dengan fluoresensi di bawah sinar UV, kemudian menggunakan tiga penyemprot: pereaksi Dragendorf, iodoplatinat, dan Marquis. Cara memastikan adanya alkaloida khas
yaitu dengan mengukur spektrum UV suatu cuplikan yang dilarutkan dalam H
2
SO
4
0,1M. Harga maksimum khas berkisar dari 250 sampai 303 nm. Alkaloida yang bercincin
aromatik pada strukturnya dapat juga menyerap sinar bergelombang lebih panjang, misalnya kolkhisina λ
maks
243 dan 351 nm, berberina λ
maks
265 dan 243 nm. Uji ini tidak dapat diterapkan jika dalam ekstrak yang diperiksa terdapat lebih dari satu alkaloida
utama.
c Identifikasi selanjutnya
Bila semua jenis alkaloida dalam tumbuhan telah ditentukan, maka selanjutnya dapat diisolasi basanya yang agak banyak. Secara klasik alkaloida dipisahkan dari kandungan
tumbuhan lainnya sebagai garamnya dan sering diisolasi sebagai kristal hidroklorida atau pikrat. Alkaloida dapat dipisahkan dan diisolasi dengan beberapa gabungan, yaitu: KKt,
KLT, kolom, atau KGC.
d Penentuan kuantitatif
Ada cara khas yang digunakan oleh Hultin dan Torssell 1965 untuk menjaring 200 suku tumbuhan Swedia, yaitu dengan melakukan ekstraksi pendahuluan 4 g jaringan kering
setiap cuplikan dengan metanol. Larutan air dari bagian yang larut asam dari fraksi metanol dibasakan dengan NH
4
OH
p
, kemudian diekstraksi dengan kloroform-etanol.
Lalu diuji dengan memakai enam perekasi sehingga memberikan reaksi positif.
2.2.4. Isolasi Alkaloida
Ada beberapa metode yang digunakan dalam mengisolasi senyawa alkaloida, yaitu: a Metode isoalsi senyawa alkaloida menurut Harborne
- Ekstraksi jaringan secara maserasi dengan asam asetat 5 15 bagian, lalu disaring ekstrak tersebut untuk memisahkan serpihan. Dipanaskan sampai 70
o
C dan ditambahkan ammonia pekat tetes demi tetes sampai pH=10.
- Diekstraski ekstrak, lalu lapisan beningnya dibuang. Endapan diekstraksi dengan NH
4
OH 1. - Dikumpulkan, dikeringkan, dan ditimbang solanina kasar yang diperoleh. Lalu
dimurnikan dengan melarutkannya dalam air mendidih, disaring, dan dipekatkan sampai alkaloida mulai mengkristal Harborne, 1987.
b Metode isolasi senyawa alkaloida menurut Hess Sampel tumbuh-tumbuhan dikeringkan dan dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan eter
selama tiga hari dalam alat soklet, lalu diendapkan dan dilarutkan dengan ammonia. Endapan yang diperoleh diekstraksi lagi dengan pelarut organik lain, misalnya kloroform,
lalu dipisahkan melalui kromatografi kolom dengan adsorben silika gel dan benzen- kloroform sebagai pengelusi.
c Metode isolasi senyawa alkaloida menurut BT.Cromwell - sampel tumbuh-tumbuhan dikeringkan dan dihaluskan, lalu diekstraksi dengan HCl
0,2M dalam etanol, lalu didiamkan selama ± 10 jam pada suhu 60
o
C, kemudian disaring dalam keadaan panas, dan residu yang dihasilkan dicuci kembali dengan pelarut yang
sama sampai menunjukkan hasil yang negatif terhadap pereaksi alkaloida. - ekstrak yang diperoleh didinginkan dan didiamkan selama ± 12 jam, lalu disaring filtrat
yang diperoleh, kemudian ditambahkan NH
4
OH
p
sampai pH=10, lalu didinginkan selama 24 jam pada suhu kamar.
- endapan yang dihasilkan dipisahkan, dan dilarutkan dalam kloroform, lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dan residu yang diperoleh dipisahkan, lalu dilakukan
kromatografi untuk memperoleh senyawa alkaloida.
2.2.5. Klasifikasi Alkaloida
Menurut Hegnauer, alkaloida dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu a alkaloida sesungguhnya, b protoalkaloida, dan c pseudoalkaloida.
a Alkaloida Sesungguhnya
Alkaloida sesungguhnya merupakan alkaloida yang bersifat racun. Senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat
basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Kolkhisin dan
aristolokhat bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
b Protoalkaloida Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dalam mana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.
c Pseudoalkaloida Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloida stereoidal contohnya konessin dan purin Sastrohamidjojo, 1996.
Dalam bukunya, Matsjeh 2002 mengklasifikasikan alkaloida berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur alkaloida. Klasifikasinya dibagi menjadi 5 golongan
yaitu: 1.
Alkaloida Heterosiklis Alkaloida heterosiklis merupakan alkaloida dengan atom nitrogennya terdapat dalam
cincin heterosiklis. Alkaloida heterosiklis dibagi menjadi: - Alkaloida pirolidin
- Alkaloida indol - Alkaloida piperidin
- Alkaloida piridin - Alkaloida tropan dan basa yang berhubungan
- Alkaloida histamin, imidazol dan guanidina - Alkaloida isokuinolin
- Alkaloida kuinolin
- Alkaloida akridin - Alkaloida kuinazolin
- Alkaloida izidin
2. Alkaloida dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis
Alkaloida dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
- Eritrofleum
- Fenilalkilamina
- Kapsaisin
- Alkaloida dari jenis kolkina
3. Alkaloida putressina, spermidina, dan spermina
4. Alkaloida peptida
5. Alkaloida terpena dan steroida
2.2.6. Biosintesis Alkaloida