Skala Usaha Return to Scale Nilai Tambah dan Efisiensi

maka: e x 1 = . ................................................................................................. 2.15 = b X X X . X X X ................................................ 2.16 = X X X X X X ....................................................................................... 2.17 = b 1 ........................................................................................................... 2.18 dimana: e x 1 = elastisitas tenaga kerja, = perubahan output Y terhadap tenaga kerja X 1 , Y = nilai riil output yang dihasilkan dalam industri ribu rupiah, X 1 = jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri orang atau jiwa, X 2 = bahan baku riil yang digunakan dalam proses produksi ribu rupiah dan X 3 = nilai riil energi terdiri dari bahan bakar, listrik dan gas ribu rupiah. Jadi, koefisien dari tenaga kerja X 1 merupakan nilai elastisitas dari tenaga kerja X 1 dengan nilai b 1 . Cara yang sama digunakan untuk menghitung nilai elastisitas dari faktor produksi yang lainnya, maka akan diperoleh hasil yang sama yaitu nilai koefisien pangkat dari bahan baku menunjukan nilai elastisitas dari bahan baku X 2 tersebut. Demikian pula dengan faktor lainnya, seperti energi X 3 .

2.1.5. Skala Usaha Return to Scale

Konsep skala usaha return to scale menjelaskan suatu keadaan dimana output meningkat sebagai respon adanya kenaikan yang proporsional dari seluruh input. Konsep ini memiliki tiga kemungkinan keadaan. Pertama, sebuah fungsi produksi dikatakan menunjukan skala hasil konstan constant returns to scale jika peningkatan seluruh input sebanyak dua kali lipat berakibat pada peningkatan output sebanyak dua kali lipat pula. Kedua, jika penggandaan seluruh input menghasilkan output yang kurang dari dua kali lipatnya, maka fungsi produksi tersebut dikatakan menunjukan skala hasil menurun decreasing returns to scale. Ketiga , jika penggandaan seluruh input menghasilkan output lebih dari dua kali lipatnya, maka fungsi produksi mengalami skala hasil meningkat increasing returns to scale Nicholson, 2002. Jika parameter peubah bebas dari fungsi produksi Cobb-Douglas dilambangkan dengan b i , skala usaha dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Decreasing returns to scale, bila b 1 + b 2 + b 3 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proprosi penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi atau setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama justru akan menurunkan produksi. 2. Contant returns to scale, bila b 1 + b 2 + b 3 1. Dalam keadaan demikian, penambahan masukan produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh atau tambahan ke atas faktor-faktor produksi tidak memberikan dampak naik atau turun terhadap produksi. 3. Increasing returns to scale, bila b 1 + b 2 + b 3 1. Artinya bahwa proporsi penambahan masukan produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar atau setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama akan memberikan tambahan kepada produksi Soekartawi, 1993.

2.1.6. Nilai Tambah dan Efisiensi

Nilai tambah adalah nilai tambah bruto yang sesuai dengan harga pasar atau nilai tambah sebelum dikurangi pajak dan dapat juga diperoleh dari selisih antara nilai output dan biaya input. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam hubungan berikut: Nilai Tambah Bruto NTB = Nilai Output – Biaya Input Nilai output merupakan penjumlahan dari nilai-nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diberikan pada pihak lain, selisih nilai stok barang setengah jadi, dan penerimaan lain dari jasa non-industri. Biaya input merupakan penjumlahan dari nilai bahan baku dan penolong yang digunakan oleh perusahaan industri besar dan sedang baik yang berasal dari luar negeri impor atau dalam negeri, nilai bahan bakar yang dipakai, tenaga listrik dan gas yang dibeli, sewa gedung, mesin dan alat-alat serta jasa non-industri. Semua perusahaan industri dalam kegiatannya untuk membuat produk akan berupaya semaksimal mungkin untuk menekan semua input. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan efisiensi kinerja perusahaan tersebut. Untuk menilai tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam proses produksi maka salah satu indikator yang bisa menggambarkan keadaan tersebut yaitu nilai efisiensi. Nilai efisiensi ini merupakan perbandingan antara biaya produksi biaya input dengan nilai outputnya BPS, 2002. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Efisiensi = Efisiensi diartikan sebagai perbandingan antara nilai hasil terhadap nilai masukan Lipsey, et. al., 1995. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya, apabila menghasilkan produk lebih tinggi nilainya untuk tingkat korbanan yang sama, atau dapat mengurangi korbanan untuk memperoleh output dalam jumlah yang sama. Seorang pengusaha telah mencapai keuntungan yang maksimum bila telah menentukan kombinasi faktor-faktor produksi secara optimal Nicholson, 1995.

2.1.7. Produktivitas