Model Analisis Definisi Operasional Variabel Pembahasan Hasil Estimasi Pembahasan Hasil Estimasi

3.3. Model Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linear berganda, karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square OLS. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan PPh Orang Pribadi di Sumatera Utara digambarkan dengan fungsi sebagai berikut: PPh OP = f WP, INF, YKap ….………………….……………… 1 Dan dari persamaan 1 dispesifikasikan kedalam model ekonometrika dalam bentuk model Autoregresive, log-linear: LPPh OP = α + β1 WP + β2INF t-1 + β3 YKap + μ Di mana: PPh OP = Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Jutaan Rupiah α = intercept WP = Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi orang INF t-1 = Inflasi triwulan sebelumnya dalam YKap = Pendapatan Per Kapita Rupiah β1, β2, 3. = koefisien regresi μ = error term Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009

3.4. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan hipotesis yang diajukan maka definisi operasional untuk masing- masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi PPh Jumlah penerimaan triwulanan yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak yang ada di Sumatera Utara berkenaan dengan Pajak Penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam jutaan Rupiah. 2. Wajib Pajak Orang Pribadi Jumlah Wajib Orang Pribadi triwulanan pada penelitian ini adalah jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi triwulanan yang terdaftar di seluruh Kantor Pelayanan Pajak yang berada di Sumatera Utara dalam satuan. 3. Tingkat Inflasi pada penelitian ini adalah inflasi yang dipakai adalah inflasi triwulanan dan dinyatakan dalam persen. 4. Pendapatan perkapita ialah jumlah pendapatan per kapita triwulanan yang diterima oleh penduduk Sumatera Utara yang dinyatakan dalam Rupiah.

3.5. Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit

3.5.1. Uji Determinasi R

2 Uji ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Apabila R 2 = 0, artinya variasi dari variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas sama sekali. Sementara apabila R 2 =1, artinya variasi dari variabel terikat dapat diterangkan 100 oleh Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 variabel bebas. Dengan demikian model regresi akan ditentukan oleh R 2 yang nilainya antara nol dan satu.

3.5.2. Uji F Hitung

Uji F hitung statistik digunakan untuk melihat secara bersama sama apakah ada pengaruh signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.5.3. Uji Parsial uji – t

Uji Parsial digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.6. Uji Asumsi Klasik

3.6.1. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi regresi linear klasik adalah tidak adanya multikolinearitas sempurna no perfect multicolinearity. Ada tiga hal yang perlu dibahas terlebih dahulu dalam multikolinearitas Sumodinongrat, 1994: 1 multikolinearitas pada hakekatnya adalah fenomena sampel. 2 multikolinearitas adalah persoalan derajat bukan persoalan jenis. 3 masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya hubungan liniear di antara variabel-variabel bebas. Pengujian ini untuk mendeteksi multikolinearitas dengan cara melihat gejala- gejala yang biasa dipakai untuk melihat adanya multikolinearitas yaitu antara lain dengan melihat koefisien determinasi R 2 . Multikolinearitas terjadi apabila nilai Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 F hitung terhadap F tabel tinggi tetapi tidak semua koefisien regresi signifikan. Apabila R 2 tinggi yaitu 0,7 sampai 1 maka antara variabel independen yang berkorelasi mungkin terjadi multikolinearitas.

3.6.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series. Sehingga terdapat saling ketergantungan antara faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi yang dipengaruhi oleh unsur gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lainnya. Oleh karena itu masalah autokorelasi biasanya muncul dalam data time series, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi dalam data cross sectional. Uji untuk melihat autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson Test ataupun dengan uji Lagrange Multiplier Test LM-Test. Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan Variabel-variabel Penelitian

