Potensi Pariwisata di Kabupaten Karo

Secara umum klen-klen marga bersifat eksogami pernikahan diluar kelompokmarga kecuali pada sub klen tertentu. Disinilah marga sangat berperan untuk mengetahui seseorang itu berimpal boleh menikah atau berturang tidak boleh menikah . Pernikahan antara laki- laki dan perempuan yang memiliki marga yang sama dianggap pantang, dan mereka akan diusir dari masyarakat dan dikucilkan. Hak dan kewajiban di dalam kekerabatan merupakan suatu kekuatan gotong-royong serta rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini ditandai dengan adanya sanksi yang berlaku bagi orang yang lalai dalam melaksanakan kewajiban adat. Namum pada masa sekarang ini, ikatan seperti itu kian menipis dalam kehidupan bermasyarakat pada masyarakat Karo.

3.5 Potensi Pariwisata di Kabupaten Karo

Objek wisata dan atraksi wisata di Kabupaten Karo sudah sangat dikenal di daerah Sumatera Utara dan bahkan di Indonesia dan manca negara. Kita dapat menjumpai objek-objek wisata seperti objek wisata budaya, objek wisata alam, dan objek wisata peninggalan sejarah. Kesemuanya ini adalah potensi yang dapat menjadikan Tanah Karo sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata DTW yang diminati. Uraian berikut ini adalah mengenai objek dan atraksi wisata di Kabupaten Karo.

