Gambaran Umum Desa Pasarean dan KUA Kecamatan Pamijahan. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan data-data

BAB II TINJAUAN TEORITIS MENGENAI

PERNIKAHAN DINI DAN KANTOR URUSAN AGAMA KUA

A. Landasan Teoritis

1. Pernikahan Dini Pernikahan dini nikah di bawah umur bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Praktek ini sudah lama terjadi dengan begitu banyak pelaku. Tidak di kota besar tidak di pedalaman. Faktor penyebabnya-pun bervariasi, karena masalah ekonomi, rendahnya pendidikan, pemahaman budaya dan nilai-nilai agama tertentu, karena hamil terlebih dahulu kecelakaan atau populer disebut dengan istilah married by accident, dan lain-lain. Selain menimbulkan masalah sosial, nikah di bawah umur bisa menimbulkan masalah hukum. Pernikahan syekh puji dan ulfa membuka ruang kontroversi bahwa perkara nikah di bawah umur ternyata disikapi secara berbeda oleh hukum adat, hukum Islam, serta hukum nasional dan hukum internasional. Kenyataan ini melahirkan, minimal dua masalah hukum. Pertama, harmonisasi hukum antar sistem hukum yang satu dengan sistem hukum lain. Kedua, tantangan terhadap legislasi hukum perkawinan di Indonesia terkait dengan perkawinan di bawah umur. Pengertian perkawinan sebagaimana dimaksudkan dalam Undang- undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1 yaitu : perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini mengundang perhatian dan pemahaman masyarakat luas, oleh karena undang-undang ini merupakan landasan pokok perkawinan. Begitu juga dengan Kompilasi Hukum Islam. Dengan perkataan ikatan lahir dan batin itu dimaksudkan bahwa suami istri tidak boleh semata-mata hanya berupa ikatan lahiriah saja, dalam makna seorang pria dan wanita hidup bersama sebagai suami dan istri bukan sebagai ikatan formal saja, tetapi kedua-duanya harus membina ikatan batin berupa cinta dan kasih sayang yang mendalam. Dengan demikian, perkawinan dalam Undang-Undang ini tidak semata- mata hubungan hukum saja antara seorang pria dengan seorang wanita, tetapi juga mengandung aspek-aspek lainnya, yaitu agama, biologis, sosial dan juga masyarakat. 15 Sebelum mengemukakan pengertian perkawinan di bawah umur, terlebih dahulu penulis mengemukakan tentang maksud dari anak di bawah umur. Anak di bawah umur yaitu anak yang belum mumayyiz atau anak yang 15 M. Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, Jakarta : PT. Grapindo Persada, 2002. Cet. Ke-11, h.27