Analisis pelaksanaan sosialisasi Peraturan Daerah DKI Jakarta pada program acara reality show "SIDAK" di TV ONE

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PERATURAN

DAERAH DKI JAKARTA PADA PROGRAM ACARA

REALITY SHOW ”SIDAK”

DI TV ONE

Oleh

INDAH SETYANI

H24076057

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

INDAH SETYANI. H24076057. Analisis Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan Daerah DKI Jakarta Pada Program Reality Show “Sidak” di TV One. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBES.

Keterkaitan “penayangan reality show” sebagai salah satu program acara di televisi tidak terlepas dari strategi pemasaran perusahaan dalam rangka peningkatan pendapatannya, karena mempunyai dampak nyata ditinjau secara akademik dari manajemen pemasaran. Sementara itu, keberadaan Peraturan Daerah (Perda) pada prinsipnya merupakan suatu produk hukum yang membutuhkan strategi pemasaran sesuai dengan karakteristik dari masyarakat, dimana Perda itu akan diberlakukan, yaitu masyarakat di wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan khususnya aspek lingkungan dari Perda yang bersangkutan. Dengan demikian sosialisasi Perda sebagai produk hukum dari pemerintah daerah merupakan kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pemasaran, dimana aspek lingkungan merupakan salah faktor penting dari konsepsi pemasaran yang dimaksud.

Tujuan dari penelitian adalah mengkaji penerapan pemasaran penayangan

RealityShow ” Sidak (Inspeksi Mendadak)” di TV One dari perspektif pemasaran dan menganalisis dampak penayangan Reality Show “Sidak” di TV One terkait dengan Sosialisasi Perda tentang Aspek Lingkungan di Bidang Pemerintahan DKI Jakarta. Metode penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, dimana data dikumpulkan dari sumber data, seperti studi kepustakaan, pengamatan dan penelitian lapangan (data primer) yang diperoleh dari hasil wawancara kepada 10 narasumber yang berasal dari pihak TV One (manajer pemasaran dan produksi), produser dan sutradara Production House (PH), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, pengamat dan pemerhati pertelevisian.

Implikasi nyata dari penayangan reality show " Sidak " di TV One bagi sosialisasi Perda adalah menunjukkan unsur mana yang belum teratur, sehingga pemirsa dapat mengetahui sisi mana yang belum benar dan yang telah tertata dalam kehidupan masyarakat. Hal lainnya sebagai pesan moral bernilai sosial dan memiliki kekuatan mendidik masyarakat banyak, di samping menghibur. Program acara “Sidak” perlu meningkatkan unsur edukatif, sehingga masyarakat lebih ikut berpartisasi dalam mensukseskan Perda yang berlaku, dengan cara melakukan tayangan secara kontinu dan bervariasi. Untuk itu diperlukan tambahan sponsor untuk promosi, sehingga acara ini semakin dikenal luas masyarakat dan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan khusus.


(3)

ANALISIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PERATURAN

DAERAH DKI JAKARTA PADA PROGRAM ACARA

REALITY SHOW

“SIDAK” DI TV ONE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

INDAH SETYANI

H24076057

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan Daerah DKI Jakarta Pada Program Reality Show “Sidak” di TVOne. Nama : Indah Setyani

NIM : H24076057

Menyetujui Dosen Pembimbing,

( Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA ) NIP. 195506261980031002

Mengetahui Ketua Departemen,

( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc ) NIP. 196101231986011002


(5)

iv

Tiada kata yang paling indah kecuali mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan Daerah DKI Jakarta Pada Program Reality Show Sidak di TV One. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari “tidak ada gading yang tak retak”, mohon bila ada kritik atau saran yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan senang hati penulis menerimanya dengan lapang dada. Akhir kata semoga Allah SWT memberikan hidayah dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya agar dapat mengambil manfaat dari skripsi ini.

Bogor, Maret 2011


(6)

v

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. yang secara tulus ikhlas dalam memberikan sumbangan berupa pikiran, bimbingan dan dorongan serta nasehat kepada penulis. Pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah penulis dengan kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, semangat dan wawasan yang sangat luas selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Mimin Aminah, MM dan Ratih M. Dewi, SP, MM sebagai penguji sidang skripsi.

3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/karyawati Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

4. Seluruh pihak karyawan TV One dan kru program reality show Sidak yang telah banyak membantu memberikan informasi kepada penulis dengan kesediaannya dalam memberikan waktu demi kelancaran penelitian. 5. Seluruh anggota DPRD DKI Jakarta yang sudah sangat terbuka dan berbaik

hati menerima penulis untuk melakukan penelitian

6. Kedua orang tua dan adikku yang telah memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman satu angkatan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang saling berbagi membantu penulis dalam menyusun skripsi.

Semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda kepada para pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini hingga tuntas. Amin.


(7)

iii

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Deddy Setyadi Koesmana dan Nurul Huda.

Penulis memulai pendidikannya dari TK Bhakti Mulya 400, Jakarta pada tahun 1991, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Bhakti Mulya 400. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Bhakti Mulya 400 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 34 Pondok Labu. Pada Tahun 2004 penulis diterima di Program Diploma (D3) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis lebih aktif di berbagai kegiatan,

seperti sebagai pembawa acara di beberapa stasiun televisi, dan pembawa acara tetap diberbagai program sosialisasi peraturan daerah (Perda) Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta periode 2008-2009. Salah satu program DPRD DKI Jakarta yang dibawakan oleh penulis adalah “SIDAK”


(8)

vi DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Publisitas ... 7

2.2. Humas ... 9

2.2.1 Pengertian Humas. ... 9

2.2.2 Lingkup Kegiatan Humas ... 10

2.2.3 Tujuan Kegiatan Humas ... 11

2.3. Pengertian Administrasi Publik ... 11

2.4. Public Controlling, ... 11

2.5. Kebijakan Publik ... 12

2.6. Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah ... 12

2.7. Televisi Sebagai Media Komunikasi ... 13

2.7.1 Fungsi Televisi sebagai Media Massa ... 15

2.7.2 Kekuatan dan Kelemahan Televisi ... 1

2.8. Tipologi Perusahaan Media Televisi ... 17

2.9. Program Televisi ... 19

2.10. Program Reality Show di Televisi ... 21


(9)

vii

2.12. Sosialisasi ... 25

2.13 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 28

3.2. Metode Penelitian... 30

3.2.1 Lokasi dan Waktu ... 30

3.2.2 Pengumpulan Data ... 31

3.2.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 34

4.1.1 Visi, Misi dan Logo ... 35

4.1.2 Manajemen dan Struktur Organisasi TV One ... 36

4.2. Program Sidak ... 39

4.3 Penilaian Kinerja Sosialisasi Program Sidak ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 53

2. Saran-Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Data AC Nielsen 3 Nopember 2008 ... 3 2. Pelaksanaan sosialisasi perda melalui acara sidak di TV One ... 42 3. Hasil wawancara program dan DPRD sidak ... 43 4. Pendapat mengenai kinerja program TV One, program DPRD, program


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian ... 29 2. Struktur organisasi TV One ... 36


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Pedoman wawancara penelitian ... 57 2. Hasil wawancara penelitian ... 59


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini media massa begitu dekat dengan kehidupan masyarakat. Berbagai jenis hiburan ditawarkan oleh masing-masing media. Namun diantara berbagai media massa, televisi merupakan salah satu media yang paling digemari pemirsa.Mengingat dapat dilihat secara visual, juga jelas didengar secara audio, dan tidak seperti media massa lainnya. Televisi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi seluruh kalangan masyarakat. Apalagi dengan adanya satelit komunikasi, cakrawala informasi menjadi semakin luas. Peristiwa di satu tempat dapat dilihat ditempat lain dengan melalui televisi yang menggunakan pola teknologi baru, yaitu “Direct Broadcasting Satellite”.

Dengan teknologi yang semakin canggih, maka memacu hampir semua stasiun televisi di Indonesia berlomba-lomba untuk menarik perhatian pemirsa (masyarakat), dengan menyajikan berbagai macam program unggulan yang banyak diminati masyarakat, diantaranya program–program seperti sinetron, kuis, berita, variety show, reality show, dan sebagainyaSemua program tersebut, saat ini menjadi trend baru di kalangan stasiun televisi di Indonesia, yakni penayangan program reality show.

Perbedaan program ini dibandingkan dengan program lainnya, yakni dalam tayangan reality show dilakukan secara spontan dan tidak dibuat-buat, sehingga masyarakat dalam menonton tayangan ini, seperti terbawa emosi, ada yang terharu, menangis, menyadari kesalahan, kecewa, dan sebagainya. Apabila menyaksikan program reality show secara keseluruhan, maka semakin hari semakin marak penayangannya dan hampirsemua stasiun televisi menyuguhkan atau menayangkan reality show. Untuk memperoleh rating tertinggi dari reality show tersebut, banyak bermacam tema yang ditayangkan dalam program reality show, yakni seperti pencarian bakat, menjebak lelaki yang telah memiliki kekasih bertemu dengan seorang mantannya yang sudah lama tidak bertemu, mencari jodoh, menyadari atau


(14)

insyaf atas apa yang telah dilakukan. Dalam tayangan reality show tidak adanya naskah atau jalan cerita yang disiapkan sebelumnya dan orang-orang yang terlibat didalamnya bukanlah aktor ataupun artis. Jadi tayangan reality showini dilakukan secara spontanitas.

