Kadar selulosa dan hemiselulosa. Kadar Lemak AOAC, 1995 Kadar Protein AOAC, 1995

65

f. Total gula pereduksi metode DNS Miller, 1959

Prinsip metode ini adalah dalam suasana alkali gulla pereduksi akan mereduksi asam 3,5 – dinitrolisilat DNS membentuk senyawa yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm.  Penyiapan Pereaksi DNS Pereaksi DNS dibuat dengan melarutkan 10,6 g asam 3,5 dinitrolisilat dan 19,8 NaOH ke dalam 1416 ml air. Setelah itu ditambahkan 306 g Na-K Tatrat, 7,6 g fenol yang dicairkan pada suhu 50 o C dan 8,3 g Na-Metabisulfit. Larutan ini diaduk rata, kemudian 3 ml larutan ini dititrasi dengan HCl 0,1 N dengan indikator fenolftalein. Banyaknya titran berkisar 5 – 6 ml. Jika kurang dari itu harus ditambahkan 2 g NaOH untuk setiap ml kekurangan HCl 0,1 N.  Penentuan Kurva Standar Kurva standar dibuat dengan mengukur mengetahui nilai gula pereduksi pada glukosa pada selang 0,2 – 0,5 mgl. Kemudian nilai gula pereduksi dicari dengan metode DNS. Hasil yang didapatkan diplotkan dalam grafik secaara linear.  Penetapan Total Gula Pereduksi Pengujian gula pereduksi menggunakan kurva standar DNS adalah sebagai berikut : 1 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 ml pereaksi DNS. Larutan tersebut ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Biarkan sampai dingin pada suhu ruang. Ukur absorbansi pada panjang gelombang 550 nm.

g. Kadar selulosa dan hemiselulosa.

Sebanyak sampel a g dan b g masing-masing dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran 500 ml. Sampel a g ditambahkan dengan 50 ml larutan NDS dan sampel b g ditambahkan dengan 50 ml larutan ADS lalu dipanaskan selama 1 jam di atas penanggas listrik. Selanjutnya masing-masing sampel tersebut dicuci menggunakan aseton dan air panas serta disaring menggunakan pompa vakum dan gelas G-3 c g dan d g. Sampel dalam gelas G-3 dikeringkan menggunakan oven, didinginkan dengan eksikator dan ditimbang sebagai e g dan f g. Kadar hemiselulosa = kadar NDF – kadar ADF 100 a c e NDF Kadar    100 b d f ADF Kadar    66 Residu ADF f g yang berada pada gelas G-3 diletakkan di atas nampan yang berisi air setinggi 1 cm kemudian ditambahkan H 2 SO 4 72 setinggi ¾ bagian gelas G-3 dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk-aduk. Selanjutnya sampel tersebut dicuci menggunakan aseton dan air panas serta disaring menggunakan pompa vakum dan gelas G-3. Sampel dalam gelas G-3 dikeringkan dengan menggunakan oven, didinginkan dengan eksikator dan ditimbang sebagai h g.

h. Kadar Lemak AOAC, 1995

Sebanyak 2 gram contoh bebas air diekstraksi dengan pelarut organic heksan dalam alat soxlet selama 6 jam. Contoh hasil ekstraksi diuapkan pada suhu 105 o C. contoh didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.

i. Kadar Protein AOAC, 1995

Sebanyak 0,1 gram contoh dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan 2,5 ml H 2 SO 4 pekat, 1 gram katalis dengan beberapa butir batu didih. Larutan hasil destruksi dipindahkan kea lat destilasi dan ditambahkan 15 ml Na OH 50 . Labu erlenmeyer yang berisi 25 ml HCl 0,02 N dan 2-4 tetes inikatro mengsel campuran metal merah 0,02 dalam alcohol dan metil biru 0,02 dalam alcohol 2:1 diletakkan di bawah kondesnsor. Destilasi dilakukan sampai volume larutan dalam Erlenmeyer mencapai 2 kali volume awal. Ujung kondensor dibilas dengan aquades ditam[ung dalam Erlenmeyer. Larutan yang berada dalam Erlenmeyer dititrasi NaOH 0,2 N hingga diperoleh perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Setalah itu dilakukan penetapan blanko. Kadar protein = W 100 . 25 , 6 . 014 , . N . b a  Keterangan: a = ml NaOH untuk titrasi blanko b = ml NaOH untuk titrasi contoh N = Normalitas NaOH W = bobot contoh g 100 b f h selulosa Kadar    100 g contoh Bobot g Lemak Bobot Lemak Kadar   67

j. Prosedur analisa aktivitas FP-Ase