Bahan Galian C TINJAUAN PUSTAKA

xxxii 3. Prinsip ketiga: penerapan dan operasi. alokasi sumber daya, struktur penanggung jawab, kesadaran, pelatihan, komunikasi, dokumentasi sistem manajemen lingkungan, pengendalian operasional program manajemen yang spesifik, kesiapan dan respons terhadap keadaan darurat. 4. Prinsip keempat: evaluasi berkala, pemantauan, tindakan koreksi dan pencegahan, rekaman, audit sistem manajemen lingkungan. 5 Prinsip kelima: pengkajian sistem manajemen lingkungan. Kelima prinsip tersebut harus dilaksanakan secara bersamaan dan berkelanjutan, hal ini diharapkan untuk menjamin terlaksananya program perencanaan dengan pelaksanaannya.

2.4. Bahan Galian C

Pengelolaan bahan galian C sangat berhubungan erat dengan penyelamatan sumberdaya alam disekitarnya. Pengerukan bahan-bahan galian C seperti pasir, kerikil maupun batu alam memberikan andil yang besar bagi kelestarian lingkungan, demikian halnya perambahan hutan di hulu sungai juga memberikan andil terhadap besar kecilnya debit air sungai Kesumah, 2005. Menurut Warsi 2003, sebagai contoh bahwa pengerukan bahan galian C juga berakibat turunnya kualitas dan kuantitas Sungai Batanghari di Jambi sehingga menyulitkan pembangunan Samudera Jambi. Galian C disini telah Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008 xxxiii menghantam pelabuhan Muara Sabak di hilir Sungai Batanghari yang direncanakan menjadi pusat ekonomi, terutama bagi Propinsi Jambi ke kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi: Singapura-Batam-Johor, daerah kerja sama Indonesia – Malaysia - Singapura Growth Triangle IMS-GT, Indonesia- Malaysia-Thailand Growth Triangle IMT-GT. Menurut Sukandarrumidi 1999, bahan galian adalah bahan yang dijumpai di dalam perut bumi baik berupa unsur kimia, mineral, biji ataupun segala macam batuan, di dalam pengertian ini termasuk bahan galian yang berbentuk padat seperti emas, perak, batu gamping, lempung, berbentuk cair seperti minyak bumi dan yodium, maupun berbentuk gas seperti gas alam. Lebih lanjut Sukandarrumidi 1999, menyatakan bahwa sistem dan cara penambangan bahan galian, tidak seluruhnya harus dengan cara penggalian pengerukan, namun juga dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan air, disedot dengan pipa ataupun dipompa. Berdasarkan cara pengambilannya, seluruh bahan- bahan tersebut diartikan sebagai bahan tambang. Penggolongan bahan galian diatur dalam Undang-undang Pertambangan Republik Indonesia N0 37 Tahun 1960 juncto Undang-undang Pokok Pertambangan Republik Indonesia No 11 Tahun 1967 pasal 3, yang menyebutkan penggolongan bahan galian sebagai berikut : 1 Bahan galian golongan A bahan galian strategis adalah bahan galian yang mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kehidupan negara misalnya : Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008 xxxiv minyak bumi, gas alam, batubara, timah putih, besi, nikel. Bahan galian jenis ini dikuasai oleh negara. 2 Bahan galian golongan B bahan galian vital adalah bahan galian yang mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian negara dan dikuasai oleh negara dengan menyertakan rakyat misalnya: emas, perak, intan, timah hitam, belerang, air raksa. Bahan galian ini dapat diusahakan oleh badan usaha milik negara ataupun bersama-sama dengan rakyat. 