Perhitungan Viabilitas Acetobacter xylinum Pengaruh penambahan ZA

38 Penggunaan kertas koran dalam pembuatan nata de coco diduga merupakan sumber utama dari adanya Pb dalam produk nata de coco. Conti dan Botre 1997 menyatakan bahwa di dalam kertas mengandung 3 ppm Pb, jika digunakan sebagai bahan pengemas maka Pb dapat bermigrasi kedalam pangan yang dikemasnya dengan persentase 0.01. Adanya tinta dalam koran juga dapat berkontribusi Pb pada nata. Menurut Ki-Cheol et al. 2008, 10 dari 92 kemasan permen terdapat 110.3 –6394.1 ppm Pb yang bersumber dari tinta yang terdapat dibagian luar kemasan permen. Logam yang terdalam nata de coco mentah disebabkan karena adanya adanya pelarutan logam didalam medium air kelapa yang bersifat asam. Logam tersebut kemudian terperangkap didalam lapisan selulosa nata de coco pada saat fermentasi. Proses pengolahan lanjut nata menjadi nata de coco dalam kemasan ternyata mampu mengurangi kandungan logam pada nata de coco sehingga kandungan logam pada produk akhir menjadi berkurang. Proses penekanan pressing nata menyebabkan air yang terdapat didalam nata keluar dan diduga sekaligus mengeluarkan logam yang mungkin terlarut dalam air. Selain itu, selama proses pencucian dalam air mengalir dan perendaman memungkinkan logam ikut terlarut dalam air. Proses perebusan menyebabkan tekstur nata menjadi mengendur dan tektur nata yang lebih lunak.

C. Pembuatan Nata de coco di Laboratorium

1. Perhitungan Viabilitas Acetobacter xylinum

Perhitungan viabilitas Acetobacter xylinum dilakukan dengan metode hemacytometer. Hasil perhitungan dengan metode ini menunjukkan konsentrasi Acetobacter xylinum didalam medium bibit adalah sebesar 5.0x10 7 selml. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah koloni yang terdapat pada starter nata telah cukup karena menurut Saxenaa 2001 bahwa penambahan starter dengan jumlah koloni 5.5 x 10 5 telah cukup untuk menumbuhkan nata dengan tebal 0.8 cm. Contoh perhitungan dengan hemacytometer dapat dilihat pada Lampiran 5. Sebagai 39 perbandingan Vegas et al., 2010 pertumbuhan Acetobacter pasteurianus dengan menggunakan mikroskop dengan metode hemacytometer berkisar antara 10 6 – 10 7 selml.

