghulu dan juga
amil desa dalam mensosialisasikan pentingnya menikah sesuai batasan umur yang telah ditentukan, baik melalui khutbah nikah atau ketika
diundang dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Dalam hal perannya menanggulangi pernikahan dini, KUA dapat
menggunakan berbagai media, baik cetak maupun elektronik, melalui seminar, pengajian-pengajian, khutbah jumat dan lainnya, sehingga
masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya menikah sesuai umur yang
telah ditentukan oleh Undang-Undang. Agar lebih efektif, sebaiknya upaya penanggulangan pernikahan dini tersebut terprogram dengan baik dan
melibatkan berbagai elemen masyarakat. Lalu apakah pihak KUA kecamatan Pamijahan dan perangkat desa Pasarean sudah melaksanakan peran tersebut
secara terprogram sehingga hasilnya menjadi optimal ? Pihak KUA kecamatan Pamijahan telah melaksanakan minimal empat
peranan tersebut di atas, tidak banyak yang berbeda dengan ketentuan yang sudah ada, antara lain :
a. Dalam hal pelayanan administrasi dan kepenghuluan, pihak KUA
kecamatan dan amil desa tidak membuat kebijakan apapun yang bersifat teknis operasional mengenai prosedur pencatatan perkawinan dan
administrasinya yang tidak bertentangan dengan aturan dalam rangka menanggulangi pernikahan dini. Hanya saja mereka berusaha
memperketat sesuai aturan yang ada seleksi administrasinya dan berkomitmen untuk tidak menerima suap, sehingga dapat meminimalisir
penyimpangan-penyimpangan seperti manipulasi umur yang lazim dilakukan oleh banyak orang.
b. Dalam hal pelayanan sosialisasi pentingnya menikah sesuai umur yang
ditentukan perundang-undangan dan pelayanan bimbingan keluarga sakinah, Pihak KUA kecamatan Pamijahan dan amil desa telah
berupaya untuk
melakukannya, namun
mereka belum
mensosialisasikannya melalui media cetak dan seminar, baru dilakukan melalui pengajian-pengajian, khutbah jumat dan lainnya, itu pun tidak
dilakukan secara berkala tidak terprogram.
55
c. Faktor Penghambat Dalam Menanggulangi Pernikahan Dini di Desa
Pasarean Berdasarkan data-data mengenai pelaku pernikahan dini, pandangan
masyarakat mengenai pernikahan dini, faktor dan dampak pernikahan dini serta langkah yang sudah ditempuh oleh pihak yang berwenang, maka berikut
faktor penghambat upaya pencegahan pernikahan dini : a.
Perbedaan makna pernikahan dini dalam sudut pandang agama dan negara. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimal undang-
undang perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah, sedangkan dalam sudut pandang agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang
dilakukan oleh orang yang belum baligh. Hal ini menyebabkan pandangan ulama lebih condong pada aturan Islam dan menjadi
hambatan bagi upaya penanggulangan pernikahan dini di Pasarean. b.
Selain faktor penghambat di atas, penilaian masyarakat desa Pasarean yang cukup positif terhadap pernikahan dini juga sangat menghambat
efektivitas penanggulangan pernikahan dini.
55
Ujang Hidayatullah, Wawancara Resmi, Rabu, 25 Juni 2014
c. Belum ada upaya penanggulangan pernikahan dini yang terprogram,
yakni dilakukan secara berkala oleh KUA kecamatan Pamijahan dan pihak perangkat desa Pasarean.