Di Indonesia, penayangan program acara reality show mewarnai pertumbuhan dan perkembangan, serta pemasaran media televisi dengan dampak yang menurut beberapa pengamat ada yang bersifat positif maupun negatif, seperti hasil penelitian Agus Sudibyo dari Yayasan Sains, Estetika dan Teknologi (SET) mengenai program acara di media televisi yangdilakukanpada April-Mei 2009, di 11 lokasi terpilih obyek penelitian, yakni Jakarta, Medan, Batam, Palembang, Bandung, Semarang, Pontianak, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar, dimana hasil penelitian itu menyatakan, bahwa “Program televisi terburuk, yakni Suami-Suami Takut Istri (Trans TV) 10,4%, Muslimah (Indosiar) 9,4%, Curhat dengan Anjasmara (TPI) 6,6%, Inayah (Indosiar) 5,7%, Ronaldowati 2 (TPI) 4,7%, dan Termehek-Mehek (Trans TV) 4,2%. Sedangkan program lainnya 59%. Di samping itu tak hanya yang buruk, tetapi survei juga menilai tayangan bermutu atau kategori terbaik, yakni KickAndy (Metro TV) 33,5%, Apa Kabar Indonesia Malam (TV One) 6,6%, Liputan 6 Petang (SCTV) 6,1%, Seputar Indonesia (RCTI) 3,8%, Bocah Petualang (Trans7) 3,3%, dan yang lainnya 46,7%. Sedangkan program kategori yang paling menambah pengetahuan pemirsa, yakni Kick Andy (Metro TV) 10,8%, Liputan 6 (SCTV) 10,4%, Seputar Indonesia (RCTI) 10,4%, Apa Kabar Indonesia (TV One) 7,5%, Kabar Petang (TV One)5,2%, dan lainnya 55,7%” (Irvan dan Jahja, 2006).

Salah satu stasiun televisi swasta Indonesia, yaitu TV One memiliki program acara reality show“Sidak”, dan untuk mengetahui apakah acara televisi tersebut mendapat perhatian khalayak, marketing merupakan tolok ukurnya. Di Indonesia, pe-rating-an tersebut dilakukan oleh AC Nielsen.

Berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen sebagai lembaga yang menghitungsurvei rating TV di Indonesia. Maka peneliti mengambil sampel rating dari AC Nielsen (Tabel 1) pada tanggal 3 Nopember 2008.


(15)

Tabel 1. Data AC Nielsen 3 Nopember 2008

No Program Name Channel Day Date Time TVR (%) 1. Sekilas Info RCTI 3/11 09.58-10.00 2,4 2. Kenapa Sich Mona SCTV 3/11 08.51-10.00 2,0 3. Sidak (DPRD DKI) TV One 3/11 09:58-10:56 0,4 4. Ketawa Trans TV 3/11 09:31-10.25 0,4 5. Market Review Metro TV 3/11 09.33-10.00 0,2 Sumber : AC Nielsen, 2008

Berdasarkan Tabel 1, rating dan share ACNielsen di atas, peneliti melihat program “Sidak” yang ditayangkan oleh stasiun TV One pada tanggal 3 Nopember 2008, memperoleh rating 0,4 % dan menduduki urutan ketiga bersama-sama dengan program Ketawa (Trans TV) dalam penempatan urutan Top Acara. Rating (TVR) adalah persentase jumlah khalayak (penonton) yang menonton suatu program berbanding dengan jumlah populasi (Kasali, 2004).

TV One merupakan televisi pertama di Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 Februari 2008. Sebagai pendatang baru TV One mempersiapkan

bentuk berita baru yang belum pernah ada pada televisi lainnya, seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk

diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar TV One. Program berita hardnews TV One dikemas dengan judul:

Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (Medan, Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar semua Biro. Program ini meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota Yang Berbeda Dalam Satu Layar”. Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara untuk menghasilkan


(16)

editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis.

Namun demikian, bagi pemerintah, keberadaan program acara pada media televisi hingga saat ini menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan tugas dan fungsinya mengatur aktivitas kehidupan warga masyarakat, termasuk dalam hal ini kebijakan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta atas penggunaan media televisi dalam sosialisasi kebijakan pemerintah yang terdapat dalam peraturan daerah (Perda). Salah satu kegiatan sosialisasi Perda DKI Jakarta yang ditayangkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta adalah “Program Inspeksi Mendadak dan Iklan Layanan Masyarakat” oleh Biro Hukum Provinsi DKI Jakarta di stasiun televisi TV One. Adapun program acara televisi tersebut dinamakan “Program Sidak”, dimana pada program acara tersebut terdapat gambaran mengenai pentingnya pengetahuan hukum yang diatur dalam Perda DKI Jakarta.

Landasan pemikiran dilaksanakannya kegiatan sosialisasi Perda DKI Jakarta melalui program acara reality show “Sidak“ di TV One

dikatakan bahwa kegiatan Sosialisasi Perda didasarkan pada kurangnya pemahaman dan partisipasi warga masyarakat Jakarta terhadap masalah hukum dan peruntukan wilayah kota DKI Jakarta. Sosialisasi diharapkan dapat membangun mekanisme untuk menjamin bahwa aspirasi masyarakat dapat ditampung, diterima sekaligus ditindaklanjuti dan menyampaikan hasilnya langsung kepada masyarakat, terutama masalah lingkungan, terutama yang menjadi perhatian pemerintah daerah DKI Jakarta adalah

masalah pendirian bangunan, baik untuk tempat tinggal atau tempat usaha. Pendirian bangunan menurut Perda DKI Jakarta memerlukan izin dari

pemerintah yang sesuai dengan peruntukan lahan tanah yang akan didirikan bangunan. Kesadaran masyarakat untuk mengurus izin mendirikan bangunan (IMB) dirasakan masih sangat kurang. Hal ini dapat diamati dari adanya pendirian bangunan yang tidak dilengkapi dengan IMB, sehingga pemerintah DKI Jakarta memandang perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahanam masyarakat akan pentingnya mengurut IMB sebelum mendirikan bangunan.


(17)

Peranan sosialisasi mengenai Perda DKI Jakarta merupakan salah salah aspek penting dalam proses kontrol sosial (Santoso dan Zulfa,

2001), bahwa sosialisasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses kontrol sosial sebab hal itu dapat mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku, maka dibutuhkan suatu kesadaran yang timbul dalam diri seseorang untuk mentaati dan melaksanakan kaidah-kaidah hukum berlaku, yang disebut dengan kesadaran hukum. Namun kesadaran hukum tersebut tentunya tidak begitu saja tumbuh dengan sendirinya pada diri seseorang, tetapi perlu adanya suatu proses yang panjang untuk menumbuhkannya. Kesadaran tersebut dapat ditumbuhkan melalui berbagai cara, sepertipemberitahuan, pendidikan, maupun pengajaran. Melalui cara-cara tersebut diharapkan seseorang akan menjadi tahu tentang apaisi normatif yang terkandung di dalam kaidah-kaidah hukum yang ada. Kemudian setelah seseorang tahu akan kaidah hukumnya, makaakan berusaha menyesuaikan segala perilakunya dengan tuntutan kaidah hukum tersebut. Selanjutnya proses tersebut biasanya akan berlanjut pada proses pembangkitan rasa patuh dan setia yang tidak hanya menanamkan pengetahuan baru (kognisi) tetapi proses ini dapat menggugah perasaan (afeksi) pada diri seseorang yang akan menumbuhkan dan membentuk sikap positif, yakni rasa taat yang ikhlas terhadap kaidah hukum. Kesemua proses tersebut dinamakan proses sosialisasi.

Keterkaitan “penayangan reality show” sebagai salah satu program

acara di televisi tidak terlepas dari strategi pemasaran perusahaan dalam rangka meningkatkan pendapatannya. Di sisi lain, keberadaan Perda pada

prinsipnya merupakan suatu produk hukum yang membutuhkan strategi pemasaran yang sesuai dengan karakteristik dari masyarakat, dimanaPerda

itu akan diberlakukan bagi masyarakat yang berada di wilayah DKI Jakarta dan khususnya aspek lingkungan dari Perda bersangkutan. Dengan

demikian, sosialisasi Perda sebagai produk hukum dari pemerintah daerah merupakan kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pemasaran, dimana aspek lingkungan sebagai salah faktor penting dari konsepsi


(18)

pemasaran yang dimaksud. Oleh karena itu dilakukan penelitian berjudul : ”Analisis Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan DaerahDKI Jakarta Pada Program Reality Show“Sidak” di TV One”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana proses atau pelaksanaan sosialisasi Perda DKI Jakarta melalui acara Sidak di TV One ?

b. Bagaimana penilaian kinerja sosialisasi program Sidak ? 1.3. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui proses atau pelaksanaan sosialisasi Perda DKI Jakarta melalui acara Sidak di TV One.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Publisitas

Publisitas merupakan alat yang ampuh. Justru karena itu, ia harus dipergunakan dengan hati-hati. Oleh karena tugas atau kegiatan untuk menceritakan kepada masyarakat luas tentang hasil produksi atau jasa perusahaan dalam Rachmadi (2006).

