Epstein Barr Virus EBV Siklus Hidup EBV

pertumbuhannya eksofitik. Secara histologi, merupakan neoplasma invasif yang terdiri dari sel basaloid yang dihubungkan dengan komponen squamous dan menunjukkan suatu bentuk pertumbuhan yang bermacam- macam, solid, lobular, cribriform, cords, trabekula, dan seperti kelenjar atau kistik. Sel basaloid dengan pleomorfik, inti hiperkromatik, sitoplasma sedikit dan dijumpai mitosis. Inti palisade pada bagian perifer. Nekrosis komedo dijumpai pada bagian sentral dari lobular neoplastik. Dapat ditemukan penimbunan hialin atau muko-hialin interseluler. 2,18,19,26,28,30

2.6. Virus-Virus dan Onkogenik DNA

Beberapa virus DNA berhubungan dengan penyebab kanker pada hewan antara lain Adenovirus, hanya menyebabkan tumor pada binatang percobaan, sedangkan Virus Papiloma Bovin, dapat menyebabkan neoplasma jinak maupun ganas pada hostnya. Empat dari berbagai virus DNA pada manusia yaitu Papilloma Virus, Ebstein Barr Virus, Hepatitis B Virus, dan Kaposi Sarkoma Herpes Virus menjadi perhatian karena virus- virus ini mempunyai implikasi dalam menimbulkan kanker pada manusia. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang DNA virus yaitu 1. Virus- virus DNA pengtransformasi membentuk ikatan stabil dengan genom sel host. Virus terintegrasi ini tidak mampu menyempurnakan siklus replikasinya oleh karena gen-gen virus yang sangat diperlukan untuk menyempurnakan replikasi tersebut terputus pada waktu terjadi integrasi DNA virus. 2. Gen virus tersebut ditranskripsi sejak awal gen-gen dini dalam siklus kehidupan penting untuk transformasi. Gen-gen ini diekspresikan didalam sel-sel yang ditransformasikan.

2.6.1. Epstein Barr Virus EBV

EBV merupakan Gamma Herpes Virus yang ditemukan pada tahun 1964 oleh Micheal Epstein dan Yvonne Barr . EBV menyebar ke seluruh Yayan Andrianto : Peranan pemeriksaan imunohistokimia cox-2 Pada karsinoma nasofaring, 2008. USU Repository©2008 dunia dan menginfeksi 90 orang dewasa. Virus infeksi persisten ditransmisi melalui kontak terhadap air liur, infeksi primer terjadi pada anak- anak berupa infeksi latent dari limfosit-B. EBV merupakan virus yang dibungkus oleh double stranded genom DNA yang mengekode 85 gene. Dua subtipe dari EBV yang diketahui untuk terjadinya infeksi ialah EBV -1 dan EBV -2. EBV mengubah pertumbuhan limfosit-B, yang dihasilkan pada transformasi pertumbuhan permanen dari regulasi ekspresi di gen viral yang multipel. Gen tersebut terdiri dari 3 protein membran yang integral berupa latent membran protein 1, 2a dan 2b LMP, 6 EBV nuklear antigen EBNA 1, 2a, 3a, 3b, 3c, dan EBNA -lp dan non coding nuclear RNAs Ebers. Gen yang mengkode antigen nuklear EBV tersebut dapat pula dibedakan 2 tipe tersebut. EBV -2 mengubah sel B menjadi kurang kuat dibandingkan EBV -1 pada masa in vitro dan ketahanan hidup pada jalur sel limfoblastoid EBV -2 lebih kurang dibanding jalur EBV -1. Perubahan berhubungan pada penyimpangan EBNA -2 yang berlanjut. Gen hasil interaksi dihubungkan dengan adanya homolog pada molekul antiapoptosis yang bervariasi, sitokinesis, signal transduser, promotor infeksi EBV , immortalisasi dan transformasi.

2.6.2. Siklus Hidup EBV

EBV dapat menginfeksi sel B dengan virus berikatan pada protein permukaan sel CR2 CD21 menembus Gp350 220 glikoprotein viral. EBV juga menginfeksi sel epitel dan merusak CD21 melalui glikoprotein GH viral. Virus diproduksi oleh sel epitel kemudian menginfeksi limfosit B dan dapat menetap dalam waktu yang lama. Sel terinfeksi dengan EBV menghindari apoptosis didalam lingkungannya oleh ekspresi EBV LMP-1 dan 2A. Molekul ini bersama-sama memberi signal kehidupan yang diperlukan, karena LMP-1 merupakan CD40 yang homolog dan LMP-2a mirip ikatan BCR. Mekanisme ini mereduksi kehilangan dari infeksi EBV sel B oleh dukungan perkembangan didalam populasi sel B yang hidup lama. Setelah Yayan Andrianto : Peranan pemeriksaan imunohistokimia cox-2 Pada karsinoma nasofaring, 2008. USU Repository©2008 infeksi primer dan menetap sebagai latent maka ekspresi gen EBV terbatas, dan yang pasti hanya terdapat LMP-2A yaitu suatu protein laten yang memberikan signal kehidupan dan menginhibisi aktivitas sel B dan pintu masuk siklus litik. Ketika reaktif terjadi, litik yang berat pada protein viral akan diekspresikan dengan aktifasi inhibisi mekanisme immun. Termasuk Interleukin 10 homolog yang menginhibisi co-stimular antigen presenting fungsi dari monosit, makrofag dan beberapa interferon yang mengurangi pelepasan sitokin, Interferon α dan . Sebagai tambahan bcl-2 homolog prolog sel dari survival untuk inhibisi apoptosis. 1,4,5,13,14,15,18,21,28

2.6.3. Patogenesis EBV pada Karsinoma Nasofaring