mencapai langkah selanjutnya yaitu menghapuskan kapitalisme dan imperialisme di Indonesia bahkan di dunia. Langkah pertama, Indonesia merdeka, telah
tercapai. Maka langkah selanjutnya yaitu pengisisan kemerdekaan agar yang berkuasa di dalam pemerintahan Republik Indonesia adalah semacam satu partai
federasi yang berasaskan Marhaenisme. Sejak Demokrasi Terpimpin, tidak dapat diragukan hangatnya perhatian
Soekarno terhadap PKI. Ketika PKI dimusuhi oleh berbagai kekuatan politik di Indonesia seperti TNI Tentara Nasional Indonesia, partai-partai berbasiskan
agama, serta komprador asing, Soekarno menjalankan peranannya sebagai pelindung PKI. Namun, kedekatan tersebut justru membuat cita-cita Soekarno
terusik bahkan buyar setelah peristiwa G30S1965 meletus yang mengakibatkan terjadinya krisis politik diikuti krisis ekonomi.
Secara massif kekuatan-kekuatan marhaenis dan kekuatan pro pemerintahan Soekarno dimusnahkan dengan berbagai cara seperti: pembunuhan,
penangkapan seseorang yang diduga terlibat G30S 1965 tanpa proses peradilan yang adil, dan lain sebagainya yang disinyalir sebagai kudeta merangkak terhadap
pemerintahan Soekarno.
II.2. Marhaenisme: Marxisme yang Dipraktekkan di Indonesia
Antara Karl Marx dan Soekarno, keduanya sama-sama memiliki keprihatinan terhadap mereka yang tertindas, yang miskin, dan dimiskinkan
karena suatu sistem yang tidak adil, suatu sistem yang mengeksploitasi manusia. Dan keprihatinan Marx terhadap kaum proletar yang tertindas dan terasing akibat
dari sistem kapitalisme ini telah membuahkan suatu teori dan sekaligus suatu teori
Universitas Sumatera Utara
perjuangan yang pengaruhnya sangat luar biasa di permukaan bumi ini. Yang dimaksud teori dalam konteks ini yaitu suatu asas-asas atau hukum-hukum yang
dapat dijadikan landasan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan teori perjuangan dapat diartikan sebagai asas-asas atau hukum-hukum yang
berfungsi sebagai landasan perjuangan untuk mencapai masyarakat yang dicita- citakan. Teori perjuangan Marx, yang kemudian dikenal sebagai Marxisme juga
sangat berpengaruh dalam benak Soekarno, dan banyak inspirasi dari pemikiran dan tingkah laku politik Soekarno sejak tahun 1920-an akhir dipengaruhi Marx,
demikian pula tulisan-tulisannya. Hal ini begitu banyak terlihat dari kutipan- kutipan dan sanjungan serta persetujuan terhadap pikiran-pikiran Karl Marx dan
buah karya Marx, yaitu Marxisme. Bahkan secara jujur Soekarno kemudian mengakui bahwa Marhaenisme yang ia ciptakan adalah Marxisme yang
diterapkan di Indonesia, artinya, Marxisme yang disesuaikan dengan kondisi dan masyarakat Indonesia.
46
46
Ir. Soekarno, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta: Inti Idayu Press – Yayasan Pendidikan Soekarno, 1984, hal. 93.
Sebetulnya, jika mengikuti tulisan-tulisan Soekarno pada tahun 1920-an dan 1930-an sudah terdapat benih-benih bagi Soekarno untuk membuat
perumusan demikian. Hal ini sengaja dieksplisitkan oleh Soekarno karena menurut pengakuannya sendiri, pada awal tahun 1960-an banyak pihak yang
mencoba menafsirkan Marhaenisme. Maka kesimpulan Soekarno tersebut jelas merupakan tantangan bagi orang-orang yang mencoba menafsirkan Marhaenisme
yang tidak sesuai dengan rumusan Soekarno pada tahun-tahun itu. Di kemudian hari orang-orang tersebut disebut sebagai marhaenis gadungan seperti yang telah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan terpenting terhadap rumusan Soekarno bahwa “Marhaenisme adalah Marxisme yang diterapkan di Indonesia” tersebut datang dari PNIFront
Marhaenis
47
, suatu partai yang berasaskan Marhaenisme, pada awal tahun 1960- an dan mencapai puncaknya pada tahun 1964, saat dikeluarkannya “Deklarasi
Marhaenis”. Deklarasi tersebut telah disetujui Bung Karno sebagai suatu pernyataan mengenai tafsiran tentang Marhaenisme yang sesuai dengan ajaran dan
rumusan Bung Karno.
