Pengertian Efektivitas Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat

ْخأ ح ْ حْ ا ر سْ س ا ْ ْ س : ث ح ْع ها ْ ْع ْح ا را ا : ث ح ا ْ ْ ح ط ّ ا : ث ح ْ س ْ ث ح ْ ك ْ ْ ع ْ ا ْ ح ر ْ ع أ ْ ه : ْ سر ها ّ ها هْ ع س : حْص ا ئ ج ْ ْ ْس ا إ حّْ حأ ا ح ْ أ ح ح . Berkata Muhammad bin al-Fath al-Samsar di Samarkand berkata Abdullah bin Abd al-Rahman al-Darimi berkata Marwan bin Muhammad al- Thathari berkata Sulaiman bin Bilal berkata Katsir bin Zaid dari al-Walid bin Rabah dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: Perdamaian itu baik antara kaum muslimin, kecuali perdamaian untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Penulis berkesimpulan bahwa perdamaian dalam sengketa yang berkaitan dengan hubungan keperdataan dalam Islam termasuk perkara perceraian adalah boleh, bahkan dianjurkan. Maka mediasi dalam perkara perceraian tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang mengutamakan keutuhan rumah tangga. Bahkan menjadikan upaya perdamaian sebagai alternatif penyelesaian sengketa suami isteri agar terhindar dari perceraian dengan tetap mengutamakan kemaslahatan dalam kehidupan rumah tangga.

BAB III TEORI EFEKTIVITAS

A. Pengertian Efektivitas

Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif dalam bahasa Inggris effective, dalam Kamus John M. Echols dan Hassan Shadily artinya adalah berhasil dan ditaati. 42 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif artinya “dapat membawa hasil, berhasil guna” tentang usaha atau tindakan. Dapat berarti “sudah berlaku” tentang undang-undang atau peraturan. 43 Sedangkan dalam Black‟s Law Dictionary, effective adalah bentuk adjective yang bila disandingkan dengan kata statue, order, contract, dst berarti in operation at given time. Bisa juga berarti performing within the range of normal and expected standards atau juga productive; achieving a result. 44 Adapun secara terminologi para pakar hukum dan sosiologi hukum memberikan pendekatan tentang makna efektivitas sebuah hukum beragam, bergantung pada sudut pandang yang diambil. Soerjono Soekanto sebagaimana dikutip oleh Nurul Hakim berbicara mengenai derajat efektivitas suatu hukum ditentukan antara lain oleh taraf kepatuhan warga masyarakat terhadap hukum, termasuk para penegak hukumnya. Sehingga dikenal suatu asumsi, bahwa: “Taraf kepatuhan hukum yang tinggi merupakan suatu indikator berfungsinya suatu sistem hukum. Dan berfungsinya hukum merupakan pertanda 42 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, cet.XXIII, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, h.207. 43 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bes ar Bahasa Indonesia…, h. 284. 44 Bryan A. Garner. Ed, Black‟s Law Dictionary …, h. 554. bahwa hukum tersebut telah mencapai tujuan hukum, yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungi masy arakat dalam pergaulan hidup”. 45

B. Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat

Dalam kehidupan masyarakat akan selalu terdapat hubungan atau interaksi sosial. Dalam hubungan tersebut, ada suatu aturan yang ditaati oleh masyarakat agar tercapai ketertiban, keserasian, dan ketentraman hidup. Aturan- aturan yang berlaku bertugas mengatur hubungan dalam struktur masyarakat yang kompleks. Di dalam berbagai hal, hukum memiliki pengaruh yang langsung maupun tidak langsung terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan. Artinya hukum memiliki peran dalam perubahan sosial dalam masyarakat. Cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu, menurut Soerjono Soekanto dinamakan social engineering atau social planning. 46 Dalam teori-teori hukum tentang berlakunya hukum sebagai kaidah biasanya dibedakan menjadi tiga macam hal. Hal berlakunya kaidah hukum biasanya disebut “gelding” bahasa Belanda “geltung” bahasa Jerman. Tentang 45 Nurul Hakim, Efektivitas Pelaksanaan Sistem Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Hubungannya Dengan Lembaga Peradilan. Artikel diakses pada tanggal 10 Mei 2011 dari http:badilag.netdataARTIKELefektifitas.pdf 46 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, cet.V, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, h.122. hal berlakunya kaidah hukum Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa agar kaidah hukum atau sebuah peraturan berfungsi bahkan hidup dalam tatanan kehidupan masyarakat, maka kaidah hukumperaturan tersebut harus memenuhi tiga unsur sebagai berikut: 47 1. Hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya, atau bila terbentuk menurut cara yang telah ditentukanditetapkan, atau apabila menunjukan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnya. 2. Hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif, artinya kaidah tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa teori kekuasaan, atau diterima dan diakui oleh masyarakat teori pengakuan. 3. Hukum tersebut berlaku secara filosofis; artinya sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif tertinggi. Kalau ditelaah secara lebih mendalam, maka agar supaya berfungsi, maka suatu kaidah hukum harus memenuhi ketiga macam unsur tersebut di atas. Mengapa demikian? Adapun sebabnya adalah antara lain: 1. Bila hukum hanya berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah mati dode regel. 2. Kalau hanya berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa dwangmaatregel. 47 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, cet.V, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1989, h.56-57. 3. Apabila hanya berlaku secara filosofis, maka mungkin hukum tersebut hanya merupakan hukum yang dicita-citakan ius constituendum. Dari penjelasan di atas, kelihatan sedikit betapa rumitnya masalah, oleh karena biasanya seseorang hanya melihatnya dari satu sudut saja. Sebab, agar hukum atau peraturan tertulis benar-benar berfungsi, senantiasa dapat dikembalikan pada paling sedikit 4 empat faktor: 1. Hukum atau peraturan itu sendiri; 2. Petugas yang menegakkannya; 3. Fasilitas yang diharapkan mendukung pelaksanaan hukum; dan 4. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut. Satjipto Rahardjo menyatakan dengan tegas bahwa bekerjanya hukum dalam masyarakat tidak serta merta dan terjadi begitu saja. Hukum bukanlah hasil karya pabrik, yang begitu keluar langsung dapat bekerja, melainkan memerlukan beberapa langkah yang memungkinkan ketentuan hukum tersebut dijalankan atau bekerja. Sekurang-kurangnya langkah yang harus dipenuhi untuk mengupayakan hukum atau aturanketentuan dapat bekerja dan berfungsi secara efektif adalah: 48 1. Adanya pejabataparat penegak hukum sebagaimana ditentukan dalam peraturan hukum tersebut; 48 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Adytia Bakti, 2000, h.70. 2. Adanya orang individumasyarakat yang melakukan perbuatan hukum, baik yang mematuhi atau melanggar hukum; 3. Orang-orang tersebut mengetahui adanya peraturan; 4. Orang-orang tersebut sebagai subjek maupun objek hukum bersedia untuk berbuat sesuai hukum. Dalam hal ini, Satjipto Rahardjo melihat bahwa dalam penegakan hukum dilihat sebagai proses yang melibatkan manusia di dalamnya. Maka dalam pengamatan terhadap kenyataan penegakan hukum, faktor manusia sangat terlibat dalam usaha menegakkan hukum tersebut. Penegakan hukum dilakukan oleh institusi yang berwenang untuk itu, seperti jaksa, polisi, dan pejabat pemerintahan. Sejak hukum itu mengandung perintah dan pemaksaan, maka sejak semula hukum membutuhkan bantuan untuk mewujudkan perintah tersebut. 49 49 Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, cet.II, Yogyakarta: Genta Publishing, 2010, h.192.

C. Teori Efektivitas Hukum