Setiap informasi yang dikeluarkan dalam rangka publisitas hendaknya menyangkut kepentingan umum. Penjelasan atau keterangan-keterangan yang menganggu kepentingan umum harus dijauhi, karena keterangan semacam itu dapat menganggu ketertiban masyarakat.

Jadi publisitas adalah suatu hasil kegiatan, suatu hasil yang dapat dikontrol dan hasil itu bisa baik atau jelek bagi kegiatan yang bersangkutan.

Publisitas menghasilkan suatu citra, dan itupun berhubungan dengan informasi memadai yang bisa memadai yang bisa diperoleh publik. Pemberitaan yang tepat dapat menarik minat dan perhatian audience/publik. Publisitas biasanya dilakukan melalui hubungan dengan pers (press relations). Pengertian tentang pers disini diberikan dalam arti luas, mencangkup surat kabar, radio, televisi dan film.

Publisitas dapat mengandung unsur-unsur penerangan, pendidikan, dan pengisian waktu-waktu senggang (hiburan) atau kegiatan mempengaruhi. Cara pemberitaan dapat dilakukan melalui siaran, press release, dan penerbitan tercetak/bergambar. Yang terpenting dan perlu diperhatikan adalah bahwa pers harus memperoleh informasi yang diperlukan, benar dan menarik. Informasi demikian akan lebih mudah memperoleh ruangan dalam suatu penerbitan atau surat kabar, khususnya apabila hal itu menyangkut kepentingan umum. Nilai berita itu sangat penting. Publisitas harus mengandung nilai berita tentang sesuatu organisasi/instansi dan menyangkut kepentingan umum. Suatu publisitas yang terlalu menitikberatkan organisasi atau instansi yang bersangkutan akan dinilai sebagai publisitas “murahan”. Untuk membuat publisitas diperlukan seorang ahli dalam public relations (PR).


(20)

Secara umum dikenal 3 (tiga) macam bentuk publisitas, yakni : a. Berita

b. Laporan c. Pendapat /opini

Ketiga bentuk ini dapat dijumpai dalam berbagai publisitas yang dikeluarkan oleh lembaga public relations dari sesuatu instansi atau perusahaan. Pada media massa seperti surat kabar, majalah, radio dan televisi. Ada juga publisitas khusus mengenai kegiatan olahraga, ekonomi, kesehatan, pendidikan, hiburan, penerangan, dan sebagainya

Publisitas merupakan bagian dari fungsi humas atau yang disebut Hubungan Masyarakat (Humas) dan meliputi usaha-usaha untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang menguntungkan antara organisasi dengan masyarakat, termasuk pemilik perusahaan, karyawan, lembaga pemerintahan, penyalur dari serikat buruh, di samping calon pembeli. Komunikasi dengan masyarakat luas melalui Humas. Hal ini dapat mempengaruhi kesan terhadap sebuah organisasi maupun produk/jasa yang ditawarkan.

Untuk dapat melaksanakan publisitas yang akan dilaksanakan, maka sasaran itu harus dijelaskan secara terperinci supaya dapat dipilihcara publisitas yang paling tepat untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sebab kegunaan suatu publisitas akan berbeda untuk setiap produk. Setelah ditetapkan sasaran yang hendak dicapai, kemudian ditentukan pesan atau berita apa yang hendak disampaikan dalam publisitas tersebut.

Suatu perusahaan harus dapat menciptakan cara lain untukmelakukan publikasi, misalnya menyelenggarakan suatu kegiatan kemasyarakatan yang

disponsori oleh perusahaan, seperti koperasi, panel diskusi, malam kesenian,

fashion show, dan sebagainya. Kegiatan publisitas harus benar-benar ditanganioleh bagian PR.


(21)

2.2 Humas

2.2.1 Pengertian Humas

Menurut Jefkins dalam Yulianta (2003), yakni “ Public relations consist of all forms of planned communication, outwards and inwards, between an organization and its publics for the purposes of achieving specific objectives concerning mutual understanding. Artinya, public relations atau humas merupakan semua bentuk komunikasi yang terencana baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Pengertian humas (pemerintah) menurut Syafiie dan Tandjung (2001), yakni unsur administrasi publik yang bertujuan untuk menciptakan jasa, baik organisasi publik dalam menyampaikan informasi kepada khalayak ramai diminta atau tidak diminta, tentang berbagai kegiatan yang sudah, sedang maupunyang dikerjakan. Pejabat humas di sini adalah seorang yang mewakili organisasinya, yangbertugas untuk mengabdi kepada kepentingan umum, memelihara komunikasi dan menekankan pada moral dan sikap yang baik sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi sumber, saluran, corong dan terompet organisasi publik, dari informasi yang baik inilah diharapkan terpelihara citra yangbaik dari organisasi publik yang diwakilinya.

Untuk pemerintah daerah (Pemda) dibentuk humas Pemda dengan pemberian eselon III bagi kepala Biro Humas Pemda Tingkat I sedangkan di tingkat Kepala Bagian Humas Pemda Tingkat II diberi eselon IV, sub bagiannya adalah publikasi dan dokumentasi, penerangan dan pemberitaan, serta penyaringan informasi.

Dari pengertian di atas diharapkan masyarakat akan memberi perhatian, kerjasama dan bahkan tanggapan positif sesuai dengan maksud dan misi suatu organisasi disampaikan. Dengan begitu Humas Pemda merupakan sebagian dari komunikasi keluar yang menjadi unsur primer organisasi publik.


(22)

Dengan demikian, Pemda humas dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan menyampaikan informasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara Pemda setempat sebagai organisasi publik resmi dengan

masyarakat, serta berbagai unit kerja, baik instansi vertikal maupun otonom sendiri, agar mendapat dukungan dan tanggapan positif sebagai

usaha pelayananinformasi, publikasi, dokumentasi dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

2.2.2 Lingkup Kegiatan Humas

Secara umum kegiatan PR ditujukan kepada 2 (dua) jenis sasaran/ publik (Yulianta, 2003), yakni :

a. Publik internal

Kegiatan publik internal mencangkup khalayak/publik yang menjadi bagian dari kegiatan usaha pada suatu organisasi atau instansi itu sendiri. Contoh : publik pegawai, publik manajer, publik pemegang saham dan publik buruh.

b. Publik eksternal

Publik eksternal adalah publik yang berada diluar organisasi/instansi/ perusahaan yang harus diberikan penerangan/informasi untuk dapat membina hubungan baik (goodwill).

Contoh : publik pers, publik pemerintah, publik masyarakat sekitar, publik rekanan pemasok, publik pelanggan, publik konsumen, publik bidang pendidikan dan publik umum.

2.2.3 Tujuan Kegiatan Humas

Mengenai tujuan kegiatan humas, pendapat Fayol dalam Ruslan (2006) adalah :

a. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity andimage).

1) Menciptakan identitas dan citra perusahaan positif

2) Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak.


(23)

b. Menghadapi krisis (facing of crisis)

Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan PR Recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage.

c. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes)

1) Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik.

2) Mendukung kegiatan kampanye sosial anti merokok, serta menghindari obat - obatan terlarang dan sebagainya.

2.3. Pengertian Administrasi Publik

Administrasi publik (public adminitration) meliputi impelementasi kebijaksanaan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik. Menurut Nigro dalam Syafiie dan Tanjung (2001), admistrasi publik merupakan suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintahan.

2.4. Public Controlling,

Pengawasan menurut Syafiie dan Tandjung (2001) merupakan salah

satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin pelaksanaan kerja berjalansesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Pengawasan menurut Siagian dalam Syafiie dan Tandjung (2001) adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Jadi secara keseluruhan pengawasan adalah aktivitas membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan

sebelumnya. Melalui pengawasan dapat diawasi sejauh mana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan, pemborosan, kemubaziran,

penyelewengan dan lain-lain. Mengingat dalam pengawasan publik harus lebih disadari bahwa biaya tersebut berasal dari, oleh dan untuk publik dan diperlukan untuk pengabdian pada kepentingan masyarakat, bukan untuk


(24)

Pengawasan yang diberlakukan di negara Republik Indonesia (RI) adalah DPR (lembaga legislatif), BPK, Kopkamtib, BPKP, DPRD (khusus legislatif di daerah TK I dan TK II), HAM, Irjen, Deputi, Irwil Prop, Irwil Kab, Panwaslak, Bakin, Kejaksaan, dan Kepolisian

2.5. Kebijakan Publik

Kebijakan publik hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan

(wisdom), karena kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat oleh pejabat yang berwenang. Kebijakan publik menurut Syafiie dan Tandjung (2001)adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan upaya memecahkan, mengurangi dan mencegah suatu keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur, inovasi dan pemuka terjadinya kebaikan, dengan cara terbaik dan tindakan terarah.

Pengertian kebijakan publik menurut Dye dalam Syafiie dan Tandjung (2001), yakni suatu apapun yang dipilih pemerintah, apakah mengerjakan sesuatu itu atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu

(whatever government choose to do or not to do). Sedangkan menurut Dunn dalam Syafiie dan Tandjung (2001), kebijakan publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan. Jadi kebijakan publik merupakan pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensidan kinerja kebijakan dan program publik.

