Reforma Agraria Land Reform

1964. Upaya tersebut menurut Soekarno adalah sesuai dengan tuntutan buruh dan seluruh rakyat serta sesuai dengan tugas dari perusahaan negara tersebut.

IV.2.3.5. Reforma Agraria Land Reform

Dalam upaya mendistribusikan keadilan dan kemakmuran seperti yang dicita-citakan melalui teori Marhaenismenya, salah satu upaya yang diterapkan Soekarno adalah menetapkan kebijakan Reforma Agraria land-reform yang dituangkan dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau dikenal UUPA 1960. Soekarno mengatakan bahwa: “Revolusi Indonesia tanpa land reform adalah sama saja dengan gedung tanpa alas, sama saja dengan pohon tanpa batang sama saja dengan omong besar tanpa isi. Melaksanakan land reform berarti melaksanakan satu bagian yang mutlak dari Revolusi Indonesia”. 120 Maka, untuk merombak hak-hak kepemilikan tanah, terutama demi menghapuskan sisa feodalisme, kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme, kebijakan reforma agraria merupakan satu bentuk penghapusan segala hak-hak Kebijakan reforma agraria dirumuskan guna merombak persoalan hak kepemilikan tanah. Persoalan tanah di Indonesia sangat terkait dengan masyarakat Indonesia yang masih dijajah alam feodalisme sebagai wujud penghisapan kaum- kaum bangsawan terhadap rakyat Indonesia. Kemudian di masa imperialisme dan kolonialisme, kaum kapitalis dan imperialis memiliki hak atas tanah Indonesia sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh kaum kolonial, misalnya UU Agraria tahun 1870, dan kebijakan lainnya. 120 Ir. Soekarno, Djalannya Revolusi Kita dalam Tudjuh Bahan Pokok Indoktrinasi. Jakarta : Departemen Penerangan RI, 1965, hal. 61. Universitas Sumatera Utara asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah, dan mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur dengan memperkuat dan memperluas kepemilikan tanah untuk seluruh rakyat Indonesia. Kemudian secara spesifik ditegaskan oleh Soekarno bahwa reforma agrarian berarti tanah untuk tani. 121 121 Ir. Soekarno, Tahun Vivere Pericoloso dalam Pantjawarsa Manipol. Jakarta : Panitia Pembina Djiwa Revolusi, 1965, hal. 431. Dikatakan demikian karena kaum tani Indonesia adalah kaum yang paling merasakan dampak segala macam penjajahan di Indonesia seperti feodalisme, kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme. Maka dari itu, kaum tani harus dibebaskan dari sistem yang menghisap dan menindas tersebut. Bahkan ditegaskan Soekarno dalam membangun masyarakat industri syarat utamanya adalah dibebaskannya tenaga produktif di desa dan ditingkatkannya daya beli kaum tani yaitu melalui distribusi tanah kepada petani. Pada akhirnya, perombakan hak tanah dan penggunaan tanah ditujukan kepada cita-cita masyarakat adil dan makmur dan khususnya meningkatkan taraf hidup petani dan seluruh rakyat Indonesia. Bahkan Soekarno bersemboyan bahwa kaum tani Indonesia adalah sokoguru revolusi Indonesia disamping kaum buruh. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan