Sebelum tahun 1987 maka merek terkenal hanya dilindungi untuk barang-barang yang sejenis. Dan perkembangannya adalah kemudian bahwa
tidak boleh didaftarkannya merek serupa ini, juga berkenaan dengan barang- barang yang tidak sejenis.
52
C. Subjek Hukum Pelanggaran Merek
Dengan lahirnya Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi UU Drt. No. 7 Tahun 1955, di samping perorangan, badan hukum atau koperasi dapat juga
melakukan tindak pidana ekonomi dan dapat dijatuhi hukuman pidana.
53
Di dalam hukum Pidana KUHP pada prinsipnya hanya mengenal orang sebagai subyek hukum. Hal ini sesuai dengan hampir setiap kalimat yang
terdapat pada setiap pasal dalam KUHP dimulai dengan kalimat “barang siapa”. Kata “barang siapa” menunjuk kepada orang, misalnya dalam Pasal 342
KUHP yang dimulai dengan kalimat “seorang ibu”, Pasal 413 mulai dengan “panglima tentara”, Pasal 414, 415, 418 dan 419 mulai dengan “pegawai
negeri”, Pasal 420 mulai dengan “hakim yang menerima hadiah………dan seterusnya”. Seorang ibu, panglima tentara, pegawai negeri dan hakim,
menunjukkan orang. Hanya orangmanusia merupakan subyek hukum dalam
52
Sudargo Gautama, dan Rizawanto Winata, Undang-undang Merek Baru Tahun 2001, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002., hal. 61.
53
H. A. K. Moch. Anwar, Segi-Segi Hukum Masalah Penyelundupan, Bandung: Alumni, 1982, hal. 35.
Juli Agung Pramono : Pertanggungjawaban Direksi Perseroan Terbatas Dalam Pelanggaran Merek, 2009 USU Repository © 2008
KUHP yang dapat dituntut dan dihukum. Sedangkan badan hukum tidak dapat dikatakan sebagai subjek hukum dalam KUHP.
Hal ini sesuai dengan Pasal 59 KUHP yang berbunyi: Dalam hal-hal dimana pelanggaran ditentukan pidana terhadap
pengurus, anggota-anggota badan pengurus atau komisaris-komisaris, maka pengurus, anggota, anggota badan pengurus atau komisaris yang
ternyata tidak ikut campur melakukan pelanggaran tindak pidana. Sedangkan dalam Tidak Pidana Ekonomi TPE, badan hukum seperti
perseroan, perserikatan orang atau yayasan, dianggap dapat melakukan tindak pidana ekonomi; badan-badan tersebut dapat juga dipertanggungjawabkan atas
tindak pidana ekonomi yang dilakukan oleh orang-orang yang berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain bertindak dalam
lingkungan badan-badan tersebut in de sfeer van een rechtsperson.
54
Hal ini sesuai dengan Pasal 15 ayat 1 UUTPE yang menyatakan bahwa tuntutan
pidana dapat dilakukan dan hukuman pidana serta tindakan tata tertib dapat dijatuhkan, baik terhadap badan hukum dan lain-lain itu maupun terhadap
mereka yang memberi perintah melakukan delik ekonomi itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan atau kelalaian itu, maupun
keduanya. Salah satu perbedaan yang menonjol antara KUHP dengan Undang-
Undang Tindak Pidana Ekonomi ini dalam hal ini Pelanggaran Merek ialah bahwa dalam KUHP Pasal 54 dan Pasal 60 ditetapkan “percobaan pelanggaran
54
Ibid.
Juli Agung Pramono : Pertanggungjawaban Direksi Perseroan Terbatas Dalam Pelanggaran Merek, 2009 USU Repository © 2008
tidak dihukum”; sedangkan dalam Undang-Undang Drt. Nomor 7 Tahun 1955 Pasal 4 berbunyi “Jika dalam Undang-Undang Darurat ini disebut Tindak
Pidana Ekonomi pada umumnya atau Tindak Pindana khususnya, maka di dalamnya termasuk pemberian bantuan atau untuk melakukan Tindak Pidana
itu dan percobaan untuk melakukan Tindak Pidana itu, sekedar suatu ketentuan tidak menetapkan sebaliknya. Dan oleh karena dalam Rechten Pasal 4 Undang-
Undang drt. No. 7 Tahun 1955 tersebut.
55
Yang menjadi obyek dalam pelanggaran merek ialah semua “nama merek barang-barang” seperti yang termasuk dalam pengertian Pelanggaran
Merek.
D. Pengaturan Tentang Tindak Pidana Pelanggaran Merek di Dalam KUHP