Sifat Permanen Kapitalisme Penilaian Kritis Marhaenisme Terhadap Kapitalisme Global

BAB IV ANALISA DATA

V.1. Penilaian Kritis Marhaenisme Terhadap Kapitalisme Global

Kapitalisme dewasa ini telah tumbuh dan berkembang seiring perubahan zaman. Di seluruh jagat dunia, tidak ada yang terbebas dari cengkeraman kapitalisme global, termasuk Indonesia. Hal tersebutlah yang menjadi tantangan zaman bagi Marhaenisme yang sebelumnya dirumuskan oleh Soekarno sebagai antitesis kapitalisme serta sebagai sebuah teori maupun ideologi politik yang berusaha menawarkan suatu konsep alternatif mengenai sistem bermasyarakat dan bernegara. Maka dari itu, diperlukan analisis dan penilaian kritis Marhaenisme terhadap kapitalisme global serta bagaimana gambaran masyarakat yang dicita- citakan Marhaenisme agar dapat dipahami atau bahkan diterima sebagai sebuah ideologi alternatif. Adapun sebagai alat penilaiannya maka digunakan pendekatan filsafat dari Marhaenisme untuk menilai secara kritis ketika dua ideologi berbeda tersebut dipertentangkan.

IV.1.1. Sifat Permanen Kapitalisme

Kapitalisme memang telah berkembang pesat dibandingkan pada masa Soekarno merumuskan Marhaenisme. Namun segala sesuatu memiliki sifat permanen tetap yang melekat dan tidak dapat berubah. Begitu pula dengan kapitalisme, sekalipun telah berkembang sejak kemunculannya hingga kini, kapitalisme memiliki sifat permanen yang tidak dapat berubah karena itulah yang menjadi identitasnya. Hal tersebut yang juga diyakini oleh Soekarno dalam membedah kapitalisme dengan pisau analisis dengan Marhaenisme — Universitas Sumatera Utara materialisme historis— ketika membacakan pidato pembelaan di depan pengadilan kolonial di Bandung tahun 1930 yang berjudul “Indonesia Menggugat” bahwa kapitalisme memiliki sifat yang tidak akan berubah sampai akhir zaman. Dalam konteks ini, sifat-sifat permanen dari kapitalisme akan sedikit diuraikan dan diperbandingkan dengan kondisi dewasa ini, di era kapitalisme global. Sifat-sifat permanen tersebut antara lain:

1. Akumulasi Kapital

Akumulasi kapital merupakan upaya menggerakkan kapital dalam proses produksi agar diperoleh laba yang terus bertambah. Proses produksi tersebut dengan menekan biaya produksi yakni melalui pengurangan upah buruh. Hal tersebutlah yang melahirkan teori nilai lebih yang dkemukakan oleh Karl Marx. Jika nilai komoditi diukur dengan besarnya tenaga yang dikorbankan, maka telah terjadi surplus nilai tenaga buruh yang diambil oleh kaum kapitalis. Keuntungan yang diperoleh dari nilai lebih tersebutlah yang diakumulasikan oleh kaum kapitalis. Di sisi lain, meminjam istilah Soekarno, telah terjadi verelendung, yakni proses pemelaratan kaum buruh. 87 Di era kapitalisme global, Standar UMR Upah Minimum Regional menjadi justifikasi oleh para pemilik modal untuk membayar upah buruhnya dengan harga yang rendah sesuai dengan UMR tersebut. Pada dasarnya, perumusan kebijakan UMR tersebut dihasilkan dari kesepakatan antara pemerintah dan kaum kapitalis, meskipun terkadang melibatkan serikat buruh. Sebagaimana diketahui, tugas negara pemerintah dalam mengurusi masalah pengangguran lebih ringan manakala tersedianya lapangan pekerjaan yang 87 Ir. Soekarno, Indonesia Menggugat : Pidato Pembelaan di Depan Pengadilan Kolonial Bandung, 1930. Jakarta : Inti Idayu Press, 1985, hal. 14. Universitas Sumatera Utara disediakan oleh para kapitalis. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dewasa ini proses akumulasi modal kaum kapitalis dan proses pemelaratan kaum buruh justru mendapatkan legalitas dari pemerintah melalui kebijakan Upah Minimum Regional.

2. Konsentrasi Kapital

Akumulasi kapital dari nilai lebih yang dirampas kaum kapitalis dari haknya kaum buruh tersebut lambat laun bertambah menjadi kapital besar dan dikonsentrasikan ke dalam perusahaannya.

3. Sentralisasi Kapital

Perusahaan tersebut semakin besar sehingga terjadi persaingan antar perusahaan yang mematikan perusahaan-perusahaan kecil. Perusahaan besar tersebut tumbuh dengan mendirikan perusahaan-perusahaan baru. Akibatnya, terkumpul kapital besar menjadi kapital maha besar yang tersentralisasi kepada satu atau paling tidak sedikit perusahaan besar. Dewasa ini, contoh yang dapat dilihat adalah keberadaan Multi National Corporations MNCs dan Trans National Corporations TNCs yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang tersebar melintasi batas-batas negara. Tentu saja keberadaan MNCs dan TNCs tersebut merupakan ancaman besar bagi kaum pedagang Indonesia yang banyak bergerak di sektor usaha kecil dan menengah.

4. Ekspansi Kapital

Hal diatas lah yang mendasari penyebaran kapital oleh suatu perusahaan MNC melintasi batas-batas negara karena modal tersebut harus terus dialirkan agar tetap fungsional meskipun ketika di dalam negeri telah dioperasikan. Kapital harus diekspansikan agar tidak terjadi over capital dan anarkhi produksi akibat Universitas Sumatera Utara menumpuk sehingga terjadi kelebihan modal namun kekurangan basis material. Jalannya adalah dengan mencari bahan baku basis material dan tempat penanaman modal. Indonesia telah menjadi tempat aliran ekspansi modal perusahaan besar sejak diberlakukannya politik pintu terbuka 88 Kemudian, setelah menguraikan sifat-sifat kapitalisme tersebut. Perlulah juga diterangkan sedikit tentang mengapa kapitalisme tetap bercokol di Indonesia bahkan kini semakin mengakar ke dalam negeri Indonesia. Soekarno dalam kesempatannya memberikan Amanat pada Sidang Pleno Pertama Dewan Perancang Nasional pada tanggal 28 Agustus 1959 menetapkan tiga pokok di zaman Kolonialisme Belanda hingga dewasa ini. Terlebih lagi, sejak diberlakukannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967, modal yang masuk ke Indonesia jumlahnya sangat besar dan memainkan peranannya dalam mengeksploitasi basis material yang ada di Indonesia dan menciptakan cabang-cabang perusahaan di Indonesia yang sekarang dikenal dengan istilah Perusahaan Multinasional Multi National Corporations MNCs dan Perusahaan Transnasional Trans National Corporations TNCs. MNC adalah perusahaan yang dikendalikan dan berbasis di satu negara misalnya : Jerman, Amerika Serikat, dan lain sebagainya. TNC adalah perusahaan dengan sistem manajemen membagi kepemilikan, penjualan, manager, dan pekerja, perusahaan dipecah di berbagai negara.

IV.1.2. Tiga Pokok Mengenai Kapitalisme di Indonesia