2.6. Penilaian Kinerja

Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengukur sejauhmana kemajuan dicapai oleh pemerintah dalam mengemban tugasnya. Evaluasi yang dicapaioleh pemerintah,terutama Pemerintah Daerah (Pemda) terhadap kinerjanya dapat dilaksanakan dalam periode tertentu. Penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi aspek, fokus dan indikator kinerja kunci pada tataran pengambil kebijakandan pelaksana kebijakan sebagaimana diatur dalam pasal 18 dan pasal 19 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6Tahun 2008 tentang pedoman penilaian kinerja


(25)

dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,yaitu:

a. Pemerintah melakukan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD), dengan tujuan utama menilai kinerja penyelenggaraan Pemda sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja Pemda dalam rangka mendukung pencapaiantujuan penyelenggaraan otonomi daerah, berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik.

b. Sumber informasi utama Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) adalah Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang disampaikan kepala daerah kepada pemerintah sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 yang dipadukan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor SE.120.04/356/OTDA Tanggal 19 Februari 2009. c. Dalam melakukan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah, hendaknya perlu didukung data capaian kinerja pada tataran pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan yang bersinergi, terintregrasi antar satu SKPD dengan SKPD lainnya selaras dengan capaian kinerja urusan wajib dan urusan pilihan yang dituangkan datanya dalam LPPD.

2.7. Televisi Sebagai Media Komunikasi

Televisi merupakan gabungan dari media audio (dengar) dan media visual (gambar) yang bersifat politis, juga informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Pengertian televisi menurut Baksin (2006) adalah hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audio-visual

gerak. Wirodono (2005) mengemukakan, bahwa televisi merupakan sebuah entitas budaya, karena turut berperan dalam mewujudkan majunya sebuah budaya, terutama budaya bangsa yang beraneka ragam.

Kegiatan penyiaran pada media televisi di Indonesia dimulai pada

tanggal 24 Agustus 1962 dengan TVRI sebagai stasiun televisi pertama milik pemerintah. Barulah pada tahun 1990 muncul stasiun-stasiun televisi


(26)

Indonesia. Semula siaran televisi swasta boleh dikatakan merupakan hal yang baru dalam pertelevisian di Indonesia. Semula siaran televisi swasta dibatasi hanya menjangkau wilayah yang terbatas (Effendy, 2004).

Dengan demikian, melalui televisi sebagai media elektronik yang mampu menghasilkan gambar hidup, maka para produser maupun sutradara melalui kreatifitasnya mencoba memvisualisasikan kehidupan nyata dengan berbagai problematikanya dalam berbagai bentuk cerita yang kemudian dikemas dalam bentuk film atau sinema. Salah satu keunggulan televisi adalah kemampuannya menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas dan mampu menjangkau sasaran yang dapat dicapai oleh media lain. Menimbulkan dampak yang kuat terhadap khalayak dengan tekanan pada 2 (dua) indera sekaligus, yaitu pendengaran dan penglihatan, serta mempengaruhi persepsi khalayak. Sebagian besar masyarakat meluangkan waktunya di muka televisi sebagai sumber berita, hiburan dan sarana pendidikan.

Tayangan televisi merupakan suatu entitas sosial, artinya televisi harus mendapatkan dukungan dari masyarakat. Usaha untuk mendapatkan

dukungan dari masyarakat melalui program-program yang ditayangkan,

sehingga usaha untuk meraih pemirsa melalui program acara menjadi satu hal penting yang mendapat porsi utama. Hal itu juga dirasakan stasiun televisi swasta TV One sebagai stasiun televisi yang baru dua tahun

berdiri. Sebagai stasiun televisi baru, maka program yang dibuat harus dibuat sedemikian rupa agar menarik pemirsa untuk tidak bosan dengan acara-acara yang ditayangkan TV One.

Secara lebih spesifik, maka setiap penayangan program televisi

harus disertakan juga dengan waktu tayangnya. Seperti yang dikemukakan Bovee dalam Lee (2003), yakni :

a. Pagi Jam 07.00-09.00 b. Siang Jam 09.00-16.30 c. Awal fringe time Jam 06.30-19.30 d. Akses prime time Jam 19.30-20.00 e. Prime time Jam 20.00-23.00


(27)

f. Berita malam Jam 23.00-23.30 g. Akhir fringe time Jam 23.30-01.00

Melalui televisi, pemirsa dapat menikmati setiap acara yang ditayangkan dengan melihat layar kaca sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan.Penyampaian informasinya seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Informasi yang

disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena lebih jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

2.7.1 Fungsi Televisi sebagai Media Massa

Menurut Effendy (2004), televisi memiliki tiga fungsi, yaitu : a. Penerangan

Pada tahun 1946, pertama kali televisi diperkenalkan kepada masyarakat di New York, dengan fungsi penerangan dalam bentuk

pemberitaan tentang sidang yang sangat penting, seusai perang dunia II, karena pada saat itu sedang dimulainya sidang umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB). Siaran stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh semua orang pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Pendidikan

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak, yang jumlahnya tidak sedikit. Dimana pendidikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran bagi masyarakat. Stasiun televisi telah menyusun acara demi acara yang telah tersusun dengan rapi. Selama acara pendidikan yang dilakukan secara teratur dan stasiun televisi menyiarkan beragam susunan acara yang secara tidak langsung mengandung pendidikan. Acara-acara tersebut berbentuk kuis, sinetron, iklan, film, musik, dan sebagainya.

c. Hiburan

Di kebanyakan negara, terutama yang masyarakatnya agraris, fungsi hiburan melekat pada televisi siaran merupakan sesuatu yang sangat tampak. Sebagian besar alokasi waktu siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, karena pada layar televisi dapat


(28)

menampilkan gambar tampak hidup, beserta suara seperti kenyataan, dapat dinikmati banyak khalayak yang tidak mengerti bahasa asing atau tuna aksara.

2.7.2 Kekuatan dan Kelemahan Televisi

Menurut Kasali (2004), televisi memiliki kekuatan dan kelemahan, yaitu :

a. Kekuatan Televisi 1) Efisiensi biaya.

Keunggulan televisi adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.

2) Dampak yang kuat.

Dengan tekanan pada sekaligus indera penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif, dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor.

3) Pengaruh yang kuat.

Televisi mempengaruhi persepsi khalayak. Kebanyakan calon pembeli lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada di media lainnya.

b. Kelemahan Televisi 1) Biaya besar.

Biaya absolut yang sangat ekstrim untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial.

2) Khalayak tidak selektif.

Televisi merupakan sebuah media yang tidak selektif. Jadi, iklan yang disiarkan ditelevisi memiliki kemungkinan menjangkau pesan

tidak tepat. 3) Kesulitan teknis.

Iklan-iklan yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi menjelang jam–jam penyiarannya.


(29)

2.8. Tipologi Perusahaan Media Televisi

Secara umum, perusahaan media televisi dapat dilihat dari beberapa aspek (Irvan dan Jahja, 2006), yakni :

a. Kepemilikan.

Berdasarkan aspek kepemilikan, perusahaan televisi yang ada di Indonesiadapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni :

1) Televisi pemerintah

Televisi pemerintah adalah televisi yang didanai olehpemerintah, dimana fokus kegiatannya dilakukan untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kepentingan masyarakat. Tugas utama televisi pemerintah adalah pelayanan masyarakat (public service), dan karena statusnya sebagai televisi pemerintah, maka perusahaan ini didukung oleh regulasi /undang-undang khusus. 2) Televisi swasta

Status kepemilikan televisi swasta adalah dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu dan sebagian masyarakat, seperti RCTI dan TPI sebagian besar dimiliki oleh Bimantara Group; SCTV oleh

Mitrasari Persada; IVM dimiliki oleh Salim Group dan TV one dimilki oleh kelompok Bakrie. Masing-masing perusahaan televisi ini

memiliki holding company yang menaungi anak perusahaan yang ada dibawahnya, misal SCTV sebagai anak perusahaan yang mempunyai

holding PT. Surya Citra Media, Tbk (SCM), Indosiar Visual Mandiri (IVM) memiliki holding Indosiar Karya Mandiri (IKM).