3.5.1 Objek Wisata Alam

a. Lau Debuk-Debuk Objek wisata Lau Debuk-debuk merupakan pemandian air panas yang mata airnya bersumber dari perut bumi, mengandung unsur belerang yang dapat mengobati penyakit gatal- gatal dan biasa dibuat sebagai pengganti air sauna. Pada waktu-waktu tertentu, ada kegiatan yang dilakukan pada ibjek wisata ini seperti Erpangir Ku Lau mandi ritual yang bertujuan Universitas Sumatera Utara membersihkan diri dari roh-roh jahat dan niat-niat yang tidak baik. Jarak antara dari kota Berastagi ke objek wisata ini 10 km. b. Air Terjun Sikulikap Ait terjun Sikulikap mempunyai ketinggian jatuh 30m. Tempat ini dikelilingi hutan hujan tropis tempat Gibon bergantungan yang kadang kala berteriak bersahut-sahutan. Di sekitar lokasi ini terdapat kupu-kupu yang berwarna-warni. Jarak dari kota Berastagi ke objek wisata ini adalah 11 km dan dapat ditempuh dengan menggunakan bus besar ataupun kecil tujuan Medan-Berastagi. c. Penatapen penatapen terletak tidak jauh dati kota Berastagi. Dari tempat ini kita bisa melihat pemandangan desa Bandar Baru dan kota Medan yang indah di malam hari sambil menikmati jagung bakar dan rebus. Untuk sampai ke tempat ini, kita dapat menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Di tempat ini kita juga dapat melihat monyet yang berkeliaran. Jaraknya 12 km dari Berastagi. c. Bukit Gundaling Bukit ini ditumbuhi oleh pohon kayu dan bunga-bungaan, sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda yang merupakan tempat rekreasi bagi para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dari puncak bukit terlihat panorama kota Berastagi, Gunung Sibayak, dan Gunung Sinabung. Jarak dari kota Berastagi ke Bukit Gundaling 2 km. d. Danau Lau Kawar Danau ini memiliki 200 ha. Diapit oleh alam pegunungan yang ditumbuhi pohon-pohon kayu hutan tropis dan di pinggiran danau terbentang lahan seluas 3 ha sebagai lokasi tempat berkemah. Di objek wisata ini dapat dilakukan kegiatan panjat tebing dan sekaligus pendakian ke puncak Gunung Sinabung melewati hutan belantara. Jarak dari kota Berastagi ke objek Universitas Sumatera Utara wisata ini 27 km dan dapat menggunakan roda empat melintasi beberapa desa dan lahan pertanian. e. Gunung Sinabung Gunung berapi Sinabung berlokasi di atas ketinggian 2.417 m diatas permukaan laut. Pendakian melewati belantara tropis dan tebing yang penuh dengan tantangan, dan puncak gunung terdapat hamparan untuk berkemah. Dari puncak gunung terlihat kawah yang mengeluarkan asap sulfatara serta pemandangan indah yang menawan. Jarak dari kota Berastagi ke tempat awal pendakian Gunung sinabung 30 km yaitu Sigarang-garang, Lau Kawar, Mardinding memakan waktu 4 jam. f. Gunung Sibayak Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif, berlokasi di atas ketinggian 2.17m dari permukaan laut. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan sulfatara dan pemandangan yang indah dan menawan. Jarak dari kota Berastagi ke tempat awal pendakian dari desa Raja Berneh adalah 15 km. Lama pendakian diperkirakan 2 sampai 3 jam . g. Gua Liang Dahar Gua Liang Dahar mempunyai 3 ruang besar dengan ukuran masing-masing 500 m 2 , 400m 2 , dan 300 m 2 , serta ruang ukuran kecil lainnya. Di dalam gua terdapat mata air yang mengalir melalui terowongan kecil ke Desa Bekerah. Jarak antara Berastagi ke objek wisata ini 40 km. h. Air Terjun Sipiso-piso Air Terjun ini mempunyai ketinggian jatuh 120 m dan dilatar belakangi panorama indah Danau Toba, bukit-bukit bentangan Pulau Samosir berwarna biru, dan dapat menggunakan kendaraan ukuran kecil dan besar. Jarak antara Berastagi ke objek wisata ini adalah 4 km dari kota Berastagi. Universitas Sumatera Utara i. Hutan Wisata Deleng Lancuk Hutan Wisata Deleng Lancuk adalah nama sebuah bukit yang berada didalam kawasan hutan Sibayak II Sinabung dengan luas 435 Ha. Termasuk Danau Lau Kawar telah ditunjuk menjadi TWA sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No.08KptsII1989 tanggal 6 Pebruari 1989. Secara administratif pemerintahan kawasan hutan wisata ini terletak di Desa Lau Kawar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Karo. Lokasi ini dapat ditempuh dari Medan melalui Kabanjahe ± 1 12 jam, selain itu juga dapat ditempuh dari Kota Pematang Siantar melewati pinggiran Danau Toba. Hutan Wisata Deleng Lancuk dan Danau Kawar memiliki potensi kepariwisataan yang sangat tinggi berupa kombinasi antara pepohonan berbuah dengan danau yang berair jernih. Disamping itu keadaan cuaca sejuk yang dipengaruhi oleh hembusan angin pegunungan segar membuat perasaan kita bila berada di lokasi ini semakin nyaman. Selain itu dilokasi ini juga terdapat sarana dan prasarana yang memadai sehingga lokasi ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing untuk berbagai kegiatan pariwisata alam.

3.5.2 Ojek Wisata Budaya

a. Desa Budaya Peceren Desa Peceren merupakan sebuah desa kecil di pinggiran kota Berastagi yang didiami kira-kira 700 keluarga. Nama resminya adalah desa Sempa Jaya. Peceren memiliki 6 rumah adat tradisional Karo dan yang masih digunakan ada 4 rumah. Rumah tertua kira-kira berumur 120 tahun. Kita dapat mengunjungi dan melihat bagaimana warga yang hidup di alamnya. Untuk mencapai Peceren kita dapat menggunakan transportasi lokal tujuan Medan ataupun dengan berjalan kaki. Universitas Sumatera Utara b. Desa Budaya Lingga Di desa ini terdapat bangunan rumah tradisional Karo berusia 250 tahun yang dikenal dengan nama Siwaluh Jabu dihuni oleh delapan kepala keluarga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tentram. Bahan bangunan tradisional ini terbuat dari kayu bulat, papan, bambu, dan beratap ijuk tanpa menggunakan paku yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu. Jarak dari kota Berastagi ke onjek wisata ini 15 km yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum dan juga kendaraan bus pariwisata. c. Desa Dokan Desa Dokan merupakan sebuah desa yang dikenal dengan desa budaya, karena memiliki bangunan tradisional. Jumlah bangunan tradisional yang terdapat pada desa ini adalah sebanyak delapan rumah dan kini tinggal 7 rumah yang masih di pergunakan. Rumah tradisional ini dibangun pada Tahun 1993, tetapi kebanyakan rumah tersebut sudah tua dan tidak di renovasi atau sudah tidak terawat.

