Model Penentuan Proses Pengolahan Biodiesel

43 Informasi yang terdapat dalam basis data statis QBioDSS adalah definisi umum mengenai biodiesel, jenis-jenis bahan baku yang dapat dijadikan biodiesel, jenis-jenis proses pengolahan biodiesel, standar mutu biodiesel di Indonesia, negara lain, standar minyak diesel, standar minyak solar, peralatan produksi, dan prosedur pengujian mutu biodiesel. untuk menu yang menampilkan informasi ini disajikan dalam bentuk data HTML. Dengan format data HTML tersebut, pengguna hanya dapat mengakses namun tidak dapat melakukan input data sebab perubahan update data hanya dapat dilakukan oleh administrator atau dalam hal ini administrator saja yang dapat melakukan proses editing terhadap sistem dan data statis tersebut. Sistem manjemen basis data statis bertujuan untuk memberikan informasi guna mendukung paket program QBioDSS. Sistem manajemen basis data dinamis dalam paket program ini terdapat pada model penunjang keputusan. Penanganan data ini di bantu dengan menggunakan MySQL sebagai penempatan basis data.

5.2 STRUKTUR ANTAR MUKA PENGGUNA

Tampilan antar muka untuk pengguna dapat diakses oleh pengguna atau yang biasa disebut frontend user. Struktur antar muka ini terdiri dari sistem penunjang keputusan dan sistem informasi. Pengguna dapat memperoleh data dengan memasukkan data kedalam model-model yang tersedia dalam menu sistem penunjang keputusan, sedangkan untuk menu sistem informasi pengguna hanya bisa memperoleh informasi tetapi tidak dapat merubah ataupun memasukkan data.