Secara berkala perusahaan televisi tersebut memaparkan mengenai profil perusahaan ke bursa saham, agar masyarakat luas juga dapatikut menanamkan sahamnya di perusahaan. Sebagaimana perseroan terbatas lainnya, pengambilan keputusan tertinggi ada di levelRapat Umum Pemegang Saham (RUPS), terutama keputusan yang menyangkut hal-hal strategik perusahaan, misalnya dalam hal penawaran obligasi perusahaan di pasar modal, sementara dewan direksi hanya memutuskan hal-hal yang sifatnya sedikit lebih teknis


(30)

dan operasional perusahaan sehari-hari. b. Orientasi Nilai Perusahaan

Untuk menjalankan sebuah perusahaan dibutuhkan suatu budaya organisasi berisikan nilai dan norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya. Nilai-nilai tersebut berisikan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak oleh dilakukan oleh suatu organisasi. Berdasarkan nilai-nilai yang dianut, perusahaan dapat

dibagi atas 2 (dua) hal, yakni televisi yang masih menganut nilai- nilai yang berakar pada budaya bangsa yang menjaga nilai kesopanan, nilai kepatuhan, menjaga kehormatan orang lain, dan sebagainya; tipe kedua adalah televisi yang muatan nilainya tetap mencoba berpegang pada budaya bangsa, namun sudah melakukan beberapa modifikasi Televisi yang berorientasi pada nilai budaya bangsa mencoba mengaplikasikan keyakinan yang dimilikinya dengan mewujudkannya pada sejumlah tayangan dimiliki, baik tayangan

talk show, berita, film, dan sebagainya. Pada tayangan talkshow,

misalnya televisi memilih untuk tetap berpegang pada nilai tersebut mewancarai orang dengan tidak menghakimi dan bentuk wawancaranya hanya sekedar bertanya dan bila memungkinkan

adalah memberikan klarifikasi. Sementara bagi televisi lain yang sudah memiliki nilai lain melakukan wawancara untuk yang

diwawancarai. Bagi televisi yang menganut nilai ini, mengajukan argumen bahwa kebenaran harus diungkapkan kepada masyarakat dan masyarakat dianggap harus mengetahui hal yang sebenarnya. Hanya saja terkadang caranya relatif lebih “vulgar” dan kurang memperhatikan etika.

c. Target Pasar dan Jenis Tayangan

Televisi di Indonesia pada umumnya adalah televisi yang tidak memiliki segmen tertentu, baik dari jenis tayangannya maupun dari target pemirsanya. Terlalu banyak ragam yang ditayangkan televisi, yaitu acara hiburan film dapat dibedakan menjadi filmanak-anak, film dewasa, dan film untuk semua umur. Untuk acara musik dan kuis,


(31)

dibedakan berdasarkan kategori tersebut. Alasan yang sering diajukan oleh penyelenggaraan televisi di Indonesia untuk tidak membatasi diri dalam tayangannya adalah tidak berani mengambil risiko jika tidak ada perusahaan yang mau memasang iklan, sebab secara umum masyarakat Indonesia masih menonton televisi karena ingin mendapat hiburan. Maka dari itu, proporsi tayangan hiburan masih lebih besar daripada tayangan berita dan juga tayangan lainnya. Hal ini berbeda dengan televisi luar negeri yang tayangannya mempunyai segmen tertentu dalam menayangkan acaranya, misal CNN, hanya menayangkan berita dari seluruh dunia, discovery channel hanya menayangkan berbagai hal tentang ilmu pengetahuan, dan sebagainya. d. Jenis Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan.

Jika dilihat secara umum, pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan media televisi ini dibagi dalam bentuk, yakni :

1) Pertama, kegiatan tanggungjawab sosial berhubungan dengan produk tayangan televisi.

2) Kedua, tanggungjawab sosial berhubungan langsung dengan masyarakat.

Pelaksanaan tanggungjawab sosial yang bersentuh langsung dengan masyarakat, dapat dilihat dari dua bentuk, yakni penggalangan

dana pada saat terjadi bencana, atau penggalangan dana untuk orang-orang yang menderita sakit lever berat dan tidak memiliki biaya untuk pengobatan, Oleh karena itu semua televisi, baik televisi pemerintah maupun swasta membuat suatu program yang berkaitan dengan penggalangan dana, seperti TV One Peduli, Jalinan Kasih Indosiar, Pundi Amal SCTV, dan sebagainya.

2.9. Program Televisi

Program televisi biasanya dirancang untuk mass distribution for common experience, dalam pengertian informasi yang disiarkan dapat diterima oleh sejumlah pemirsa pada saat bersamaan lintas ruang,


(32)

sehingga pemirsa tersebut akan memiliki pengalaman sama.

Secara khusus, program televisi memiliki empat karaktersistik utama (Heinich, Molenda and Russel, 2002), yaitu :

a. Fidelity or Realism yang merupakan karakteristik utama dari program televisi. Fidelity artinya program televisi menggambarkan perwujudan asli dari suatu peristiwa, seseorang, kejadian dan proses, sehingga pemirsa memiliki kepercayaan terhadap obyek yang ditontonnya.

b. Immediacy, artinya pemirsa dapat melihat siaran langsung tentang suatu peristiwa pada saat yang hampir bersamaan dengan terjadinya peristiwa tersebut, bertemu dengan seseorang, atau berkunjung ke suatu tempat dalam waktu sangat cepat.

c. Dynamic spacing, dimana program televisi memiliki fitur yang memungkinkan pemirsa untuk menonton informasi yang ditayangkan secara lambat, cepat atau diulang-ulang, terutama untuk tayangan gerak atau psikomotor olahraga, tari dan memasak.

d. Brings people, places, events that’s could not be seen otherwise including magnification, artinya informasi yang disampaikan melalui televisi seringkali merupakan informasi tentang orang, tempat atau peristiwa yang berada diluar jangkauan pemirsa. Dengan adanya televisi, pemirsa tidak harus pergi ke tempat atau peristiwa tersebut secara langsung, tetapi cukup menontonnya di televisi.

Pembahasan tentang program televisi lebih banyak dilakukan dari sisi teknik produksi dan produser program daripada pemirsa program. Berbagai teknik produksi dilakukan untuk memproduksi program televisi yang menarik perhatian pemirsa, meliputi jenis gambar

(kind of shots), sudut dan jarak pengambilan gambar, animasi, efek khusus, pencahayaan, warna dan kombinasinya, kecepatan (pacing) dan waktu pengambilan gambar, single and multiple scenes, serta manipulasi suara. Sementara itu, berbagai gaya program juga dicobakan untuk memproduksi program televisi, termasuk talking heads (kepala yang berbicara), dramatisasi, dokumentasi, tematik, transisi dan sebab-akibat, diskusi,


(33)

tersebut dipercaya memberikan pengaruh terhadap pembentukan persepsipemirsa ketika menonton program (Flemming and Levie, 1993). Persaingan antar stasiun televisi menyebabkan terjadinya persaingan dalam menampilkan suatu program siaran yang lebih menarik dari stasiun televisi yang lain. Oleh karenanya, selain teknik produksi, substansi program televisi menjadi lahan perebutan. Keanekaragaman jenis program yang disediakan dimaksudkan untuk menarik minat perhatian (attention), membelajarkan (educative, incidental and accidental learning) dan menghibur pemirsa (entertainment) (Seels, Simom and Schuster, 2002).

2.10. Program Reality Show di Televisi

Reality Show adalah suatu acara yang diselenggarakan di televisi dan temanya bermacam-macam, ada yang berupa pencarian bakat, hingga menjebak kekasih dan kawan, dan lain-lain. Sedangkan pengertian reality show itu sendiri menurut Wirodono (2005), suatu tayangan tentang realitas sosial masyarakat. Yang membedakan dari tayangan reality show, terutama acara yang disuguhkan ini tidak memerlukan naskah atau jalan cerita yang disiapkan sebelumnya dan orang-orangyang terlibat didalamnya bukanlah aktor/aktris. Di Indonesia, acara ini sebenarnya sudah cukup lama diselenggarakan. Namun istilah reality show barusaja dikenal dinegeri ini, yakni sekitar tahun 2002.

Pada awalnya, reality show mempunyai konsep sederhana, yaitu memotret kehidupan orang awam (bukan selebritis), kemudian disiarkan dan ditonton oleh orang banyak (Gumilar, 2007) sebagai hiburan. Saat ini,

reality show tidak hanya memotret kehidupan orang, tetapi reality show

telah menjadi ajang kompetisi.

Sebuah tayangan reality show kebanyakan bersifat menghibur, sebagian bermakna dan memberi manfaat, sedangkan sebagian lagi hanyalah memberi kesenangan semata, yaitu bersifat menggugah emosi penonton, membuat orang jadi terharu dan sedih bahkan menangis, di samping membuat orang tersenyum, bahkan tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan perilakuatau para pemainnya.


(34)

1. Jenis-Jenis Reality Show

Menurut Gumilar (2007) terdapat beberapa penggolongan dari

Reality Show, antara lain :

a. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang dengan sepengetahuan obyek yang direkam. b. Berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan,

atau dalam kondisi yang direkayasa.

c. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu.

d. Program Amal (Charity), yaitu konsep yang disampaikan adalah menolong orang lain.

2. Dampak Reality Show

Reality Show mempunyai dampak positif maupun negatif. Menurut Gumilar (2007), dampak positif Reality Show adalah :

a. Memberikan aspek hiburan untuk melepaskan diri dari permasalahan yang berkembang.

b. Menumbuhkan rasa sosial dikalangan pemirsa terhadap orang lain yang menderita yang ditampilkan dalam tayangan tersebut, seperti yang diharapkan dalam Charity Reality Show.

c. Memberikan pengajaran kepada pemirsa untuk tidakcepat menyerah, apabila mendapatkan kesulitan dan tidak mementingkan diri sendiri.

d. Menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita sebagian masyarakat menjadi seorang bintang melalui Reality Show yang bertajuk kontes bakat atau pencarian bintang.

e. Peningkatan rating dan share bagi media televisi bersangkutan.

Rating adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi. Share adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi saat itu.

f. Meningkatkan pemasang iklan dalam tayangan tersebut, sehingga pendapatan stasiun televisi bertambah akibat dari peningkatan


(35)

rating danshare dari program acara RealityShow.