2. Pengaruh penambahan ZA

Penambahan ZA pada medium fermentasi nata de coco di laboratorium berasal dari hasil survei penggunaan ZA oleh petani nata de coco yaitu 0.4, 0.6, 0.8, 1.0 dan 1.2. Penambahan gula untuk semua konsentrasi ZA adalah sama yaitu sebanyak 1 dan nata de coco hasil fermentasi dilakukan pengukuran kandungan logamnya. Berdasarkan Tabel 8 tidak terlihat adanya korelasi antara penggunaan ZA terhadap kandungan logam beratnya pada nata de coco mentah. Hasil pengukuran logam nata de coco yang telah diolah mengandung 0.24 ppm Cu, 0.83 ppm Zn dan kandungan Pb tidak terdeteksi 0.07 ppb. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan adanya penurunan konsentrasi logam Cu setelah memprosesan nata de coco sebanyak 44.44. Tetapi kandungan logam Zn meningkat yang disebabkan oleh kontaminasi peralatan yang digunakan. Tabel 8. Hasil pengukuran logam pada nata de coco hasil percobaan di laboratorium No. Kandungan ZA Cu ppm Zn ppm Pb ppm 1 0,4 0,36 ppm TD TD 2 0,6 0,1 ppm TD TD 3 0,8 0,11 ppm TD 0,47 ppm 4 1,0 0,36 ppm TD TD 5 1,2 0,36 ppm 2,46 ppm TD Keterangan : TD = Tidak terdeteksi Limit deteksi Cu: 0.0013 ppb; Zn: 0.01 ppb; Pb: 0.07 ppb Kandungan Pb dari hasil penelitian ini sangat rendah tidak terdeteksi diduga kontaminasi Pb tidaklah berasal dari ZA yang digunakan tapi disebabkan karena alat yang digunakan untuk proses menggunakan panci yang tidak bersolder, tidak menggunakan ember bekas cat dan tidak menggunakan kertas koran. Panci yang dibuat melalui proses 40 pengelasan dapat menjadi sumber kontaminasi dari logam Pb Deshpande, 2002. Hasil perhitungan secara matematis diperoleh data bahwa penurunan kandungan Cu yang terdapat dipasar dengan di laboratorium mencapai 95, untuk Zn mencapai 99, dan untuk Pb mencapai 99 Lampiran 6. Pembuatan nata de coco dilaboratorium ini selain digunakan untuk melihat korelasi penggunaan ZA terhadap kandungan logam beratnya, tetapi juga digunakan untuk mengetahui karakter fisik dari nata de coco yang dihasilkan. Gambar nata de coco mentah dapat dilihat pada Lampiran 7. Parameter yang digunakan adalah rendemen, ketebalan, kekerasan dengan penetrometer, dan kecerahan dengan chromameter. a Rendemen Rendemen nata diukur dengan menggunakan metode gravimetrik dan dinyatakan dalam berat per volume media cair yang digunakan AOAC, 1979. Rendemen nata diukur setelah fermentasi nata selama 7 hari. Kurotsumi et al., 2009 menyatakan bahwa penambahan sumber nitrogen dapat meningkatkan rendemen nata yang dihasilkan. Adanya penambahan ZA pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan rendemen dari nata yang dihasilkan. Hasil analisa statistik dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa perbedaan konsentrasi ZA berbeda nyata terhadap rendemen produk p 0.05. Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 8. Rendemen yang dihasilkan pada ulangan I dan ulangan II cukup berbeda hasilnya Tabel 9, hal ini disebabkan karena adanya faktor yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini yaitu suhu dan substrat alami yang terdapat pada air kelapa. Suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu ruang dimana ulangan pertama dilakukan pada waktu yang berbeda dengan ulangan kedua. Pengaruh 41 suhu ini ternyata menghasilkan rendemen yang berbeda mengingat fluktuasi suhu ruang yang cukup tinggi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum. Menurut BMG 2009 suhu untuk wilayah Bogor berkisar antara 21 º C - 31º C. Tabel 9. Hubungan antara penambahan berbagai konsentrasi ZA terhadap rendemen kandungan ZA Rendemen 1 2 rata2 0.4 61.70 62.66 62.18 0.6 71.45 53.53 62.49 0.8 65.52 59.02 62.27 1.0 43.38 61.14 52.26 1.2 45.17 54.48 49.83 Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa penambahan ZA lebih dari 1 menurunkan rendemen dari nata de coco yang dihasilkan. Hasil ini juga senada dengan yang telah diungkapkan oleh Mashudi 1993 dan Haryatni 2002. Adanya penurunan rendemen ini menurut Mashudi 1993 disebabkan karena penambahan ZA terlalu banyak akan membuat pH medium turun secara drastis karena adanya ion SO4 -2 yang bersifat asam sehingga aktifitas bakteri nata menjadi terganggu. b Ketebalan Ketebalan nata diukur dengan menggunakan jangka