48
1 Menegaskan bahwa Marhaenisme adalah Marhaenisme seperti yang dicetuskan Bung
Karno pada tahun 1927; sebagai hasil penarikan pelajaran yang tepat dari praktek perjuangan rakyat Indonesia dan rakyat lain di muka bumi, yang ditindas dan
dimelaratkan oleh sistem kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme. Praktek tersebut merupakan senjata ampuh di tangan kaum marhaen sebagai asas dan cara perjuangan dan
memberikan landasan yang kukuh dan menjamin kemenangan kaum marhaen dengan menggalang semua kekuatan progresif-revolusioner yang berporoskan Nasakom.
Pokok-pokok dari isi Deklarasi Marhaenis pada sebagian besar adalah pengulangan dari tulisan-tulisan Bung Karno pada tahun 1920-an dan 1930-an,
kemudian dipadukan dengan ajaran-ajaran Bung Karno setelah kemerdekaan. Beberapa pokok yang ditekankan, yang menyangkut tentang Marhaenisme
sebagai Marxisme yang diterapkan di Indonesia, antara lain:
2 Marhaenisme adalah paham perjuangan yang revolusioner, berdiri di atas sendi-sendinya
massa aksi yang revolusioner dan menghendaki syarat-syarat perjuangan yang revolusioner. Marhaenisme ini didasarkan atas sifat dan watak revolusi Indonesia dewasa
ini yaitu revolusi nasional demokrasi dan yang berhari depan sosialisme Indonesia ialah masyarakat adil makmur material dan spiritual.
3 Dalam bidang ideologi, deklarasi ini mempunyai satu tafsiran tentang Marhaenisme yaitu
Marhaenisme adalah Marxisme yang diterapkan sesuai dengan kondisi-kondisi dan situasi-situasi di Indonesia, dan kemudian untuk melaksanakan indoktrinasi, deklarasi ini
menetapkan bahwa materialisme historis ajaran Karl Marx adalah sebagai metode berjuang dan berpikir, demikian pula pemahaman tentang situasi, kondisi, serta sejarah
pergerakan rakyat Indonesia adalah mutlak.
4 Mempelajari dan memahami sejarah perkembangan masyarakat Indonesia berarti
berorientasi kepada Amanat Penderitaan Rakyat, yaitu memahami sebaik-baiknya
47
Sebagai upaya untuk mendapat simpati kembali dari Soekarno, maka kubu sayap kiri PNI memberikan penegasan bahwa PNI tetap setia pada asas Marhaenisme ajaran Bung Karno,
oleh karena itu dinamakan PNIFront Marhaenis. Penegasan tersebut sekaligus upaya untuk membersihkan marhaenis-marhaenis gadungan yang berada dalam barisan PNI.
48
Pedoman Pokok Pelaksanaan Deklarasi Marhaenis, Jakarta: Departemen Penerangan dan Propaganda DPP Partai Nasional Indonesia, 1965, hal. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
kebangkitan rakyat Indonesia untuk membebaskan dirinya dari penindasan kapitalisme, imperialisme, dan feodalisme di segala bidang.
49
Dalam pemahaman Soekarno tentang Marxisme, dapat diperhatikan bahwa antara Marxisme dan Komunisme seperti terdapat garis pemisah yang tegas.
