Saran Kadar Air AOAC, 1984 Kadar Abu AOAC, 1984 Kadar Serat Kasar AOAC, 1984 Kadar pati

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Alternatif terbaik teknologi bioproses pembuatan bioetanol dari ubi kayu dihasilkan dari proses fermentasi secara bertahap melalui proses likuifikasi dengan α-amilase, sakarifikasi dengan AMG dan selulase kasar, serta fermentasi menggunakan S. cerevisiae. Dengan proses ini mampu meningkatkan konsentrasi etanol dari 5,36 ± 0,63 bv menjadi 9,29 ± 1,76 bv atau meningkat 73,45 terhadap kontrol. Rendemen yang dihasilkan 34,77 vb atau untuk menghasilkan 1 liter etanol dibutuhkan sekitar 2,88 kg tepung ubi kayu, sedangkan efisiensi fermentasi dan pemanfaatan substrat masing-masing 51,03 dan 94,52 . Penggunaan kultur campuran T. viride, A. niger dan S. cerevisiae pada proses proses fermentasi substrat hidrolisat enzim secara SFS selama 4 hari dapat meningkatkan konsentrasi etanol etanol dari 5,36 ± 0,63 bv menjadi 7,41 ± 1,79 bv atau meningkat 38,29 dibandingkan dengan menggunakan kultur tunggal S. cerevisiae, sedangkan penggunaan kultur campuran yang ditambahkan secara bertahap pada proses fermentasi hanya mampu meningkatkan konsentrasi etanol dari 5,36 ± 0,63 bv menjadi 6,38 ± 0,8 3 bv atau meningkat 19,06 terhadap penggunaan kultur tunggal S. cerevisiae. Penggunaan kultur campuran T. viride dan S. cerevisiae pada proses fermentasi substrat hidrolisat asam baik yang dilakukan secara bertahap maupun secara sakarifikasi fermentasi simultan belum mampu meningkatkan konsentrasi etanol jika dibandingkan dengan kontrol. Adanya penambahan AMG komersial pada tahap sakarifikasi dapat meningkatkan konsentrasi etanol dari 5,36 ± 0,63 bv menjadi 8,92 ± 0,73 bv atau meningkat 64,42 terhadap kontrol.

5.2 Saran

Pada proses fermentasi menggunakan kultur campuran untuk substrat hidrolisat asam perlu dikaji waktu fermentasi yang lebih lama untuk memaksimalkan hidrolisis fraksi serat menjadi glukosa. Daftar Pustaka Tidak ada LAMPIRAN 63 Lampiran 1. Prosedur Analisa

a. Kadar Air AOAC, 1984

Contoh sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu 100 – 105 o C sampai bobot konstan. Setelah itu didinginkan di dalam deksikator dan ditimbang.

b. Kadar Abu AOAC, 1984

Contoh sebanyak 3 – 5 g dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya, kemudian diabukan dalam furnace pada suhu 600 o C selama kurang lebih 4 jam atau sampai diperoleh abu berwarna putih. Setelah itu cawan didinginkan dalam deksikator sampai suhu ruang dan ditimbang.

c. Kadar Serat Kasar AOAC, 1984

Contoh sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml kemudian ditambahkan 100 ml H 2 SO 4 0,325 N dan dididihkan selama kurang lebih 30 menit. Ditambahkan lagi 50 ml NaOH 1,25 N dan dididihkan selama 30 menit. Dalam keadaan panas disaring dengan kertas Whatman No.40 setelah diketahui bobot keringnya. Kertas saring yang digunakan dicuci berturut-turut dengan air panas, 25 ml H 2 SO 4 dan etanol 95. Kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu 100 – 110 o C sampai bobotnya konstan. Kertas saring didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

d. Kadar pati

Analisa kadar pati berdasarkan metode Luff Schrool AOAC, 1971. Glukosa hasil hidrolisa pati akan mereduksi larutan Luff, CuO dalam Luff direduksi menjadi Cu 2 O yang berwarna merah bata. Kelebihan atau sisa CuO dititrasi secara Iodometri. Larutan Luff Schrool dibuat dengan cara melarutkan CuSO 4 .5H 2 O sebanyak 25 g ke dalam 50 ml air suling, 50 g asam sitrat dilarutkan dalam 50 ml air suling dan 388 g Na 2 CO 3 .10H 2 O dilarutkan ke dalam 400 ml air suling. Larutan asam sitrat ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan soda, kemudian campuran ditambahkan 100 g contoh bobot g ing ker endapan bobot kasar serat Kadar   100   contoh bobot g abu bobot abu Kadar 100    contoh bobot akhir bobot awal bobot air Kadar 64 larutan terusi dan diencerkan hingga 100 ml pada labu ukur, kemudian ke dalam erlenmeyer 500 ml dimasukkan 2 gram sampel kering dan ditambahkan 200 ml HCl 3 serta batu didih. Erlenmeyer dipasang pada pendingin tegak dan dihidrolisa selama 3 jam. Larutan kemudian didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH dan indikator fenolftalin. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, ditambahkan dengan air suling hingga tanda tera, kemudian disaring. Larutan sebanyak 10 ml dipipet ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan larutan Luff 25 ml serta 15 ml air suling. Blanko dibuat tanpa larutan contoh yang dianalisa. Erlenmeyer dipasang pada pendingin balik, dididihkan selama 10 menit dan segera didinginkan pada air yang mengalir. Kemudian ditambahkan larutan KI 30 dan 25 ml H 2 SO 4 25 . Setelah reaksi habis segera dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sampai larutan berwarna muda. Dimana : 0,90 = faktor pembanding berat molekul satu unit gula dalam molekul pati G = glukosa setara dengan ml Na 2 S 2 O 3 yang dipergunakan untuk titrasi mg setelah gula diperhitungkan P = pengenceran g = bobot sampel mg

e. Total gula metode Phenol H