3 Bahan galian golongan C tidak termasuk strategis dan vital adalah bahan galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat, misalnya batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, kerikil, pasir urug. Bendungan yang sejak dasawarsa enam puluhan banyak dibangun di beberapa sungai besar di Indonesia, di daerah tengah sungai ini sering terbentuk galian C, sehingga terjadi pendangkalan waduk dan sungai, atau sebaliknya jika galian C yang ada secara konstan diambil akan berakibat semakin dalamnya sungai dan waduk yang akhirnya akan menurunkan permukaan sungai dan waduk Rahim, 1989. Menurut beberapa penelitian di lapangan, pengaruh galian C selalu berakibat rusak dan hancurnya suatu waduk dan sungai karena pendangkalan, seperti yang terjadi pada bendungan Karangkates di Jawa Tengah yang semula diduga mempunyai umur efektif 100 tahun bila laju galian C di bendungan ini adalah 51.000 m 3 tahun. Pada kondisi ini bahan galian C yang tertimbun dalam waduk tersebut harus di tambang, sehingga keberadaan waduk dapat berfungsi seperti perencanaan semula. Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008 xxxv Hasil pengukuran tim hidrologi Inggris tahun 1980, menunjukkan bahwa galian C tahun 1973 sampai tahun 1999 mencapai 6,2 juta m 3 tahun. Dengan demikian umur efektif bendungan tidak akan lebih dari tiga puluh tahun Utomo, 1989. Bahan galian C yang ada di sepanjang Sungai Ular yang ditambang masyarakat secara illegal juga membawa dampak tersendiri. Berdasarkan pengukuran Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang tahun 2005 bahwa penambahan bahan galian C tersebut terdiri dari beberapa jenis seperti tabel 1 berikut : Tabel 1. Jenis-jenis Material dan Volume Galian C No Galian C Volume m3 Truk Unit Keterangan 1 Pasir 945 135 2 Kerikil 672 96 3 Batu mangga 546 78 4 Koral 378 54 1 truk = 6-8 m 3 Sumber : Dinas PU Deli Serdang, 2005 Volume penambangan bahan galian C di sepanjang Sungai Ular jenis dan volumenya ternyata setiap saat adalah berbeda-beda, keadaan ini disebabkan penambangan tersebut umumnya adalah penambangan tradisional, sehingga besarnya penambangan sangat tergantung dengan besarnya permintaan pasar, serta tidak dibutuhkannya stok pemasaran atau tumpukan bahan galian C di lokasi penambangan. Rencana dilaksanakannya penambangan secara lebih jelas diuraikan dalam Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum No 07DU Tahun 1978 tentang Pencegahan dan penanggulangan terhadap Gangguan dan Pencemaran sebagai akibat Penambangan Terbuka, disebutkan: sebelum melakukan penambangan pengusaha diwajibkan mengajukan rencana reklamasi bersama-sama dengan rencana pembangunannya, yang antara lain berisi: a penggunaan tanah sebelum adanya penambangan. b penggunaan tanah yang diusulkan sesudah reklamasi. c cara pemeliharaan dan pengamanan tanah pucuk. d penggunaan air dan pengamanannya. Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008 xxxvi e jadwal pengerjaan dan penyelesaian tiap tahap reklamasi. f perkiraan biaya reklamasi. g area daerah kehutanan, pertanian, perikanan dan permukiman yang akan terganggu. h kemungkinan-kemungkinan gangguan terhadap daerah lain atau pihak lain. Pengusaha harus mengusahakan pengisian kembali dan perataan bekas penambangan. Apabila keadaan alam tidak mengizinkan atau tidak memungkinkan, harus diajukan alternatif lainnya. Untuk menjaga kelongsoran yang akan mengganggu keseimbangan tata lingkungan hidup, maka kemiringan tebing harus diusahakan sedemikian rupa sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Pengusaha harus melaksanakan penanaman kembali pada semua daerah bekas tambang terbuka, apabila keadaan tanah tidak memungkinkan, harus diajukan alternatif lain, dan apabila proses penanaman masih memerlukan waktu, kecuali daerah untuk menampung air, maka pada tahap pertama tanah harus ditanami rumput- rumputan atau tanaman kecil lainnya sebagai penutup Kesumah, 2005.

2.5. Penelitian Terdahulu