sorong. Ketebalan yang diperoleh mempunyai korelasi positif dengan rendemennya. Semakin tebal nata yang diperoleh maka semakin tinggi pula rendemennya. Faktor lain yang menentukan ketebalan nata adalah ketinggian medium dalam wadah yang digunakan. Menurut Masaoka 1993 hanya bakteri dari permukaan saja yang dapat mempertahankan diri dan membentuk nata di permukaan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan oksigen yang terdapat didalam wadah fermentasi. Oleh karena itu, wadah yang permukaannya luas dan dangkal akan lebih 42 cepat memperoleh ketebalan yang sama jika dibandingkan dengan wadah yang sempit dan pendek. Gambar 17 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi ZA dengan ketebalan nata de coco. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ZA tidak berbeda nyata terhadap ketebalan p 0.05. Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 9. c Kekerasan Kekerasan nata disebabkan karena adanya komponen serat yang terdapat didalam nata. Struktur miofibril dari serat yang membentuk jaringan akan memerangkap air dan menyebabkan struktur nata menjadi seperti agar. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ZA tidak berbeda nyata terhadap kekerasan produk p 0.05. Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 10. Menurut Wijaningsih 1999, Budhiyono et al., 1999 dan Son et al., 2003 menyatakan penambahan ZA tidak berpengaruh terhadap kekerasan nata diduga karena sifat dari ZA bukan merupakan 0.93 0.96 0.89 0.75 0.75 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 K e te b al an c m Konsentrasi ZA Gambar 16. Grafik hubungan konsentrasi ZA dengan ketebalan nata 43 sumber pokok bagi pertumbuhan bakteri nata melainkan hanya sebagai bahan pelengkap saja. Gambar 18 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi ZA dengan ketebalan nata de coco. d Warna Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat chomameter. Parameter yang diukur dalam alat ini adalah L, a, dan b. Hasil pengukuran warna dapat terlihat pada Tabel 10. Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan warna pada nata de coco. Tabel 10. Hasil pengukuran warna dengan chromameter Kandungan ZA Parameter Warna L A b 0.4 69.82 -1.75 2.44 0.6 68.83 -1.84 2.03 0.8 69.27 -2.02 1.49 1.0 68.62 -1.76 2.15 1.2 70.25 -2.17 2.22 Analisis sidik ragam menunjukkan belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa penambahan ZA berpengaruh nyata terhadap 1.45 1.548 1.402 1.186 1.328 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 ke ke rasan m m s Konsentrasi ZA Gambar 17. Grafik hubungan konsentrasi ZA dengan kekerasan nata 44 karakteristik warna yang dihasilkan p 0.05. Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan pengukuran warna dengan chromameter tersebut dapat terlihat bahwa karakteristik warna yang dihasilkan oleh nata de coco yang dihasilkan adalah berwarna cerah, dan terdapat sedikit campuran berwarna hijau dan kuning. e Kadar air Selulosa yang dihasilkan oleh Acetobacter xylinum mempunyai kapasitas penyerapan air yang tinggi Keshk dan Someshima, 2006. Air yang terdapat dalam nata de coco berasal dari mediumnya. Pada saat pembentukkan agregat selulosa oleh Acetobacter xylinum air dalam medium terperangkap didalam lapisan nata sehingga membentuk seperti gel Kurosumi et al., 2009. Kandungan air nata yang diperoleh berkisar antara 93.02 hingga 94.95. Gambar 19 menunjukkan grafik hubungan antara konsentrasi penambahan ZA dengam kandungan air nata. Hasil analisis statistik dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa penambahan ZA tidak perpengaruh nyata terhadap kadar air nata de coco. Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 12. Gambar 18. Grafik hubungan konsentrasi ZA dengan kandungan air nata 93.51 93.38 93.02 94.95 93.34 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 K ad ar A ir konsentrasi ZA 45 Hasil analisis statistik dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa penambahan ZA tidak perpengaruh nyata terhadap rendemen nata, ketebalan nata, dan karakteristik fisik nata de coco p 0.05. Berdasarkan hasil tersebut, penambahan ZA pada penelitian selanjutnya adalah sebesar 0.4.

3. Optimasi penambahan gula pada pembuatan nata de coco