4.1.1 Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Objek pajak PPh OPDN adalah penghasilan di mana setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak berasal dari dalam negeri maupun luar Indonesia dan dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak WP. Penerimaan Pajak Pusat Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Provinsi Sumatera diawasi dan dikelola oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I yang berkedudukan di Medan dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II yang berkedudukan di Pematang Siantar. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I membawahi 9 unit kerja antara lain KPP Madya Medan, KPP Pratama Medan Barat, KPP Pratama Medan Belawan, KPP Pratama Medan Kota, KPP Pratama Medan Timur, KPP Pratama Medan Polonia, KPP Pratama Binjai, KPP Pratama Medan Petisah baru dibentuk pada bulan Mei tahun 2008 pecahan dari KPP Pratama Medan Barat, dan Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 KPP Pratama Lubuk Pakam baru dibentuk pada bulan Mei tahun 2008 pecahan dari KPP Pratama Tebing Tinggi. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II membawahi 8 unit kerja antara lain KPP Pratama Pematang Siantar, KPP Pratama Tebing Tinggi, KPP Pratama Kisaran, KPP Pratama Rantau Prapat, KPP Pratama Padang Sidempuan, KPP Pratama Kabanjahe baru dibentuk pada bulan Mei tahun 2008 pecahan dari KPP Pratama Binjai dan KPP Pratama Pematang Siantar, KPP Pratama Balige baru dibentuk pada bulan Mei tahun 2008 pecahan dari KPP Pratama Pematang Siantar dan KPP Pratama Padang Sidempuan, dan KPP Pratama Sibolga baru dibentuk pada bulan Mei tahun 2008 pecahan dari KPP Pratama Padang Sidempuan. Potensi pengumpulan pajak dari Wajib Pajak WP Orang Pribadi di Sumut masih terbuka lebar. Karena dari 1,14 juta orang yang potensial sebagai WP orang pribadi, baru tergarap sebanyak 250.889 orang sedangkan sisanya sebanyak 889.111 orang belum tergarap. Kontribusi penerimaan PPh Orang Pribadi dari Wajib Pajak sejumlah 889.111 orang pribadi ini diharapkan masih dapat ditingkatkan maksimal selama tiga tahun ke depan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumut, 2007. Untuk jangka pendek sampai akhir 2007, Kanwil DJP Sumut I dan II berhasil memperoleh pajak sebesar 50 persen dari 250.889 WP Orang Pribadi atau sebanyak 125.444 WP Orang Pribadi. Sedangkan sisa sebesar 50 merupakan karyawan di mana Pajak Penghasilan mereka telah dipotong oleh Bendaharawan Pemerintah dan pihak perusahaan swasta. Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 Penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi di Sumatera Utara ini, diharapkan diperoleh dari para pejabat di Pemerintahan Daerah se-Sumatera Utara. Kemudian dari pejabat di Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah seperti PT. Perkebunan Nusantara II, PT. Perkebunan Nusantara III, PT. Perkebunan Nusantara IV, dan PT. Pelabuhan Indonesia I, serta dari para Pengusaha. Pencapaian target pajak akan ditempuh melalui dua pendekatan. Pertama melalui pendekatan pemberi kerja dan bendaharawan pemerintah untuk calon WP orang pribadi kepada karyawan swasta dan PNS. Kemudian melalui pendekatan properti dan profesi WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di pusat perdagangan, mal, pertokoan, serta WP orang pribadi yang tergabung dalam asosiasi profesi seperti notaris, dokter, pengacara dan lainnya. Kegiatan ekstensifikasi ini telah dilaksanakan terhadap penduduk Sumatera Utara yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak. Di samping itu Direktorat Jenderal Pajak saat ini sedang membangun Bank Data yang dapat digunakan untuk Optimalisasi Penerimaan Pajak agar tidak lagi ada alasan Wajib Pajak untuk tidak mau membayar pajak. Untuk mengetahui perkembangan Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut di bawah ini: Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 Tabel 4.1 : Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Sumut Jutaan Rupiah Periode Penerimaan PPh OP jutaan rupiah Pertumbuhan 2000:1 8.665,33 0,00 2000:2 1.221,30 -85,91 2000:3 2.107,00 72,52 2000:4 2.992,69 42,04 2001:1 8.949,45 199,04 2001:2 2.033,34 -77,28 2001:3 1.540,06 -24,26 2001:4 1.558,65 1,21 2002:1 6.714,34 330,78 2002:2 2.487,21 -62,96 2002:3 1.587,38 -36,18 2002:4 2.763,43 74,09 2003:1 6.629,26 139,89 2003:2 305,97 -95,38 2003:3 2.684,97 777,53 2003:4 7.178,44 167,36 2004:1 14.570,75 102,98 2004:2 2.951,91 -79,74 2004:3 2.625,35 -11,06 2004:4 27.942,05 964,32 2005:1 34.909,78 24,94 2005:2 2.320,90 -93,35 2005:3 2.066,51 -10,96 2005:4 4.060,07 96,47 2006:1 27.349,90 573,63 2006:2 2.867,33 -89,52 2006:3 2.863,74 -0,13 2006:4 3.985,49 39,17 2007:1 9.449,46 137,10 2007:2 2.622,74 -72,24 2007:3 2.944,03 12,25 2007:4 13.870,54 371,14 Sumber: Kanwil DJP Sumbagut I dan II Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 4000 8000 12000 16000 20000 24000 28000 32000 36000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 PPH P en er im aa n P P h O P J u ta Ru p ia h Tahun Gambar 4.1: Penerimaan PPh OP Sumatera Utara Sumber : Duktekkon Kanwil DJP Sumut Sumber: Duktekkon Kanwil DJP Sumut Gambar 4.1 : Penerimaan PPh OP Sumatera Utara Dari gambar di atas dapat dilihat penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi yang sangat dinamis, khususnya pada triwulan pertama pada setiap tahunnya, hal ini disebabkan batas akhir dari penyetoran pajak setiap tahun adalah pada bulan Maret. Terdapat kenaikan yang signifikan dari triwulan IV 2004 dan triwulan I 2005 serta triwulan I 2006. Kenaikan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi berasal dari penerimaan pembayaran hasil pemeriksaan dan dinamisasi pembayaran PPh Pasal 25 Orang Pribadi. Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009