Selain dampak positif tersebut di atas, Reality Show dapat membawa dampak negatif (Gumilar, 2007), diantaranya :

a. Tayangan Realityshow berbentuk tekanan emosi dan psikologis. Tayangan Reality show berbentuk tekanan emosi dan psikologis

ternyata memberikan efek cukup besar, terutama untuk obyek penderitanya, yaitu yang “dijahili” atau ditakut-takuti banyak yang bersalah secara psikologis, atau tidak jarang efeknya berupa trauma yang terus dirasakan.

b. Tayangan Kontes Bakat yang dilakukan TV meniru atau hanya membeli lisensi dari luar negeri. Sebuah Stasiun TV apabila membuat sebuah acara realityshow, walaupun menyebutnya murni idenya, tetapi kenyataannya dilakukan setelah melihat tayangan sejenis yang berhasil, atau dengan kata lain bukan ide murni.

c. Charity RealityShow berdampak negatif berupa :

1) Tayangan ini dianggap sebagai eksploitasi terhadap orang miskin, yaitu memberikan rezeki dengan harapan mendapatkan pemasukan yang tinggi dari iklan.

2) Mendidik masyarakat untuk boros, karena rezeki yang didapatkan harus dihabiskan dalam waktu singkat. Memang sulit membuat

realityshow yang mendidik orang untuk menabung, karena hal itu tidak menarik dan efek realitanya tidak ada, seperti melihat orang membuka rekening bank pada setiap episode.

3) Dalam tayangan realityshow bernuansa sosial, perbuatan baik mendapat konsep yang lain lagi. Perbuatan baik, misal menolong orang lain, dipusatkan pada satu bentuk, yaitu uang.

4) Tayangan seperti itu mengukuhkan nilai yang memang sudah bersemayam dalam pribadi-pribadi masyarakat hedonis, bahwa

perbuatan baik selalu identik dengan uang, tingkat kesejahteraan dan kekayaan benda-benda fisik.

d. Konsep-konsep yang ditawarkan dan diajarkan pada tayangan dengan formula sosial, mungkin pada akhirnya membentuk psikologi massa yang


(36)

berbeda dengan arah sebenarnya yang dikehendaki dalam semangat dan tujuan para pembuat acara tersebut, yaitu masyarakat menjadi salah kaprah dalam memandang perbuatan sosial, atau memandang perbuatan baik.

2.11 Pengertian Jasa

Mengenai pengertian jasa (service), Kotler berpendapat (2001), yakni:

a service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product.

Dari definisi tersebut di atas dapat diartikan, bahwa jasa merupakan setiap tindakan, perbuatan atau upaya yang dapat ditawarkan kepada orang

lain dan bersifat intangible (tidak tampak, atau tidak terwujud). Serta tidak menghasilkan kepemilikan apapun bagi pemakainya. Produksi jasa bisa berkaitan dengan barang yang berwujud (tangible goods), bisa juga tidak berkaitan sama sekali .

Lain halnya menurut Zeithaml dan Bitner dalam (Hurriyati, 2005), mengemukakan definisi jasa, yakni:

Include all economc activities whose output is not a physical product or construction, is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort or healt) that are essentially intangible concerns of its first purchaser

Jadi pengertian jasa tersebut di atas adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan

diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.

Dari kedua definisi yang dikemukakan para pakar tersebut di atas,

maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang mempunyai ciri-ciri berikut :

a. Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen.


(37)

b. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu produk fisik.

c. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. 2.12. Sosialisasi

Pada hakekatnya, sosialisasi merupakan penyampaian informasi dengan melipatgandakan pihak-pihak penerima pesan (receiver) yang

dalam hal ini adalah publik, dimana publik yang terdiri dari banyak individu yang memiliki skala intelektualitas berbeda. Sebagai contoh,

seseorang yang berpendidikan sekolah dasar dengan universitas tentu saja berbeda dalam menanggapi sosialisasi tentang informasi Perda.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan

sosialisasi dibedakan dari kegiatan komunikasi antar personal (inter personal communication), dimana komunikasi antar personal merupakan

proses penyampaian informasi, gagasan dan sikap dari seseorang kepada orang lain. Kegiatan sosialisasi Perda lebih cenderung pada proses komunikasi yang bersifat massal (mass communication), dimana

perbedaannya dengan komunikasi antar personal adalah :

a. Sumber (pelaksana) komunikasi massa dihadapkan pada suatu ’beban’ tugas yang berat dalam menyampaikan gagasan kepada

audiens, karena beragamnya audiens dari kegiatan sosialisasi tersebut. Para pelaksana komunikasi massa secara demografis mungkin saja mengetahui usia rata-rata, kondisi ekonomi mapun latar belakang

pendidikan audiens secara rata-rata, namun pelaksana komunikasi tidak akan tahu secara pasti tingkah laku individu para pembaca,

penonton, atau pendengarnya.

b. Dibandingkan dengan komunikasi antar personal, feed back (umpan balik) komunikasi massa lebih sukar diperoleh.

c. Audiens komunikasi massa dibandingkan komunikasi antar personal lebih besar kemungkinannya menyalahartikan pesan komunikasi


(38)

attention, biasanya seseorang cenderung mengekspos dirinya terhadap terhadap hal-hal yang dikehendaki. Dalam selective perception, individu yang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi akan cenderung untuk menafsirkan komunikasi sesuai dengan pra- konsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecenderungan berpikir secara stereotype. Sedangkan selective retention, menunjukkan pemahaman seseorang yang kecenderungannya akan dipengaruhi oleh daya ingat dari individu yang berminat terhadap masalah tertentu yang memang ingin diingatnya.

d. Dalam sistem komunikasi massa jauh lebih rumit dibandingkan dengan komunikasi antar personal, mengingat gagasan dari kegiatan sosialisasi merupakan produk bersama dan akan mendapatkan respon yang saling berbeda atau bahkan dapat saling bertentangan.

2.13. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian mengenai program acara reality show di televisi sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti dan umumnya berkaitan dengan fungsi televisi sebagai media informasi, serta komunikasi, diantaranya; penelitian yang dilakukan oleh Lesmana (2009) dengan judul Hubungan

Tayangan Reality Show dengan Emosi Penonton, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat (2009) mengenai Peranan Media Televisi dalam Pembelajaran Masayarakat dan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) berjudul Tanggapan Pemirsa terhadap Program Acara

Reality Show di Televisi. Ketiga peneliti tersebut ingin mengetahui sejauhmana dampak dari penayangan program acara televisi, yaitu program acara Reality Show terhadap khalayak sasaran.

Menurut Siregar (2009), metode deskripstif analisis dengan responden 70 orang diketahui bahwa program acara reality show “Termehek-Mehek” dapat diterima dengan baik oleh pemirsa, karena program acara ini dianggap dapat menghibur pemirsa dengan menampilkan kasus-kasus menarikyang terjadi di dalam masyarakat. Tanggapan pemirsa mengenai program acara


(39)

acara, konsep acara, kerjasama klien dengan pembawa acara, waktu tayang, kasus dan sound track cukup baik. Hal ini ditunjukan dari hasil pengukuran skala sikap dengan metode skala Likert, rataannya menunjukan sikap puas terhadap tayangan program acara reality show “Termehek-Mehek”. Demikian pula tanggapan pemirsa dari segi fungsi informasi diketahui bahwa mayoritas responden setuju bahwa program acara reality show

memberikan gambaran kehidupan sesungguhnya yang terjadi di dalam kehidupan nyata.

Sudrajat (2009) dengan studi deskriptif peran media televisi dalam

sosialisasi pemilihan umum tahun 2009 diketahui bahwa televisi tidak hanya menjadi sarana hiburan bagi masyarakat yang komersial, namun media televisi memiliki peran sosial untuk memberi pembelajaran atau informasi kepada masyarakat tentang pemilihan umum (Pemilu) yang diselenggarakan pada tahun 2009. Media televisi memiliki peran penting

dalam sosialisasi perubahan-perubahan sistem pemilihan umum yangbaru diberlakukan. Di samping itu, dari hasil penelitiannya diketahui bahwa hambatan sosialisasi melalui media televisi kepada masyarakat adalah keterbatasan waktu atau durasi yang dirasakan kurang mencukupi untuk tercapainya tujuan sosialisasi tersebut.

Lesmana (2009) dalam studi korelasionalnya menyimpulkan terdapat korelasi positif (r = 0,884) antara program acara reality show dengan emosi pemirsa program acara tersebut, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara program acara reality show “Jika Aku Menjadi” dengan emosi pemirsa. Besarnya pengaruh program acara reality show“Jika Aku Menjadi” terhadap emosi pemirsa pada saat menyaksikan tayangan program televisi 78,2% dan sisanya (21,8%) dipengaruhi oleh faktor lain.


(40)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Televisi sebagai media massa memiliki fungsi dalam memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Aktualisasi fungsi televisi tersebut dilaksanakan dengan penyusunan, pembuatan dan penyiaran program-program acara televisi dan reality show sebagai salah satu program acara yang banyak ditayangkan oleh stasiun televisi di Indonesia, termasuk stasiun televisi TV One yang menayangkan program Sidak.

Keberadaan program acara yang ditayangkan televisi tidak luput dari perhatian pemerintah dan salah satu bukti, bahwa televisi hingga saatini menjadi salah satu fasilitasi yang dapat digunakan untuk sosialisasi kebijakan pemerintah yang terdapat dalam Perda. Kegiatan sosialisasi Perda didasarkan pada kurangnya pemahaman dan partisipasi warga masyarakat Jakarta terhadap masalah hukum dan peruntukan wilayah kota DKI Jakarta, selain itu sosialisasi juga diharapkan dapat membangun mekanisme untuk menjamin bahwa aspirasi masyarakat dapat ditampung, diterima sekaligus ditindaklanjuti dan menyampaikan hasilnya langsung kepada masyarakat.