3.5.3 Atraksi Wisata

Selain memiliki objek wisata alam dan budaya, Kabupaten Karo juga menampilkan atraksi wisata untuk menarik minat pengunjung. Atraksi wisata biasanya menampilkan seni dan budaya Karo yang dilaksanakan pada event tertentu misalnya pada pesta Mejuah-juah. a. Tarian Gundala-gundala Tarian Gundala-gundala merupakan tarian yang berhubungan dengan kepercayaan. Apabila dalam suatu desa terjadi kemarau yang amat panjang, maka diadakan upacara memanggil hujan yang disebut dengan upacara ndilo wari udan. Tarian ini merupakan tari topeng yang dimainkan oleh empat orang pria. Tetapi kini tarian Gundala-gundala dianggap sebagai hiburan yang dipertunjukkan kepada wisatawan. tarian ini diadakan bukan lagi pada Universitas Sumatera Utara masa kemarau atau untuk mengadakan ritual, tetapi diadakan pada event-even tertentu seperti pesta buah atau untuk menerima tamu yang di tinggikan dan dihormati seperti pejabat negara. b. Tari Tungkat Tarian ini disebut ngelandekken tungkat. Para pelaku sebenarnya terdiri dari tujuh orang pria yang sudah dewasa, melambangkan tujuh Guru Pakpak Sidalanen. Alat yang dipakai dalam tarian ini ialah tungkat malaikat. Tarian ini bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat yang mendatangkan bala atau wabah penyakit dalam suatu kampung. Dan hanya guru atau paranormal yang dapat melaksanakannya. Sekarang dengan memudarnya kepercayaan lama, tari tungkat tidak hanya dimainkan pada waktu ada bala atau wabah penyakit yang disebut nagari, tetapi sudah merupakan tarian hiburan untuk menyambut para wisatawan atau tamu. Namum nilai-nilai sejarahnya tidak hilang. d. Pesta Tahunan Banyak upacara tradisional Karo yang menarik yang tidak kelihatan lagi di kalangan masyarakat Karo, tetapi ada beberapa yang masih dilakukan. Salah satu kegiatan yang umum adalah pesta tahunan yang dilaksanakan setiap tahun. Biasanya dilakukan setelah panen. Tari- tarian tradisional Karo dikumandangkan dan sajian makanan tradisional Karo. Menari tradisional Karo biasanya dimulai pada sore hari, oleh anak-anak muda dan sampai pagi hari. e. Pesta mejuah-juah Pesta Mejuah-juah merupakan event yang diadakan satu tahun sekali dan diadakan di Taman Mejuah-juah Berastagi. Dalam event ini masyarakat Karo akan menampilkan berbagai seni dan budaya yang khas. f. Ngampeken Tulan-tulan Ngampeken Tulan-tulan adalah upacara untuk mengambil tulang-belulang atau tengkorak dan kerangka para leluhur untuk ditempatkan pada kuburan rumah atau kuburan yang lebih Universitas Sumatera Utara baik dan dalam bahasa Karo disebut dengan griten. Ini adalah cara untuk menaikkan status para leluhur yang diangkat tulang belulangnya Upacara ini dilaksanakan masyakat Karo apabila keluarga yang ditinggal oleh leluhur mendapat rezeki yang berlebih utau merupakan pesan leluhur sebelum ia meninggal.