Marxisme adalah suatu denk methode metode berpikir. Metode berpikir untuk mengerti bagaimana perjuangan harus dijalankan, agar bisa tercapai masyarakat
yang adil. Dalam hubungannya dengan kehidupan beragama Soekarno menegaskan bahwa “Marxisme tidak selalu anti Tuhan”. Marxisme adalah
materialisme historis. Materialisme historis tersebut tidak anti Tuhan. Sedangkan filsafat materialisme yang anti Tuhan adalah filsafat feuerbach.
Lebih lanjut Soekarno menegaskan bahwa materialisme historis tersebut adalah suatu cara pengertian, seperti yang telah dibuktikan oleh sejarah bahwa
alam-alam pikiran yang berjalan di masyarakat adalah lebih terbawa oleh bentuk dari hubungan-hubungan ekonomi economische verhoudingen, yaitu cara
produksi di dalam masyarakat. Maka cara tersebut dianggap sebagai faktor yang menentukan bagaimana corak alam pikiran, dan kesadaran manusia.
50
Teori Marxisme, menurut Bung Karno, dianggap mengalami perubahan. Marxisme harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Dalam hubungannya
dengan negara-negara Asia, negara yang belum ada kaum proletarnya, dalam arti seperti Eropa dan Amerika, pergerakan harus diubah sifatnya, disesuaikan dengan
kondisi di Asia. Oleh sebab itu diperlukan kerja sama dengan kekuatan-kekuatan
49
Ibid, hal. 7-11.
50
Ir. Soekarno, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta: Inti Idayu Press – Yayasan Pendidikan Soekarno, 1984, hal. 94-95.
Universitas Sumatera Utara
politik lain, karena perlawanan yang utama bukan kepada kekuasaan, melainkan pada feodalisme dan imperialisme.
51
Di sisi lain, banyak pengamat politik menilai opini-opini Soekarno tersebut mengenai Marxisme menandakan bahwa Soekarno adalah seorang
Marxis. Terlebih lagi mengenai pandangan Soekarno tentang “masyarakat sama rata sama rasa”. Pandangan tersebut secara tersurat sudah dinyatakan Soekarno
dalam tulisannya pada awal tahun 1930-an, terutama di dalam ‘Mencapai Indonesia Merdeka”. Masyarakat “sama rata sama rasa” tersebut selalu
dipertentangkan dengan masyarakat yang masih berada di dalam kapitalisme. Pada tahun 1960-an, istilah “sama rata sama rasa” tersebut oleh Bung Karno
dihubungkan dengan masyarakat sosialis. Kemudian di dalam masyarakat sosialis tersebut setiap warganya harus dapat menikmati kesejahteraan ekonomi yang
tanpa ada kapitalisme.
52
Jika diperhatikan, antara teori perjuangan Soekarno dan revolusi proletariat Karl Marx terdapat kesamaan. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
Soekarno menginginkan supaya pergerakan rakyat marhaen tersebut tidak boleh kecil-kecilan. Karena tujuan dari pergerakan tersebut adalah ingin mengubah
sama sekali sistem masyarakat sampai ke akar-akarnya. Namun, kondisi Indonesia pada waktu Soekarno mencetuskan Marhaenismenya berbeda dengan kondisi
sewaktu Marx menganjurkan revolusi proletariatnya. Negara-negara industri di Eropa tempat Marx merumuskan teori Marxismenya adalah negara-negara yang
merdeka. Musuh kaum proletar adalah bukan penjajah asing, melainkan kaum
51
Ir. Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jilid I. Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964, hal. 19.
52
Ir. Soekarno, Loc.Cit., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
borjuis bangsa sendiri. Oleh sebab itu revolusi proletariat pertama-tama ditujukan kepada kaum kapitalis di dalam negeri.
