Perumusan Masalah Hipotesa Manfaat Penelitian Epidemiologi

Akhir-akhir ini Cox-2 inhibitor telah disetujui oleh the Food and Drug Administration di Amerika Serikat sebagai pengobatan adjuvant untuk pengobatan familial adenomatous polypposis. 20 Bila Cox-2 inhibitor telah dimanfaatkan sebagai pengobatan untuk penyakit lain, peneliti menilai logis bila pengobatan karsinoma nasofaring yang rumit, dapat juga ditanggulangi dengan Cox-2 inhibitor ini. Pengobatan dengan Cox-2 inhibitor ini dapat dilakukan bila dalam jaringan dijumpai tampilan Cox-2 dalam jaringan. Dalam tulisan ini, penulis mengemukakan beberapa aspek patologi karsinoma nasofaring terutama gambaran histopatologi yang dikaitkan dengan tampilan over- ekspresi dari Cyclooxygenase-2 pada sel-sel epitel karsinoma nasofaring berdasarkan klasifikasi menurut histopatologi dari WHO, dan dikaitkan dengan menilai tampilan Cox-2 pada epitel normal dan epitel displasia yang berdampingan dengan sel-sel epitel ganas apabila dijumpai, dan densiti dari pembuluh darah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah sediaan histopatologi karsinoma nasofaring menampilkan Cox- 2, dan apakah berbeda derajat tampilan Cox-2 pada karsinoma nasofaring dan displasia. Yayan Andrianto : Peranan pemeriksaan imunohistokimia cox-2 Pada karsinoma nasofaring, 2008. USU Repository©2008

1.3. Hipotesa

Hipotesa nol: 1.3.1.Tidak ada perbedaan proporsi derajat progresif karsinoma nasofaring dengan luas tampilan hasil pulasan imunohistokimia Cox -2 pada sel epitel karsinoma nasofaring. 1.3.2. Tidak ada perbedaan derajat tampilan imunohistokimia Cox -2 pada epitel b normal dengan epitel karsinoma nasofaring. 1.3.3. Tidak ada perbedaan derajat tampilan imunohistokimia Cox-2 pada epitel displasia dengan epitel karsinoma nasofaring. 1.3.4. Tidak ada perbedaan derajat tampilan imunohistokimia Cox-2 pada stroma dan epitel karsinoma nasofaring 1.3.5. Tidak ada perbedaan derajat tampilan imunohistokimia Cox-2 pada pembuluh darah karsinoma nasofaring. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui tampilan imunohistokimia Cox-2 pada karsinoma nasofaring yang dapat dipakai sebagai indikator pemberian Cox-2 Yayan Andrianto : Peranan pemeriksaan imunohistokimia cox-2 Pada karsinoma nasofaring, 2008. USU Repository©2008 inhibitor dalam usaha meningkatkan keberhasilan pengobatan karsinoma nasofaring.

1.4.2. Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan antara tipe karsinoma nasofaring dengan derajat tampilan Cox-2 Mengetahui hubungan antara keberadaan Cox-2 dengan banyak pembuluh darah. Mengetahui hubungan antara derajat tampilan Cox-2 di jaringan stroma sekitar epitel dengan derajat tampilan Cox-2 didalam epitel itu sendiri.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil pemeriksaan imunohistokimia Cox -2 dapat digunakan sebagai tambahan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan karsinoma nasofaring dengan Cox-2 inhibitor. 2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk diteliti lebih lanjut. Yayan Andrianto : Peranan pemeriksaan imunohistokimia cox-2 Pada karsinoma nasofaring, 2008. USU Repository©2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nasofaring Normal 2.1.1 Anatomi Nasofaring merupakan ruang trapezoid berlokasi di posterior khoana nasal, yang berlanjut ke inferior dari batas bawah palatum. Batas superior dibentuk oleh basi-sphenoid dan basi-occiput. Batas posterior dibentuk dari fascia prevertebral dari atas dan axis. Fascia pharyngobasiler hanya dibatasi oleh jaringan lunak membentuk dinding lateral nasofaring. Tuba eustasius melintang secara bilateral di fascia ini. Tuba eustasius ditutupi oleh superior dan posterior dari kartilago torus tubarius. Fossa dari Rosenmuller terletak di superior dan posterior torus tubarius yang merupakan dasar terpenting oleh karena daerah ini sangat sering terjadi karsinoma nasofaring. Bagian inferior nasofaring mengecil dan berlanjut sebagai orofaring dari jaringan palatum. Nasofaring merupakan kelanjutan dari Waldeyer Ring. 1, 18,23,24,26,28

