BAB IV LANGKAH-LANGKAH PREVENTIF UNTUK MENCEGAH
TERJADINYA PELANGGARAN HAK MEREK
A. Sosialisasi UU Merek
Undang-undang Merek telah mengatur ketentuan pidana yang bertujuan untuk membela kepentingan dan memberi perlindungan kepada pemilik merek
secara luas dan masyarakat konsumen dari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sehingga dengan demikian pasar Indonesia akan terbebas
dari barang bermutu rendah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi di sisi lain, dari kasus yang dijelaskan di muka, tampaknya tidak mudah untuk
melakukan penegakan hukum di masyarakat. Selain itu juga, sosialisasi oleh pemerintah secara terus menerus mengenai pentingnya HKI dan khususnya
penegakan hukum atas merek di masyarakat dinilai masih sangat penting. Pemakaian merek berfungsi sebagai:
81
1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya;
2. Sebagai alat promosi atau publikasi ke khalayak umum, sehingga
mempromosikanmempublikasikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya saja;
3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya;
81
Margareth Thatcher Jalmav, Op.Cit.
Juli Agung Pramono : Pertanggungjawaban Direksi Perseroan Terbatas Dalam Pelanggaran Merek, 2009 USU Repository © 2008
4. Menunjukkan asal barangjasa dihasilkan.
Sanksi terhadap pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual HKI yang marak selama ini belum menimbulkan efek jera bagi pelakunya sehingga
tingkat pelanggarannya terus meningkat, meskipun pemerintah sudah memiliki perangkat Undang-undangnya.
82
Menurut Konsultan HKI Dwi Anita Daruherdani, tingkat pelanggaran HKI terbesar terjadi pada pelanggaran hak merek dan dalam berbagai kasus
pelaku pelanggaran hanya dikenakan hukuman enam bulan sampai satu tahun atau denda hanya sekitar Rp 1.000.000,-.
Padahal Undang-Undang Merek mengijinkan hukuman sampai lima tahun penjara dan denda sebanyak Rp 1 Miliar. Tapi selama ini belum ada
hukuman sebesar itu terhadap pelanggaran HKI. Akibatnya, dalam beberapa kasus pelanggaran merek yang dilakukan suatu perusahaan yang kemudian
dilakukan tindakan hukum pidana, namun kemudian ditemukan lagi perusahaan itu masih melakukan pelanggaran yang sama, seperti yang terjadi pada
sejumlah industri kecil dan menengah yang memalsukan merek garmen terkenal.
Para hakim mungkin memberikan hukuman yang ringan kepada para pelanggar HKI tersebut karena kebanyakan mereka berasal dari industri rumah
tangga, usaha kecil dan menengah UKM.
82
Dwi Anita Daruherdani, Dikutip dari http:indonesianlaw.blogspot.com, Diakses tanggal 13 Desember 2008.
Juli Agung Pramono : Pertanggungjawaban Direksi Perseroan Terbatas Dalam Pelanggaran Merek, 2009 USU Repository © 2008
Tampaknya Hakim tidak hanya melihat dari pelanggaran saja, tapi juga aspek kemanusiaannya karena mereka melibatkan banyak tenaga kerja. Namun,
para penegak hukum juga harus agresif melakukan penyidikan, karena kebanyakan UKM tersebut hanya sub kontraktor dari pemilik modal besar yang
selama ini sulit ditemukan. Seperti mafia, mereka memberikan pesanan- pesanan kepada industri rumahan tersebut untuk membuat barang dari merek
terkenal, sementara pengusaha kecil belum sadar HKI dan hanya ingin mengambil keuntungan saja.
83
Oleh karena itu, peranan organisasi seperti Indonesian Intellectual Property Society IIPS untuk melakukan sosialisasi dan pendidikan HKI
terhadap masyarakat khususnya UKM sangat penting agar mereka tidak terjebak pada kasus pelanggaran HKI. Lebih jauh ia mengatakan sanksi
terhadap pelanggar HKI akan lebih menimbulkan efek jera jika dilakukan dengan hukum perdata, seperti yang dilakukan Microsoft terhadap penggunaan
software bajakan yang dijual pedagang komputer rakitan, karena dendanya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Namun, persoalannya di Indonesia belum ada penilai independen seperti negara lain terutama negara maju, untuk menghitung nilai kerugian akibat
pelanggaran HKI dan nilai aset-aset di bidang HKI. Selama ini penghitungannya hanya secara umum, misalnya keuntungan yang diterima
pihak pelanggar adalah kerugian pemilik HKI.
83
Ibid.
Juli Agung Pramono : Pertanggungjawaban Direksi Perseroan Terbatas Dalam Pelanggaran Merek, 2009 USU Repository © 2008
Bila penegakan hukum terhadap HKI sangat tegas dan Indonesia sudah memiliki mekanisme penghitungan HKI serta penilai independennya, maka
sertifikat HKI terutama merek bisa dijadikan jaminan utang ke bank.
84
B. Pendaftaran Merek