3.5.4 Peninggalan Sejarah

a. Puntungan Meriam Putri Hijau Bukti peninggalan sejarah Puntungan Meriam Putri Hijau dapat ditemui di Desa Sukanalu dan Seberaya, yang hingga sekarang oleh masyarakat sekitar masih dianggap mempunyai kekuatan magis dan setiap tahun dibersihkan serta diberi sesaji upah-upah atau cabal-cibalen oleh masyarat setempat. Jarak dari kota Berastagi ke desa Sukanalu 23 km ke desa Seberaya 7 km. Untuk mengunjungi objek wisata ini dapat menggunakan kendaraan ukuran besar dan transportasi bus umum. b. Legenda cerita rakyat Gundala-gundala berarti topeng. Zaman dahulu kala di sebuah daerah di Tanah Karo ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja dan di dampingi seorang permaisuri raja. Keluarga ini sangat bahagia sekali dengan kehadiran seorang Putri yang sangat cantik. Panglima raja yang gagah berani tetap setia menjaga keluarga ini. Seekor Manuk Sigurda- Gurdi Burung Enggang menambah nuansa keceriaan keluarga Raja, dengan Ekor yang panjang menarik perhatian semua orang. Karena keanggunan Manuk Sigurda-Gurdi muncul keinginan Sang Putri Raja untuk dapat membelai Sang Burung. Dan meminta kepada raja dan Permaisuri untuk membuat satu pesta yang besar dan mengajak burung untuk menari bersama dengan diiringi Musik. Universitas Sumatera Utara Sang raja dan Permaisuri mengabulkan permintaan sang putri, Sang raja memanggil semua masyarakat untuk berpesta bersama sesuai dengan permintaan Sang putri. Dalam kemeriahan pesta ada satu hal yang menjadi Pantangan bagi Manuk Sigurda Gurdi yaitu ekornya yang panjang tidak bisa disentuh. Semua orang tidak tahu tentang pantangan bagi Manuk Sigurda- Gurdi, hanya raja dan Permaisuri yang mengetahuinya. Semua bersorak menari bersama menikmati irama musik dan Sang Putripun Memegang Ekor Manuk Sigurda-gurdi, kemarahan Manuk Sigurda Gurdi Membuat pesta menjadi Kacau, Sang Putri dikejar oleh Manuk Sigurda-Gurdi, seakan ingin membunuhnya. Putri berlari mendekati sang raja dan Pemainsuri serta berlindung dibelakang mereka. Sang Panglima dengan kesigapan dan kegagahannya tetap berusaha melindungi keluarga raja dari serangan Manuk Sigurda-Gurdi. Manuk Sigurda-Gurdi menyerang dan Panglima tetap bertahan melindungi keluarga raja. yang akhirnya Panglima berhasil mengalahkan Manuk Sigurda- Gurdi. Atraksi ini biasanya dipertunjukkan masyarakat Karo pada acara ritual untuk meminta hujan turun. Tetapi untuk saat ini, atraksi ini dibuat untuk menyambut tamu khusus dan kegiatan lainnya. Universitas Sumatera Utara BAB IV ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO 4.1 Pengertian Rumah Tradisional Karo Salah satu arsitektur tradisional warisan budaya Karo adalah rumah tradisional Karo yang terkenal dengan sebutan rumah si waluh jabu, yaitu rumah delapan keluarga. Disebut demikian kerena memang rumah tradisional yang relatif besar ini dihuni oleh delapan keluarga. Kedelapan keluarga tersebut biasanya masih mempunyai hubungan kekeluargaan satu sama lain. Rumah ini biasanya didirikan berdasarkan aliran air sungai pada suatu kampung yaitu kenjahe hilir dan kenjulu hulu . Rumah tradisional Karo mempunyai ciri serta bentuk yang cukup unik. Rumah tradisional Karo cukup besar dan di dalamnya terdapat ruangan yang luas, tidak mempunyai kamar, namun mempunyai bagian-bagian yang ditempati oleh keluarga batih jabu tertentu. Rumah tradisional Karo biasanya disangga tiang-tiang besar, berupa rumah panggung dengan tinggi sekitar dua meter dari atas tanah. Lantai dan dinding rumah terbuat dari bahan papan tebal dan letak dinding rumah derpi agak miring ke luar. Mempunyai dua buah pintu, satu