5.2.1 Model Penentuan Proses Pengolahan Biodiesel

Model penentuan proses pengolahan biodiesel ini digunakan untuk menentukan proses pengolahan yang paling tepat sesuai dengan karakteristik bahan baku yang dimiliki oleh user. Pada model ini pengguna harus memasukkan nilai-nilai karateristik bahan baku sesuai dengan yang dimiliki oleh pengguna pada kolom-kolom yang disediakan. Teknik yang digunakan dalam model ini adalah decision tree dan rule base. Decision tree digunakan untuk menentukan proses terpilih. Terdapat enam kriteria yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan proses yaitu : • Kadar Air dan Sedimen Air dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan dapat menyebabkan sumbatan filter dan aliran bahan bakar pada mesin. Air berasosiasi dengan reaksi hidrolisis ester asam lemak membentuk asam lemak bebas dan dapat menyebabkan penyumbatan pada filter dan korosi logam kromium dan seng pada injektor. Air mempersulit proses pencampuran biodiesel dengan diesel Elviyanti 2007. Dalam pengolahan biodiesel diharapkan kadar air maksimum untuk bahan baku adalah 0.05 dari volume. • Asam Lemak Bebas Free Fatty Acid Asam lemak bebas merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan proses. Asam lemak bebas ini menentukan apakah proses pengolahan dilakukan satu tahap atau dua tahap. Minyak akan mengalami proses satu tahap transesterifikasi jika kandungan asam lemak bebasnya kurang dari atau sama dengan 2.5, jika kandungan asam lemak bebasnya lebih dari 2.5 maka minyak harus diproses secara dua tahap yaitu minyak harus mengalami proses esterifikasi terlebih dahulu untuk menurunkan bilangan asamnya baru kemudian minyak diproses secara transesterifikasi. 44 • Viskositas Kinematik Viskositas kinematik berpengaruh terhadap atomisasi bahan bakar, kesempurnaan pembakaran, injeksi bahan bakar, dan umum digunakan sebagai indikator kualitas biodiesel selama penyimpanan. Viskositas yang tinggi menyebabkan buruknya proses atomisasi bahan bakar dan pembakaran yang tidak sempurna yang mengakibatkan pembentukan kerak pada ujung injektor. Hal ini menyebabkan mesin dapat kehilangan tenaga. Nilai viskositas kinematik dipengaruhi oleh panjang rantai asam lemak dan alkohol, jumlah ikatan rangkap, dan kandungan kontaminan. Kontaminan seperti gliserol total, bebas dapat meningkatkan nilai viskositas Elviyanti 2007. Nilai viskositas pada minyak agar dapat diolah menjadi biodiesel adalah 60 cSt. Biasanya proses transesterifikasi maupun esterifikasi dapat menurunkan nilai viskositas sepersepuluh dari nilai awal. • Bilangan Iod Angka iodium merupakan ukuran jumlah ikatan ganda ketidakjenuhan dalam produk biodiesel, yang dinyatakan sebagai gram iodin yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 100 gram sampel biodiesel. Angka Iodium yang tinggi berhubungan dengan tingkat polimerisasi bahan bakar yang akan menyebabkan penyumbatan injektor, juga berhubungan dengan buruknya stabilitas penyimpanan biodiesel. Angka iodium dipengaruhi oleh komponen asam lemak bahan baku biodiesel Elviyanti 2007. batas maksimum nilai bilangan iod dari minyak yang dapat diolah menjadi biodiesel adalah 115. Jika nilai lebih dari 115 maka bahan baku tersebut tidak dapat diolah karena baik proses transesterifikasi maupun proses esterifikasi tidak dapat menurunkan nilai bilangan iod tersebut. • Densitas massa jenis Densitas metil ester asam lemak bergantung pada komposisi asam lemak dan kemurniannya. Densitas akan meningkat dengan menurunnya panjang rantai dan meningkatnya jumlah ikatan rangkap, hal ini menyatakan nilai yang tinggi untuk bahan bakar yang kaya akan senyawa tak jenuh. Sebaliknya densitas dapat dikurangi oleh keberadaan kontaminan berdensitas rendah seperti metanol. Nilai densitas akan mempengaruhi nilai pembakaran heating value dan konsumsi bahan bakar Elviyanti 2007. Dalam model ini nilai maksimum untuk densitas massa jenis adalah 0.95 kgm 3 . • Kadar Fosfor Kandungan fosfor pada biodiesel biasanya berasal dari fosfolipid dalam bahan baku atau dari penambahan asam fosfat dalam proses produksi. Kandungan fosfor yang tinggi pada bahan bakar dapat menyebabkan peningkatan emisi. Fosfor dapat merusak catalytic converter yang digunakan dalam kontrol emisi yang umum digunakan pada kendaraan diesel Elviyanti 2007. Batas kandungan fosfor dalam minyak nabati yang akan diolah menjadi biodiesel adalah 10 ppm. Jika nilai kadar fosfor lebih dari 10 ppm maka harus dilakukan proses degumming terlebih dahulu untuk menurunkan kadar fosfornya. Dari ke enam kriteria tersebut maka akan dibuat aturan sehingga akan menghasilkan tujuan goal sesuai dengan nilai karakteristik bahan baku yang dimasukkan oleh pengguna. Aturan yang di dapat berdasarkan decision tree dengan mengurutkan dari atribut yang paling berpengaruh. Decision tree untuk penentuan proses ini dapat dilihat pada Gambar 9. Pada model ini juga ketika pengguna memilih bahan baku maka akan muncul nilai baku untuk setiap 45 parameter. Hasil keluaran atau output penentuan proses pengolahan biodiesel dengan metode decision tree dan rule base ini menghasilkan proses pengolahan untuk biodiesel sesuai dengan karakteristik bahan baku yang dimiliki oleh pengguna. Dalam tampilan halaman hasil tersebut yang ditampilkan adalah jenis proses pengolahan, diagram alir, dan keterangan dari diagram alir tersebut. Halaman untuk memasukkan nilai pada model penentuan proses ini dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21. Tampilan halaman model penentuan jenis proses dan perhitungan kebutuhan bahan tambahan Gambar 22. Tampilan halaman hasil sub menu penentuan jenis proses Model perhitungan kebutuhan bahan tambahan 46

5.2.2 Model Perhitungan Kebutuhan Bahan Tambahan Dalam Proses Pengolahan