Salah satu kegiatan sosialisasi Perda DKI Jakarta yang dipelopori oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DKI) Jakarta adalah Inspeksi Mendadak (Sidak) dan Iklan Layanan Masyarakat oleh Biro Hukum Provinsi DKI Jakarta di stasiun televisi TV One. Program acara televisi tersebut dinamakan “Program Sidak” dari DPRD DKI Jakarta, karena memberikan gambaran mengenai pentingnya pengetahuan hukum yang diatur dalam Perda. Untuk jelasnya dijabarkan dalam kerangka pemikiran pada Gambar 1.


(41)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan :

Sosialisasi Perda DKI Jakarta a. Perda No. 14 Tahun 1999

Tentang retribusi pelayanan persampahan dan kebersihan. b. Perda No. 12 Tahun 2003

Tentang lalu lintas angkutan jalan, kereta api, sungai, danau dan penyebrangan jalan di daerah Jakarta dan sekitarnya.

c. Perda No.2 Tahun 2005

Analisis Deskriptif

DPRD DKI Proses dan Dampak

Sosialisasi Perda DKI Jakarta

Reality Show “Sidak”

Publisitas

TV ONE

Teori FGD (focus group


(42)

Tentang pengendalian pencemaran lingkungan d. Perda No. 75 Tahun 2005

Tentang kawasan / larangan merokok 3.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian analisis deskriptif dan teori FGD (focus group discussion). Menurut Mardalis (2005), penelitian deskriptif adalah suatu metode yang bermaksud untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, dimana didalamnya terdapa-apat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang saat ini terjadi, atau dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara antara peubah-peubah yang ada, tetapi tanpa menguji hipotesa.

Menurut Iyah Afriani pada www.penalaran.com, teori FGD adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

3.2.1 Lokasi dan Waktu a. Lokasi

Lokasi penelitian ini di TV One, yang berkedudukan di Jalan Rawa Terate II No. 2 Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta 13260 Indonesia.

b. Waktu


(43)

3.2.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan mencari bahan penelitian melalui membaca buku, majalah, dan sebagainya juga mempelajari literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, serta mendalami dan memahami catatan-catatan perkuliahan, sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang menunjang penelitian. Di samping itu mempelajari dokumen yang ada di perusahaan, seperti company profile perusahaan, struktur organisasi dan dokumen pendukung lainnya.

Penelitian kepustakaan dilakukan dalam rangka mendapatkan data sekunder yang berkenaan dengan pendapatpara ahli mengenai pertelevisian, termasuk program acara reality show, sosialisasi Perda dan aspek lingkungan dalam perspektif komunikasi dan strategi pemasaran yang bersumber dari buku, jurnal penelitian baik yang berasal dari media cetak maupun media lain, termasuk website.

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi/ pengamatan dalam produksi program acara Sidak pada TV One dilakukan dengan cara mengamati program acara “Sidak”, baikpada saat penayangan acara tersebut maupun dengan mengamati Disc Video Data (DVD) program acaranya.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti (Usman dan Akbar, 2004). Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi, baik secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, atau memberikan daftar pertanyaan


(44)

(Lampiran1) untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi datayang diperoleh melalui observasi.

Data dalam penelitian ini didasarkan hasil wawancara dengan 10 narasumber yang berasal dari unsur-unsur masyarakat pemerhati pertelevisian, DPRD DKI, Pemda DKI dan pihak TV One, yang terdiri dari kepala/manajer marketing dan promosi, pimpinan produksi dan staf lainnya yang ikut membantu dalam mencari informasi yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini digunakan kriteria narasumber berusia di atas 30 tahun dan memiliki pendidikan minimal Diploma (D3), dengan harapan memiliki pengetahuan dan dapatmenjelaskan atau menjawab pertanyaan peneliti. Hal lainnya dideskripsikan seperti berikut: a. Pengelola Program Acara Reality Show.

b. Pemerintah Daerah, khususnya narasumber yang memiliki relevansi terhadap pokok permasalahan yang diteliti, yaitu dapat memberikan informasi atas sosialisasi peraturan tentang aspek lingkungan di bidang pemerintahan.

c. Pemirsa Program Acara Reality show, yang merupakan subyek penelitian dari sasaran sosialisasi peraturanpemerintah daerah. 3.2.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data didasarkan pendekatan kualitatif. Menurut Usman dan Akbar (2004), pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang dilakukan dalam situasi wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan secara umum bersifat kualitatif.

Data yang dikumpulkan merupakan data dari TV One yang digunakan untuk menggambarkan pelaksanaan program Sidak. Sedangkan pengolahan data dilakukan secara langsung dari pertanyaan-pertanyaan kepada nara-sumber (key informan), lalu dikumpulkan dan diolah untuk keperluan lebih lanjut (misal, tabulasi, tabel dan bentuk deskriptif lainnya).


(45)

Sedangkan metode pengolahan data teori FGD adalah mengungkapkan persepsi terhadap suatu tema dan menyatakan pendapat tentang suatu tema atau menanggapi pendapat sebelumnya. Adapun langkah-langkah teori FGD sebagai berikut :

1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan instruksi kegiatan.

2. Fasilitator menjelaskan tema tertentu yang akan didiskusikan seperti “politik dalam arti luas”, “politik praktis”, “partisipasi politik”, “pemilu”, “sadar politik dan partisipasi politik sebagai perwujudan iman Katolik”, dsb. serta menjelaskan latar belakang/ alasan pemilihan tema tersebut.

3. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mulai berdiskusi. 4. Setelah diskusi selesai, fasilitator mengucapkan terimakasih atas

partisipasi peserta.

Setelah diskusi kelompok terfokus selesai dilakukan, fasilitator bisa menganalisis catatan proses (notulensi) dan rekaman diskusi agar menghasilkan data-data kualitatif yang memaparkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memilih intisari pendapat peserta dengan cara memberi kode (coding) terhadap transkrip diskusi. Misalnya: memberi garis bawah pada kata/kalimat penting tertentu, memberi tanda/simbol pada bagian penting tertentu, atau menuliskan kata-kata kunci di samping paragraf tertentu pada transkrip diskusi.

2. Mengelompokkan hasil coding dalam kategori-kategori yang sama, dan mencermati keterkaitannya satu sama lain.

3. Menarik kesimpulan-kesimpulan analisis.


(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

TV One lahir pada tanggal 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB, merupakan saat bersejarah karena untuk pertama kalinya TV One mengudara dan mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari Istana Negara oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. TV One secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15tahun ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui program News and Sports yang dimiliki. Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport One,Info One, dan Reality One, TV One membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program.

Sebagai pendatang baru dalam dunia News, TV One telah mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para nara- sumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar TV One. Program berita hard news TV One dikemas dengan judul; Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (Medan, Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar semua Biro. Programini meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota Yang Berbeda Dalam Satu Layar”. Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis.

Tayangan Sport TV One akan meliputi pertandingan-pertandingan unggulan yang disiarkan langsung, mulai dari Kompetisi Sepakbola


(47)

Nasional (Copa Indonesia), Sepak Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga Belanda), Kompetisi Bola Basket Nasional (IBL) dan Bola Voli Nasional (ProLiga).

TV One juga menayangkan program-program Selected Entertainment

yang mampu memberikan inspirasi bagi para pemirsa untuk maju dan selalu berpikiran positif, tanpa unsur membodohi. Pada awal tahun ini, TVOne memiliki 26 stasiun pemancar dan pada akhir tahun akan menjadi 37 stasiun pemancar diberbagai daerah dengan jumlah potensi pemirsa 162 juta pemirsa. Melalui perkembangan tersebut, diharapkan penyebaran semangat TVOne untuk mendorong kemajuan bangsa dapat terealisasi dengan baik. 4.1.1 Visi, Misidan Logo

a. Visi

”TV One secara korporasi mempunyai visi untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa”.

b. Misi

1) Menjadi stasiun TV Berita & Olahraga nomor satu.

2) Menayangkan programNews & Sport yang secara progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas. 3) Memilih program News&Sport yang informatif dan inovatif dalam

penyajian dan kemasan. c. Logo

1) Warna Merah dan Putih melambangkan Indonesia.

2) Lingkaran dengan angka 1 didalamnya merupakan simbol persatuan. 3) Penggunaan kalimat berbahasa Inggris. ”TV One”, menunjukkan

kesiapan TV One dalam kancah pertelevisian global dan mudah dipahami oleh mitra kerja TV One yang berada di luar negeri, serta mencerminkan optimisme kebangsaan, sebagai bangsa Indonesia yang ingin maju.


(48)

4.1.2 Manajemen dan Struktur Organisasi TV One

Setiap organisasi, baik yang sederhana maupun kompleks, komersil maupun non komersil pastinya mempunyai struktur organisasi. Mengingat struktur organisasi tersebut menggambarkan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian (divisi). Struktur organisasi yang digunakan oleh TV One adalah struktur organisasi garis dan staf (line-staf organization).

