2. Rata-rata luas penguasaan dan pemilikan tanah yang relatif sempit.
3. Kurangnya penyuluhan untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tujuan, sasaran, manfaat dan pentingnya RDTR. 4.
Belum adanya tindakan pengendalian yang efektif terhadap pelaksanaan RDTR. Sebagai subsistem dari penataan ruang, maka tujuan dari penatagunaan tanah
tersebut di atas dilakukan atas dasar pengaturan fungsi zona peruntukan dalam RDTR yang telah ditetapkan. Kebijakan peruntukan lahan dalam RDTR merupakan arahan
lokasi kegiatan pembangunan pada wilayah kabupatenkota yang bersangkutan. Tujuan pengaturan dan penyelenggaran penatagunaan tanah dalam rangka
pemanfaatan dan pengendalian ruang tersebut akan dapat tercapai apabila tersedia data dan informasi tentang penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah serta data
zona peruntukan lahan dalam RDTR yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengaturan guna lahan pendidikan merupakan bagian dari suatu sistem tata guna
lahan perkotaan.
2.1.3. Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota
Menurut Krier dan Trancik Zahnd, 2002 ruang perkotaan atau urban space terdiri atas street jalan dan square ruang. Sehingga keberadaan gedung-gedung
dan sarana dan prasarana pendidikan lainnya yang berbentuk massa bangunan dan koridor jalan akan turut memberi pengaruh pada kesan morfologis kota secara
keseluruhan. Secara lebih rinci deskripsi tentang ruang kota dapat dari sisi fisik
Universitas Sumatera Utara
morfologis, fungsi dan kepemilikan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari sisi fisik morfologis kota dipandang sebagai susunan dari street dan square. Secara
fungsional, aktifitas yang dimungkinkan berlangsung di ruang perkotaan adalah aktfitas sosial, aktifitas pergerakan dan aktifitas ekonomi. Dari segi kepemilikan,
suatu ruang perkotaan dapat secara penuh dimiliki oleh public, dalam hal ini adalah pemerintah daerah setempat. Kepemilikan ruang perkotaan, meski merupakan ruang
publik kota, dapat pula kepemilikan privat.Kemungkinan lain adalah kepemilikan ruang perkotaan yang berupa kepemilikan bersama antara pemerintah daerah
setempat publik dengan privat, yang biasa disebut sebagai Public Private Partnership.
Sehingga dengan demikian keberadaan suatu institusi pendidikan dalam konteks ruang kota dapat dipahami dari sisi fisik morfologis, fungsi dan kepemilikan
ruang. Dalam pandangan Zahnd 2002 kota dapat dianalisis sebagai suatu produk
fisik yang terdiri atas street dan square dimana secara teoritis dapat dipahami sebagai berikut :
1.
Teori FigureGround. Teori ini dipahami melalui pola perkotaan dengan
hubungan antara bentuk yang dibangun Building mass dan ruang terbuka Open space.
2.
Teori Linkage. Teori ini dipahami dari segi dinamika rupa perkotaan yang
dianggap sebagai generator kota. 3.
Teori place. Teori ini dipahami dari segi seberapa besar kepentingan tempat-
tempat perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya dan sosialisasinya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pandangannya, Zahn menyimpulkan bahwa pola perkembangan dasar fisik kota lihat gambar 2.1 dikenal dengan tiga istilah teknis yaitu :
1. Perkembanngan Horizontal dimana cara perkembangannya mengarah keluar.
2. Perkembangan Vertikal dimana cara perkembangannya mengarah ke atas.
3. Perkembangan intertisial dimana cara perkembangannya dilangsungkan ke dalam.
Gambar 2.1 Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota Zahnd, 1999
Proses perkembangan fisik kota akan membentuk skala perkotaan yang akan menciptakan kesan terhadap konteks suatu kota tempat. Skala perkotaan merupakan
perbandingan hubungan perbandingan antara lebarpanjang dan tinggi ruang pada suatu tempat, dan McClusky dalam Zahnd 1999 memberikan suatu standar umum
skala perkotaan lihat gambar 2.2 yang dapat menciptakan 3 tiga kategori kesan yaitu kesan sempit, kesan netral atau harmonis dan kesan luas atau sunyi.
Perkembangan Interstisial
Perkembangan Horizontal
Perkembangan Vertikal
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Standar skala perkotaan dengan memperhatikan pembatas place secara vertikal Zahnd, 1999
Ruang perkotaan merupakan tempat berkumpulnya sebagian besar masyarakat ketika berada di dalam bangunan Madanipour, 1996. Inti dari Ruang Perkotaan
adalah kegiatan dan ruang pedestrian. Oleh sebab itu perencanaan fisik kota merupakan suatu pemikiran sistematis mengenai penataan ruang sehubungan dengan
adanya kegiatan manusia dan kebutuhannya. Berdasarkan hal tersebut kegiatan pendidikan memerlukan kebutuhan ruang yang perlu direncanakan penjenjangannya
disertai lokasinya yang merupakan bagian dari rencana struktur pelayanan kegiatan kota dalam RDTR Rencana Detail Tata Ruang. Kebutuhan ruang akan selalu
meningkat sejalan dengan perkembangan aktivitas masyarakat pada suatu wilayah, sedang keberadaan dan ketersediaan ruang bersifat terbatas. Dalam menyeimbangkan
kebutuhan demand dan ketersediaan supply lahan agar mendekati kondisi optimal, maka perlu dilakukan perencanaan pemanfaatan ruang yang komprehensif melalui
perpaduan pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan maka dapat diartikan bahwa pembangunan sektoral
bidang pendidikan sebagai bagian ruang kota harus dapat dipadukan dengan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan yang bersifat regional yang pada akhirnya akan bermuara pada pengembangan wilayah secara keseluruhan
2.2. Institusi Pendidikan Sebagai Aspek Pengembangan Ekonomi Wilayah 2.2.1. Sektor Jasa Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Suatu perekonomian dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita menunjukkan kecenderungan untuk jangka panjang naik.
Kebijaksanaan yang dijalankan dalam mengejar pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah melakukan industrialisasi dalam berbagai sektor sehingga dengan terciptanya
industri tersebut, pertumbuhan ekonomi akan dapat dipacu setinggi mungkin. Ini akan meningkatkan aktivitas perekonomian dalam masyarakat tersebut Nasution 1997.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa riel terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun
sebelumnya, atau perekonomian mengalami pertumbuhan apabila pendapatan riel masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riel masyarakat pada
tahun sebelumnya. Dalam perekonomian, masing-masing sektor tergantung pada sektor lainnya.
Satu dengan lainnya saling memerlukan baik dalam tenaga kerja, bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor perindustrian memerlukan bahan mentah dari sektor
pertanian dan pertambangan, dan hasil sektor perindustrian dibutuhkan oleh sektor pertanian dan jasa-jasa . Demikian pula halnya dengan sektor jasa pendidikan yang
hasilnya sangat dibutuhkan oleh sektor-sektor lainnya dimana produknya adalah
Universitas Sumatera Utara
SDM berupa tenaga kerja terdidik, disisi lain sektor pendidikan juga membutuhkan sektor jasa lainnya yang mendukung proses pendidikan itu sendiri seperti jasa kursus,
jasa internet, jasa penggandaan dan percetakan, jasa penyediaan makanan dan minuman, jasa rumah-rumah sewa, dll.
2.2.2. Aspek Ekonomi Pendidikan