Inflasi Drs. Rujiman, M.A 4. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si

pagawai, dan penghasilan yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 8. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi-bagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi. 9. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh dari perusahaan reksa dana. 10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatannya di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: a. Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

2.9. Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dalam perekonomian di mana terjadi kenaikan harga-harga secara umum. Kenaikan dalam harga barang dan jasa yang biasa terjadi jika permintaan bertambah dibandingkan dengan jumlah penawaran atau persediaan barang di pasar, dalam hal ini lebih banyak uang yang beredar yang digunakan untuk membeli barang dibanding dengan jumlah barang dan jasa, tidak semua yang namanya kenaikan harga selalu diidentikan dengan inflasi, misalnya kenaikan harga pada hari Lebaran, ini hanya gejolak pasar yang terjadi sesaat saja dan tidak berlangsung terus-menerus. Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 Inflasi sebagai bagian dari keadaan perekonomian tentu akan dialami oleh setiap negara, hanya saja setiap negara memiliki tingkat inflasi yang berbeda-beda. Untuk mengukur tingkat inflasi dapat menggunakan indek harga konsumen. Di Indonesia informasi mengenai inflasi dikelola oleh suatu badan yaitu Badan Pusat Statistik BPS Inflasi yang setiap negara pasti mengalaminya, tentu disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Beberapa penyebab inflasi diantaranya bisa disebabkan oleh sektor ekspor-impor, tabungan atau investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan swasta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan beberapa uraian berikut: a. Inflasi disebabkan oleh sektor ekspor-impor. Jika ekspor suatu negara lebih besar daripada impor, akan mengakibatkan terjadinya tekanan inflasi, tekanan inflasi terjadi karena semakin besar jumlah uang yang beredar di dalam negeri akibat penerimaan devisa. b. Inflasi disebabkan oleh sektor penerimaan dan pengeluaran negara Sektor penerimaan dan pengeluaran suatu negara yang defisit menjadi penyebab inflasi. Karena pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaannya, maka untuk menutupi keadaan tersebut akan dilakukan dengan mengeluarkan uang baru, pengeluaran uang baru menimbulkan tekanan inflasi. c. Inflasi disebabkan oleh sektor swasta. Pengeluaran kredit dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi permintaan kredit swasta dapat juga menyebabkan terjadinya inflasi. Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 Dari penyebab inflasi di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menekan inflasi. Hubungan Pajak Penghasilan dengan inflasi dapat dilihat dari tulisan Beth Kern, seorang Assistant Professor di Indiana University South Bend, yang berjudul: Inflation and the Individual Alternative Minimum Tax AMT, dia menyatakan: “The relationship between inflation and the AMT is complex. David Hulse gives some insight into current individual AMT issues with his AMT boundary calculations. These boundaries derive the breakeven points to determine how much in preferences and adjustments taxpayers at varying taxable incomes may have before being subject to the individual AMT under current law. Over time, inflation causes these breakeven points to decline. Inflation combined with regular income tax RIT bracket and exemption indexing has eroded the value of this exemption. As each year passes, the AMT is shifting from a tax burden for high-income taxpayers to one for moderate- income taxpayers”. Dari hubungan di atas bahwa dapat kita simpulkan bahwa inflasi dapat mengikis Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Demikian pula dengan tulisan Dr. Friedrich Heineman, seorang head of the department Corporate Taxation and Public Finance pada Centre for European Economic Research ZEW di Mannheim, Jerman, yang berjudul After the death of inflation: Will fiscal drag survive? Dia menyatakan: “Declining inflation rates might Ismail Fahmi Nasution : Analisis Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi Di Provinsi…, 2008 USU e-Repository © 2009 have negative consequences for tax revenues. Phenomena such as the inflationary bracket creep in a progressive income tax system do not work any longer. With this background, the paper analyses the extent of fiscal drag for OECD countries since 1965. Some consideration of the role of money illusion and indexation in this context lays the theoretical base. A framework is presented that allows for the classification of fiscal structures with regard to the type of fiscal drag boosting tax revenues. The subsequent econometric panel analysis is performed for total and disaggregated government revenues. The results back theoretical considerations of inflations impact on different kinds of taxes, which tends to be positive for individual income taxes and social security contributions and is negative for corporate income taxation. The paper concludes that both declining inflation and changing tax structures limit the potential for future fiscal drag. Dari tulisan di atas bahwa dapat kita simpulkan bahwa penurunan inflasi membawa pengaruh yang negatif pada penerimaan pajak. Inflasi memiliki pengaruh yang berbeda beda untuk setiap jenis pajak, inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan kontribusi sosial sekuriti, dan inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap Pajak Penghasilan Perusahaan.

2.10. Income per Kapita