Mengenai uraian tugas dari masing-masing jabatan pada struktur organisasi TV One, terutama yang berkaitan dengan divisi pemasaran, divisi progam, divisi produksi dan divisi pemberitaan/penyiaran dimuat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur organisasi TVOne President Director

Information Technology Division

General Affair Division

Finance and Accounting Division

Human Resource Division Marketing and

Sales Division Programming

Division Production and Facilities Division

News Operation Division

News Director

Operation Director Finance and Corporate

AffairDirector Vice President


(1)

Nama : Revo Satya Rurut Usia : 43 Tahun

Pendidikan : S1

Jabatan : Produser dan Sutradara Production House

1. Apakah yang anda ketahui tentang Reality Show ? bila ya, yang disebut baik dan buruk dari jabarannya.

Reality show adalah suatu kemasan acara TV yang menunjuk pada keadaan realitas sehari-hari, yang dalam kehidupan sosial dikemas dalam bentuk program TV. Dari sisi baiknya, dengan menonton ”Sidak” tersentuh dan menyadari akan kekeliruan atau kesalahan selama ini yang tidak mematuhi

Perda, sedangkan dari sisi buruknya, terlihat vulgar atau kegiatan yang pernah dilakukan terlalu terbuka (apa ada yang terlihat tanpa ditutup-tutupi).

2. Apakah tujuan dan manfaat sosialisasi peraturan di televisi, jika ditinjau dari sudut pemahaman dan kesadaran para pemirsa televisi ?

Acara “Sidak“ ini merupakan bentuk hiburan, juga memiliki pesan moral yang baik untuk disampaikan kepada masyarakat, agar dapat mengerti dan

memahami dengan baik atas tayangan ini.

3. Apakah aspek lingkungan di bidang pemerintahan yang menjadi perhatian dari sosialisasi ini telah dapat dipahami dengan baik oleh para pemirsa

televisi ?

Dalam sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) oleh DPRD kepada masyarakat yang belum mematuhi peraturan diharapkan dapat mematuhi peraturan daerah. Untuk itu, suatu tayangan televisi harus dapat menginspirasikan orang lain untuk menyadari akan kekeliruannya selama ini di dalam mentaati Perda, terutama untuk warga Jakarta, untuk itu harus ada desain (acara) yang dapat membuat orang menyadari akan kesalahannya selama ini. Oleh karena itu, dengan menonton acara Sidak di TV One, pemirsa tergugah untuk selalu sadar dalam mentaati setiap peraturan.

4 Apa yang anda ketahui tentang Perda,baik definisi maupun implementasinya ?

Perda merupakan suatu aturan yang dibuat oleh Pemda DKI Jakarta untuk meluruskan sesuatu agar orang mengetahui mana yang diperbolehkan dan


(2)

5. Apakah implikasi nyata dari penayangan Reality Show di TV One bagi penyusunan kebijakan Sidak oleh Perda DKI Jakarta bagi masyarakat ? Masyarakat antusias jika melihat Sidak melalui tayangan televisi, karena dilihat dari sisi pemerintah juga dikatakan lebih efektif atas sosialisasi kebijakan/peraturan daerah yang menjadi tugas DPRD DKI Jakarta dengan membuatnya ke dalam bentuk reality show di televisi, karena dibandingkan media lainnya seperti radio, televisi dinilai lebih baik.

6. Apakah aspek lingkungan di bidang pemerintahan yang menjadi perhatian dari sosialisasi ini telah dapat dipahami dengan baik oleh para pemirsa

televisi ?

Perda yang dibuat dan disosialisasi dalam bentuk reality show amat menarik untuk ditonton masyarakat, sehingga nantinya akan lebih memahami dan mentaati Perda yang memang dibuat untuk memberikan manfaat bagi para pemirsa, khususnya TV One.

7. Bagaimanakah dukungan masyarakat atau kelompok profesi terhadap program acara dan sosialisasi Perda DKI Jakarta di televisi ?

Masyarakat terus mendukung acara Sidak ini, karena memang lebih banyak menunjukkan hal positif bagi masyarakat untuk lebih mentaati Perda dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melanggarnya.


(3)

Nama : Zulhamsyah Usia : 49 Tahun Pendidikan : S1

Jabatan : Humas DPRD DKI Jakarta

1. Apakah yang anda ketahui tentang Reality Show ? bila ya, yang disebut baik dan buruk dari jabarannya.

Reality Show adalah acara yang merekam apa adanya tentang berbagai hal di kehidupan masyarakat dan sebagai cerminan dirinya apabila berhadapan

dengan persoalan yang akan terjadi dan sudah mengetahui antisipasinya. Baik dan buruknya menonton acara Sidak adalah tergantung pada diri pribadinya masing-masing yang menanggapinya

2. Apa yang anda ketahui tentang Perda,baik definisi maupun implementasinya ? Perda merupakan suatu aturan yang mengikat masyarakat dan juga produk hukum hasil dari kesepakatan anggota legislatif dan eksekutif yang harus ditaati masyarakat. Dalam hal ini legislatif harus mengontrol pekerjaan eksekutif.

3. Apakah aspek lingkungan di bidang pemerintahan yang menjadi perhatian dari sosialisasi ini telah dapat dipahami dengan baik oleh para pemirsa

televisi ?

Sebagian besar sudah memahami dengan baik dari sosialisasi melalui acara Sidak.

4. Siapakah yang terlibat dalam modifikasi program acara dan sosialisasi Perda DKI Jakarta di televisi ?

Fungsi legislatif melakukan secara bersama–sama dengan pemerintah dalam menyusun anggaran, juga membuat suatu peraturan dan pengawasan. Sedangkan untuk peran Humas sendiri adalah memfasilitasi peran DPRD

dalam mensosialisasikan Perda kepada masyarakat, sehingga dalam benak masyarakat tidak terpikir, peran DPRD tidak ada, atau kerja anggota dewan hanya duduk, diam dan dengar saja, tetapi tidak ada tindakan nyata, atau berbuat sesuatu untuk masyarakat.


(4)

5. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan program sosialisasi Perda DKI Jakarta melalui program acara “Sidak“ di TV One ?

Yang sesuai adalah fungsi controling, karena terkesan tertangkap basah secara langsung. Dalam hal ini masyarakat dapat melihat bukti nyata cerminan perilaku warga DKI Jakarta.

6. Bagaimanakah dampak yang diharapkan atas penayangan program TV Reality Show “Sidak“ di TV One ?

Agar masyarakat merasakan arti pentingnya mentaati Perda dengan tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.

7. Apakah implikasi nyata dari penayangan Reality Show di TV One bagi penyusunan kebijakan Sidak oleh Perda DKI Jakarta bagi masyarakat ?

Implikasi nyata dapat dilihat dalam pelaksanaannya. Akan tetapi kalau proses penyusunan suatu peraturan tersebut tidak sesuai, maka perencanaan peraturan lebih tepat disosialisasikan melalui talk show, maka dengan Sidak lebih tepat pelaksanaannya.


(5)

Nama : Achmad Husin Alaydrus Usia : 42 Tahun

Pendidikan : S1

Jabatan : Anggota DPRD DKI Jakarta

1. Apakah yang anda ketahui tentang Reality Show ? bila ya, yang disebut baik dan buruk dari jabarannya ?

Reality Show merupakan suatu program yang mengangkat kehidupan sehari-hari yang diangkat dalam bentuk acara reality show. Sedangkan

mengenai kebaikan dan keburukannya melihat acara reality show “Sidak” di TV One adalah acara ini tidak membohongi pemirsa, serta dibuat apa adanya dan buruknya dapat memancing emosi orang yang melihatnya.

2. Apa yang menjadi tujuan TV One dalam menayangkan reality show “Sidak“ di TV One ?

Dalam sisi kehidupan nyata terlihat bahwa acara ini dapat memberikan perhatian yang lebih, terutama agar pemirsa taat pada Perda.

3. Apakah fungsi televisi, dalam hal ini program Reality Show di TV One telah mengadopsi prinsip-prinsip penerangan, pendidikan dan hiburan ?

Program Sidak termasuk dalam fungsi televisi sebagai penerangan dan pendidikan, serta hiburan bagi masyarakat untuk melaksanakan peraturan, terutama Perda.

4. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan program sosialisasi Perda DKI Jakarta melalui program acara “Sidak“ di TV One ?

yang menjadi dasar adalah TV One memberitakan Perda dari sisi berbeda dan acara Sidak melalui reality show lebih mudah dipahami dibanding dengan

program lain, seperti talkshow yang dinilai membosankan pemirsa.

5. Bagaimanakah dampak yang diharapkan atas penayangan program TV reality show “Sidak“ di TV One ?

Dengan menonton acara “Sidak” di TV One, pemirsa menyadari akan kekeliruan dalam memahami Perda, sehingga tidak mengulangi kesalahan atau melanggar peraturan (Perda).


(6)

6. Apakah aspek lingkungan di bidang pemerintahan yang menjadi perhatian dari sosialisasi ini telah dapat dipahami dengan baik oleh para pemirsa

televisi ?

Dalam mensosialisasi Perda, pemerintah bersama-sama dengan DPRD saling melengkapi, maka dari itu dengan melihat acara “Sidak” di TV One

tersebut, pemirsa lebih memahami bahwa Perda bukan hanya sebatas

peraturan semata, tetapi juga menyangkut pelaksanaannya, yaitu apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.