2.1.2. Histologi

Secara histologi nasofaring terdiri dari mukosa yang dilapisi epitel bersilia tipe respiratorius dan epitel skuamus pada umumnya. Mukosa memperlihatkan invaginasi membentuk kripta di bawah lapisan stroma. Stroma berisi jaringan limfoid yang banyak dan mengandung reaksi limfoid folikel. Epitel permukaan atau kripta umumnya menghasilkan suatu retikulin. Kelenjar seromucinous banyak dijumpai, tetapi tidak dominan pada mukosa nasal. 1,26,28 Yayan Andrianto : Peranan pemeriksaan imunohistokimia cox-2 Pada karsinoma nasofaring, 2008. USU Repository©2008

2.2. Bahan-Bahan Karsinogenik dan Interaksi Seluler pada Karsinoma Nasofaring

Banyak bahan-bahan yang dapat menyebabkan kelainan genetik dan merangsang transformasi neoplastik dari sel-sel. Bahan-bahan ini terdiri dari karsinogen kimia dan sinar radiasi serta karsinogenesis virus dan mikroba.

2.2.1. Karsinogen Kimia dan Sinar Radiasi

Karsinogen kimia dan sinar radiasi telah diketahui dapat menyebabkan kanker pada manusia dan bukti keterkaitan virus-virus tertentu terhadap kanker manusia semakin kuat. Masing-masing kelompok bahan-bahan itu dapat bekerja sendiri-sendiri, tetapi dapat juga bekerjasama atau sinergis.

2.2.2. Karsinogenesis Virus dan Mikroba

Banyak virus-virus DNA dan RNA telah terbukti bersifat onkogenik pada berbagai hewan, mulai dari amfibi sampai ke primata dan semakin banyak bukti bahwa pada bentuk-bentuk tertentu kanker manusia. 17

2.3. Epidemiologi

Insiden karsinoma nasofaring sangat tergantung dan geografis negara serta etiologi yang multi faktor. Secara global dijumpai kira-kira 65.000 kasus baru, dan sebanyak 38.000 kasus yang meninggal pada tahun 2000. Karsinoma nasofaring jarang terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara di dunia. Walau kurang dari 1 dari seluruh tumor ganas di Amerika Serikat, namun insiden karsinoma nasofaring mengalami peningkatan di Asia Tenggara, khususnya China di Provinsi bagian Selatan dari Kwantung, Kwangsi, Fukien juga pada negara Hongkong, negara-negara yang Yayan Andrianto : Peranan pemeriksaan imunohistokimia cox-2 Pada karsinoma nasofaring, 2008. USU Repository©2008 penduduknya tergolong ras Mongoloid, penduduk asli Canada, Alaska dan Afrika. 2 Penemuan kasus baru karsinoma nasofaring setiap tahun diberbagai penjuru dunia cukup bervariasi. Peneliti di 17 negara Eropa, menemukan rata-rata 187 kasus baru setiap tahun. Farias dkk 2003 di Rio de Janeiro menemukan 16 kasus baru, serta Nwaorgu dan Ogunbiyi 2004 di Nigeria menemukan 12 kasus baru setiap tahun, sedangkan Israel mempunyai insiden karsinoma nasofaring yang sedang, hanya menemukan 3 kasus baru karsinoma nasofaring setiap tahun. Kasus baru sangat banyak ditemukan di Hongkong yaitu sebanyak 1146 kasus karsinoma nasofaring setiap tahunnya. Umur dan sex, kelompok resiko tinggi insiden karsinoma nasofaring setelah usia 30 tahun dan rata-rata usia 40-60 tahun. Penelitian di Taipeh, menjumpai umur rata-rata penderita lebih muda yaitu 25 tahun. Prasad dan Rumpal 1992 menjumpai insiden karsinoma nasofaring meningkat setelah usia 20 tahun dan tidak ada lagi peningkatan insiden setelah usia 60 tahun. Kamal dan Samarrai 1999, menemukan 2 dari kasus karsinoma nasofaring adalah penderita anak dan Huang 1990, menemukan 53 kasus 1 karsinoma nasofaring berusia dibawah 14 tahun di Guangzhou. Karsinoma nasofaring lebih sering dijumpai pada pria dibanding wanita dan dari beberapa penelitian dijumpai perbandingan penderita pria dan wanita adalah 4:1. Namun ada penelitian yang mengemukakan perbandingan pria dan wanita hanya 2:1. 2,3,18,28,33

2.4. Etiologi