menghadap ke sebelah Barat dan satu lagi ke sebelah Timur. Tangga masuk ke rumah juga ada dua sesuai dengan letak pintu dan terbuat dari bahan bambu bulat. Menurut kepercayaan, jumlah anak tangga harus ganjil. Di depan masing-masing pintu terdapat serambi, terbuat dari bambu bulat, besar dan kuat yang disebut dengan ture. Ture berfungsi sebagai tempat bertenun, menganyam tikar atau pekerjaan lain bagi anak gadis disiang hari, sedang pada malam hari ture atau serambi ini berubah fungsi menjadi tempat perkenalan para pemuda dan pemudi utau untuk memadu kasih, dalam bahasa karo disebut naki-naki. Universitas Sumatera Utara Atap rumah tradisional Karo berbahan ijuk dan untuk menyanggah atap dibuat tiang pokok yang besar dan menjulang ke langit, yang disebut tunjuk langit. Pada ke dua ujung atap terdapat segi tiga yang disebut dengan ayo-ayo, melambangkan sangkep si telu sistem kekerabatan yang terdapat pada masyarakat Karo . Pada puncak ayo-ayo digantungkan tanduk atau kepala kerbau dengan letak kepala menunduk ke bawah. Hal ini melambangkan keramah-tamahan penghuni rumah dalam menerima tamu-tamu yang datang, tetapi di sisi lain juga melambangkan kesiap-siagaan penduduk dalam menghadang dan menyerang orang-orang yang hendak berbuat jahat di kampung tersebut. Sesuai dengan bentuk atapnya, rumah tradisional Karo terdiri dari dua macam, yaitu rumah tradisional biasa dan rumah anjung-anjung. Rumah tradisional Karo biasa mempunyai ayo-ayo dan dua kepala tanduk kerbau, sedangkan pada rumah anjung-anjung terdapat paling sedikit delapan ayo-ayo dan delapan kepala tanduk kerbau. Setiap keluarga jabu menempati posisi di rumah tradisional sesuai dengan struktur sosialnya dalam keluarga. Di sebelah Timur disebut Bena Kayu pangkal kayu dan sebelah barat disebut Ujung Kayu. Sistem jabu dalam rumah tradisional Karo mencercerminkan kesatuan organisasi, di mana terdapat pembagian tugas yang tegas dan teratur untuk mencapai keharmonisan bersama yang dipimpin oleh Jabu Bena KayuJabu Raja. Urutan ruangan dalam rumah adat Siwaluh Jabu adalah sebagai berikut : 1. Jabu Bena Kayu yaitu ruangan di depan sebelah kiri, didiami oleh pihak marga tanah dan pendiri kampung, yang biasanya adalah penghulu atau pemimpin di rumah tersebut. 2. Jabu Sedapur Bena kayu yaitu ruangan yang biasanya ditempati oleh anak beru penerima dara dari penghuni jabu ujung kayu. Tugas penghuni jabu ini adalah sebagai saksi yang turut mendengarkan segala keputusan yang diambil dalam musyawarah rumah adat tersebut. Oleh karena itu jabu sidapurken bena kayu ini disebut dengan jabu Universitas Sumatera Utara peninggel-ninggel jabu yang didiami oleh orang-orang yang bertindak sebagai saksi 3. Jabu ujung kayu, disebut juga sebagai Jabu Sungkun Berita, didiami oleh Anak Beru Tua, yang bertugas memecahkan setiap masalah yang timbul. 4. Jabu Sedapur Ujung Kayu yaitu ruangan sedapur dengan jabu ujung kayu, dinamai Jabu Silengguri. Jabu ini didiami oleh anak beru dari jabu Sungkun Berita. 5. Jabu Lepar Bena Kayu, yakni ruangan yang terletak berseberangan dengan Jabu Bena Kayu, didiami oleh Biak Senina. 6. Jabu Sedapur Lepan Bena Kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan Jabu Lepar Bena Kayu, didiami oleh Senina Sepemeren atau Separiban. 7. Jabu Lepar Ujung Kayu, didiami oleh Kalimbubu yaitu pihak pemberi gadis, ruangan ini disebut Jabu Silayari. 8. Jabu Sedapur Lepar Ujung Kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan Jabu Lepar Ujung Kayu. Didiami oleh Kalimbubu dari Jabu Silayari. Kedudukan Kalimbubu ini cukup dihormati didalam adat.

4.2 Sejarah Pembuatan Ornamen