harus membuktikan komitmennya terhadap keselamatan. Selain itu setiap orang turut memperhatikan keselamatan satu sama lain. Keselamatan pegawai, pemakai
supplier, customer dan lingkungan sekitar. Satu kesatuan yang mendukung kelangsungan bisnis penerbangan.
Dalam Peraturan Direktorat Jendral Perhubungan Udara Departemen Perhubungan tahun 2009 tentang petunjuk dan tata cara pelaksanaan sistem
manajemen keselamatan safety management system pada penerbangan,, seluruh manajer, dan supervisor diwajibkan melaksanaan hazard report di SBU
ACS PT Dirgantara Indonesia Persero. Sementara karyawan wajib melaksanakan voluntary report.
Untuk menjadi seorang manajer minimal harus memiliki pengalaman kerja di PT. Dirgantara Indonesia selama 10 tahun, selain itu juga harus memiliki
gelar pendidikan Strata 2 S2. Untuk manajer baru akan diberikan pelatihan initial mengenai safety management system. Sementara untuk manajer lama akan
di berikan pelatihan requerent secara berkala mengenai safety management system. Sementara untuk supervisor harus memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun di PT. Dirgantara Indonesia dan minimal memiliki gelar pendidikan Strata 1 S1.
Manajer dan supervisor yang berjumlah 25 orang dan pekerja sejumlah 446 orang belum sebanding dengan hasil pelaporan yang seharusnya. Hal ini
dikarenakan beban kerja yang sangat banyak, dan anggapan tidak memiliki keuntungan melaporkan hazard dan sehingga personil kurang aktif untuk
melakukan pelaporan hazard report dan voluntary report. Kurangnya perintah untuk melakukan pelaporan hazard dan voluntary
hazard report menjadi kendala lain, padahal dalam peraturan safety management system, manajemen harus bertanggung jawab dalam keselamatan. Selain itu
dalam Safety Management Manual SMM manajer dan supervisor bertugas menindaklanjuti bahaya yang dilaporkan.
Kendala lain yang terdapat adalah karyawan kurang memahami teknis pengisisan form, sehingga membuat karyawan menjadi malas dalam melaporkan
hazard. Padahal dalam safety management system, setiap orang harus memperhatikan keselamatan satu sama lain. Selain itu masih terdapat mindset
karyawan yang menganggap bahwa pelaporan akan diberikan sanksi oleh yang bersangkutan.
b. Pendanaan Money
Dalam kegiatan hazard reporting system, dana yang digunakan berasal dari anggaran unit kerja yang diberikan kepada Dep. Safety and Airworthiness.
Namun dalam pelaksanaan mitigasi, dana yang digunakan berasal dari anggaran divisi yang bersangkutan.
Berdasarkan undang-undang Safety Management System, kebijakan keselamatan harus sejalan dengan kebijakan keselamatan penerbangan Republik
Indonesia yang tercantum dalam State Safety Program SSP, termasuk komitmen untuk menyediakan SDM dan budgetting yang memadai, dan cara
untuk mencapai sasaran keselamatan termasuk acuan pelaksanaan non punitive reporting system, hazard and risk management, pendidikan dan atau pelatihan
serta caraalat komunikasi informasi keselamatan dalam pelaksanaan kegiatan hazard report di SBU ACS PT Dirgantara Indonesia Persero, dana yang
digunakan sudah cukup memadai. Namun dalam pelaksanaan mitigasi risiko masih mengalami keterbatasan anggaran. Hal ini mungkin belum terlalu
berpengaruh karena tidak semua hazard report selalu di mitigasi dengan anggaran, namun dalam jangka panjang hal ini bisa menjadi sangat pengaruh
mengingat sifat hazard yang terus berkembang.
c. Bahan Baku Material
Dalam pelaksanaannya, hazard reporting system menggunakan form-form yang diletakkan didalam toolbox. Toolbox tersebut tersebar di 5 wilayah kerja
SBU Aircraft Services PT. Dirgantara Indonesia. Selain itu form- form tersebut dapat diminta kepada masing-masing supervisor, karena setiap supervisor
memiliki softcopy form yang sudah dikirim melalui email oleh Dept. safety and airworthiness. Dalam hal ini tidak ada kendala dalam melaporkan hazard.
Nantinya dokumen ini disatukan kedalam file dokumen hazard report. sebagai arsip. Kemudian data-data hazard report di input dengan software
Microssoft Office Excel 2013 kedalam komputer Dep. safety and airworthiness SBU Aircraft Services. Selain itu tiap divisi memiliki bank data mengenai
hazard report. Belum adanya software khusus hazard reporting system membuat pelaporan lebih memakan waktu.
Instruksi atau form yang berhubungan dengan laporan hazard:
Tabel 3.4 Form Pelaporan Hazard
No Judul
Definisi AS-SM-F301-01
Lampiran 1 Pelaporan Hazard
Hazard Report Form pelaporan dari kondisi yang
dapat menyebabkan kecelakaan jika tidak di tindak lanjuti, digunakan untuk
mencegah risiko kecelakaan. AS-SM-F301-03
Lampiran 2 Laporan
bahaya sukarela
Voluntary Hazard
Form pelaporan dari kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan jika
tidak di tindak lanjuti, digunakan untuk mencegah risiko kecelakaan.
AS-SM-F304-01 Lampiran 3
Identifikasi bahaya
dan penilaian
risiko HIRA
Form pelaporan dari kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan jika
tidak di tindak lanjuti, digunakan untuk menilai tingkat risiko kecelakaan.
Digunakan sebagai form identifikasi bahaya dan penilaian risiko
d. Metode Method
Metode yang digunakan dalam kegiatan hazard report yaitu prosedur Safety Management Manual SMM SBU ACS PT. Dirgantara Indonesia. Prosedur
safety management manual ini mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 dan Peraturan Direktorat
Jendral Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Tahun 2009 tentang petunjuk dan tata cara pelaksanaan sistem manajemen keselamatan safety
management system Form hazard report dan voluntary report diletakan dalam toolbox yang
tersedia untuk diisi oleh personi SBU ACS. Selain itu form bisa dicetak dari