4.1.2. Jumlah Wajib Pajak

Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Orang Pribadi yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak yang telah terdaftar di Kantor Pelayana Pajak yang terdapat di Sumatera Utara. Setiap orang baru akan memiliki kewajiban perpajakan apabila telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dengan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di Sumatera Utara terdiri atas dua bagian besar yaitu kelompok I terdiri atas Karyawan Pegawai Negeri Sipil dan Karyawan Swasta dan Kelompok II yang terdiri atas Pengusaha. Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak sangat giat dilakukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar. Kegiatan ini dilakukan dengan door to door misalnya ekstensifikasi Wajib Pajak di perumahan Mewah yang ada di Medan. Kegiatan Ekstensifikasi lainnya adalah mendata para pemilik dan penyewa toko yang belum memiliki NPWP di Mall, Plaza, dan melalui Asosiasi Profesi. Di samping itu kegiatan ekstensifikasi dilakukan melalui pemanfaatan data yang dilaporkan oleh Notaris kepada Kantor Pelayanan Pajak dari setiap akte jual beli, dan sewa menyewa yang dilaporkan. Untuk Provinsi Sumatera Utara, perkembangan Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut di bawah ini: Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 Tabel 4.2 : Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di Sumatera Utara Jumlah Terdaftar Periode Jumlah WP OP Orang Pertumbuhan 2000:1 1.331.683 0,00 2000:2 1.411.410 5,99 2000:3 1.491.138 5,65 2000:4 1.570.865 5,35 2001:1 1.650.592 5,08 2001:2 1.734.471 5,08 2001:3 1.818.350 4,84 2001:4 1.902.229 4,61 2002:1 1.986.108 4,41 2002:2 2.055.454 3,49 2002:3 2.124.800 3,37 2002:4 2.194.146 3,26 2003:1 2.263.492 3,16 2003:2 2.338.803 3,33 2003:3 2.414.114 3,22 2003:4 2.489.424 3,12 2004:1 2.564.735 3,03 2004:2 2.630.864 2,58 2004:3 2.696.993 2,51 2004:4 2.763.122 2,45 2005:1 2.829.251 2,39 2005:2 2.841.166 0,42 2005:3 2.853.081 0,42 2005:4 2.864.996 0,42 2006:1 2.876.911 0,42 2006:2 2.943.462 2,31 2006:3 3.010.013 2,26 2006:4 3.076.564 2,21 2007:1 3.143.115 2,16 2007:2 3.209.666 2,12 2007:3 3.276.217 2,07 2007:4 3.342.768 2,03 Sumber: Kanwil DJP Sumbagut I dan II Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 1200000 1600000 2000000 2400000 2800000 3200000 3600000 00 01 02 03 04 05 06 07 WP J u m la h W a jib Pa ja k o ra n g Tahun Gambar 4.2 Jumlah Wajib Pajak Sumatera Utara Sumber: Duktekkon Kanwil DJP Sumut Sumber: Duktekkon Kanwil DJP Sumut Gambar 4.2 : Jumlah Wajib Pajak Sumatera Utara Dari gambar di atas dapat kita lihat, untuk Provinsi Sumatera Utara jumlah wajib pajak PPhOP terus meningkat setiap triwulannya.