Adapun musuh kaum marhaenis disamping tuan-tuan tanah dan kapitalis bangsa sendiri, yang utama adalah imperialisme dan kapitalisme Belanda, yang
pada waktu itu masih bercokol di bumi Indonesia. Oleh sebab itu, Bung Karno mengajukan beberapa syarat untuk menggugurkan sistem kapitalisme dan
imperialisme tersebut. Dan kemerdekaan adalah syarat pertama. Hal ini sangat masuk akal karena dengan kemerdekaan lah suatu bangsa dapat mendirikan suatu
orde masyarakat menurut cita-cita bangsa itu sendiri. Tanpa kemerdekaan, segala gerak dari kegiatan manusia di dalam masyarakat itu guna merealisasikan cita-
citanya, akan terhalang. Syarat kedua, yang dianjurkan oleh Bung Karno yaitu yang berhubungan
dengan bagaimana mengatur mekanisme masyarakat ke arah cita-cita kaum marhaen. Menurut Bung Karno, mekanisme tersebut akan tercapai kalau di dalam
kemerdekaan itu nanti yang berkuasa adalah kaum marhaen. Alasan tersebut juga tepat, sebab besar kemungkinannya kalau bukan kekuatan marhaenis yang
berkuasa setelah Indonesia merdeka, misalnya orang-orang borjuis atau orang- orang ningrat bangsa sendiri, maka kemerdekaan itu dilihat oleh Bung Karno
sebagai sesuatu yang tidak mempunyai arti bagi kaum marhaen. Sebab sudah merupakan kecenderungan dari kaum borjuis untuk mempertahankan atau
membangun sistem kapitalisme dengan versi yang lebih baru yang memang menguntungkan mereka. dengan perkataan lain, dipertahankan dan
ditingkatkannya sistem kapitalisme ini berarti bahwa penindasan terhadap kaum marhaen akan terus berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam tulisannya yang berjudul “Mencapai Indonesia Merdeka”, Soekarno dengan mengutip dari Karl Marx, menganjurkan dan menyetujui adanya
revolusi. Soekarno yakin bahwa suatu kelas tidak pernah akan dengan sukarela melepaskan hak-haknya atas dasar kemauannya sendiri. Hak-hak dari kelas
borjuis itu hanya dapat terlepas apabila direbut, dipaksa untuk diserahkan kepada kelas marhaen.
53
Menurut Bung Karno bahwa didalam sejarah umat manusia itu selalu terdapat pertentangan kelas. Di zaman feodal dahulu, pertentangan terjadi antara
tuan yang feodal dan rakyat yang feodal. Di dalam alam kapitalis ini juga ada pertentangan kelas antara kelas kapitalis dan kelas proletar. Sejalan dengan
pikiran Marx, kelas-kelas tersebut makin lama makin mengorganisasikan diri dan membentuk perkumpulan seperti serikat sekerja dan sebagainya. Dengan adanya
perserikatan tersebut maka kekuasaan kapitalis akan digerogoti, makin lama makin mengkerut. Dan pada akhirnya timbullah dengan sendirinya suatu
masyarakat sosialis.
54
53
Ibid, hal. 297.
54
Ir. Soekarno, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta: Inti Idayu Press – Yayasan Pendidikan Soekarno, 1984, hal. 118-119.
Meskipun oleh Bung Karno, tercapainya masyarakat sosialis tersebut merupakan hasil dari suatu evolusi, pencapaian itu tidak akan terjadi kalau tanpa
perjuangan. Jadi kapitalisme ini hanya bisa digugurkan dengan tenaga kaum marhaen proletar yang terhimpun dalam massa aksi yang hebat. Setelah itu
digunakan suatu sistem oleh kaum proletar sendiri untuk menggunakan alat-alat industrialisme yang modern, bagi kepentingan kaum proletar semua.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dinyatakan oleh Bung Karno bahwa siapa yang tidak proletar tidak boleh ikut campur di dalam urusan ketatanegaraan. Di dalam tata ekonomi
pun hanya kaum proletar yang mengurus, mengatur, agar alat produksi modern tersebut dipergunakan untuk kepentungan buruh dan kaum proletar dengan tanpa
adanya penghisapan manusia atas manusia.
55
55
Ibid. hal. 112.
II.3. Marhaenisme: Suatu Asas Dalam Partai-Partai Politik