4.1.3. Inflasi

Perkembangan inflasi di Sumatera Utara kurun waktu 2000 – 2007 cukup stabil di mana adanya terjadi penurunan dari tahun 2000 hingga 2004, menutup akhir tahun 2005, perkembangan tingkat harga secara umum pada triwulan IV tahun 2005 jauh melampaui target perkiraan semula. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsisi BBM yang menyebabkan kenaikan harga BBM hingga berkisar 100 Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 ternyata memberikan dampak makro ekonomi yang sangat besar, khususnya terhadap kebijakan moneter yang berujung pada tingkat inflasi. Lebih lanjut, lonjakan inflasi yang berawal pada kelompok barang perumahan, listrik, gas, air dan bahan bakar tersebut terus menggelinding seperti bola salju menyentuh seluruh lapisan kelompok barang lainnya. Tekanan psikologis dari kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat tersebut mendorong ekspektasi inflasi yang lebih besar lagi overshooting. Pada akhirnya dampak langsung first round inflasi terus terakumulasi dan berimbas pada seluruh kelompok barang second round dan mengalami lonjakan tingkat harga yang sangat tinggi dari perkiraan awal tahun 2005. Penyebab tingginya tekanan tingkat harga di wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor utama antara lain faktor fundamental psikologis masyarakat terhadap tingginya ekspektasi inflasi, sebagai realisasi kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM administered price, serta kendala distribusi pasokan menghadapi pelaksanaan puasa dan hari raya idul Fitri yang jatuh di pertengahan triwulan IV, serta persiapan menghadapi perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun. Secara ringkas perkembangan inflasi di Sumatera Utara disajikan pada tabel dan gambar di bawah ini: Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 Tabel 4.3 : Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara Periode Tingkat Inflasi Pertumbuhan 2000:1 3,98 0,00 2000:2 4,30 8,04 2000:3 4,63 7,67 2000:4 4,53 -2,16 2001:1 4,44 -1,99 2001:2 4,34 -2,25 2001:3 4,24 -2,30 2001:4 4,14 -2,36 2002:1 4,05 -2,17 2002:2 3,95 -2,47 2002:3 3,85 -2,53 2002:4 3,76 -2,34 2003:1 3,66 -2,66 2003:2 3,56 -2,73 2003:3 3,47 -2,53 2003:4 3,98 14,70 2004:1 3,37 -15,33 2004:2 3,27 -2,97 2004:3 3,17 -3,06 2004:4 3,08 -2,84 2005:1 2,98 -3,25 2005:2 1,86 -37,58 2005:3 2,90 55,91 2005:4 13,41 362,41 2006:1 1,2 -91,05 2006:2 0,33 -72,50 2006:3 1,00 203,03 2006:4 3,44 244,00 2007:1 1,78 -48,26 2007:2 -0,57 -132,02 2007:3 2,14 475,44 2007:4 2,45 14,49 Sumber: BPS Medan Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 -2 2 4 6 8 10 12 14 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 LAGINF In fl as i d al am p ers en Tahun Gambar 4.3: Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka BPS, berbagai edisi Sumber: Sumatera Utara dalam Angka BPS, berbagai edisi Gambar 4.3 : Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara

4.1.4. Variabel Pendapatan Perkapita

Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi yang dicapai suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, antara lain dapat dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Dari data PDRB kita dapat melihat seperti: Pendapatan Regional, Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Regional. Pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Utara yang termuat pada Gambar 4.4, adalah merupakan indikator yang menunjukkan tingkat pendapatan masyarakat, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur tingkat kemakmuran masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, Pendapatan perkapita penduduk Provinsi Sumatera Utara ini merupakan hasil interpolasi data Pendapatan Perkapita Provinsi Sumatera Utara, yang hanya menyajikan data tahunan bukan data triwulanan Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini perkembangan Pendapatan Perkapita Provinsi Sumatera Utara. Tabel 4.4 : Perkembangan Pendapatan Perkapita Sumatera Utara Rupiah Periode Pendapatan per kapita Rupiah Pertumbuhan 2000:1 2.123.873 0,00 2000:2 2.234.878 5,23 2000:3 2.345.883 4,97 2000:4 2.456.887 4,73 2001:1 2.567.892 4,52 2001:2 2.816.893 9,70 2001:3 3.065.895 8,84 2001:4 3.314.896 8,12 2002:1 3.563.897 7,51 2002:2 3.902.787 9,51 2002:3 4.241.677 8,68 2002:4 4.580.567 7,99 2003:1 4.919.456 7,40 2003:2 5.258.346 6,89 2003:3 5.597.236 6,44 2003:4 5.936.126 6,05 2004:1 5.993.643 0,97 2004:2 6.051.160 0,96 2004:3 6.108.677 0,95 2004:4 6.166.194 0,94 2005:1 6.223.895 0,94 2005:2 6.281.596 0,93 2005:3 6.339.297 0,92 2005:4 6.396.998 0,91 2006:1 7.906.722 23,60 2006:2 9.416.445 19,09 2006:3 10.926.169 16,03 2006:4 12.435.892 13,82 2007:1 12.761.532 2,62 2007:2 13.087.173 2,55 2007:3 13.412.813 2,49 2007:4 13.738.453 2,43 Sumber: BPS Medan Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 0.0E+00 2.0E+06 4.0E+06 6.0E+06 8.0E+06 1.0E+07 1.2E+07 1.4E+07 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 YKAP P e n d a p a ta n P e rk a p ta P ro p in s i S u mu t R p Tahun Gambar 4.4 Perkembangan Pendapatan Perkapita Propinsi Sumut Sumber: BPS berbagai edisi i Sumber: BPS berbagai edisi Gambar 4.4 : Perkembangan Pendapatan Perkapita Provinsi Sumatera Utara

4.2. Pembahasan Hasil Estimasi

4.2. Pembahasan Hasil Estimasi

Berdasarkan hasil regresi dari data sekunder yang diolah dengan menggunakan Program Eviews 4.1. diperoleh hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil regresi dari data sekunder yang diolah dengan menggunakan Program Eviews 4.1. diperoleh hasil sebagai berikut: Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 LPPH = 2,605 + 8,378WP - 0.054 INF t-1 + 8,812 YKAP Std Error 0.437 3,460 0,023 2,720 t- stat 5,957 2,421 - 2,361 3,239 R-squared 0,852 F-statistik 13,61 R 2 Adjusted 0,851 Prob. F- Statistik 0.0089 Durbin-Watson stat 1,760 Ket : significant pada g = 10 significant pada g = 5 Koefisien determinasi sebesar 0,852 menunjukkan bahwa 85,2 persen dari variasi variabel LPPH mampu dijelaskan oleh variasi variabel WP, INF t-1 , dan YKAP sedangkan 14,8 persen lainnya dijelaskan oleh variabel di luar model yang diteliti. Dilihat dari nilai F-statistik menunjukkan g F hitung 0,0089 g F tabel 0,05, signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen atau g = 5, artinya adalah sangat signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Wajib Pajak WP, Inflasi INF t-1 , dan Pendapatan Perkapita YKAP secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi PPh. Hasil Regresi menunjukkan pengaruh variabel Wajib Pajak WP terhadap Pajak Penghasilan PPh. Menunjukkan t-hitung sebesar 2,421 lebih besar dari t-tabel pada g = 0.05 yaitu 1,701. Hal ini berarti variabel Wajib Pajak WP signifikan pengaruhnya terhadap Pajak Penghasilan PPH. Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 Pengaruh variabel Inflasi INF t-1 terhadap Pajak Penghasilan PPH dapat dilihat t-hitung sebesar 2,361 lebih besar dari t-tabel pada g = 0.10 yaitu 1,313. Hal ini berarti variabel Inflasi INF t-1 signifikan pengaruhnya terhadap Pajak Penghasilan PPH. Pengaruh variabel Pendapatan Perkapita YKAP terhadap Pajak Penghasilan PPH dapat dilihat t-hitung sebesar 3,239 lebih besar dari t-tabel pada g = 0.05 yaitu 1,701. Hal ini berarti variabel Pendapatan Perkapita YKAP signifikan pengaruhnya terhadap Pajak Penghasilan PPH.

4.3. Pembahasan Hasil Estimasi Variabel yang Mempengaruhi Pajak