Customer Relationship Management Untuk Penetapan Strategi Penjualan Menggunakan Teknik Association Rules Mining
CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT
UNTUK PENETAPAN STRATEGI PENJUALAN
MENGGUNAKAN TEKNIK ASSOCIATION RULES MINING
SKRIPSI
Triyoda Arrahman
F34070118
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
(2)
CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT
FOR DETERMINING OF SALES STRATEGY
USING ASSOCIATION RULES MINING TECHNIQUE
Triyoda Arrahman
Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricurtural Technology, Bogor
Agricultural Technology, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,
Indonesia.
Phone 62 21 8468904, e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Business competition is the most important factor to develop a marketing system for a more effective and efficient marketing system in an industry. Customer Relationship Management (CRM) is a marketing Management system which can be a solution to face an increasingly competitive business. CRM includes cross-up selling, analysis of affinity products, and bundling of products that can be used as an alternative solution in marketing strategy system in an industry. Revenue of a company can be improved through cross selling where sale the additional product with the major products. Customer Relationships can improve customer satisfaction.
This research discusses an analysis of sales transaction data from an agro-industrial company with tires products using Association Rules Mining technique. The result from this work shows the strategy of sales can be made using value of support, confidence and improvement. Determining of sales strategy makes to sell products which have complementary products with a value is higher than the base product and have confidence level> 50%. It shows that sell in up-selling (offering products that have higher prices of basic products) also can be done.
Keywords: Business Competition, CRM (Customer Relationship Management), Sales Strategy, Data mining, Association Rules Mining, Cross Selling and Up Selling Strategy
(3)
TRIYODA ARRAHMAN. F34070118. Customer Relationship Management Untuk Penetapan Strategi
Penjualan Menggunakan Teknik Association Rules Mining. Di bawah bimbingan Taufik Djatna. 2011
RINGKASAN
Customer Relationship Management (CRM) merupakan suatu sistem manajemen pemasaran yang dapat menjadi solusi dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif. CRM mencakup
cross/up selling, product affinity analysis, dan product bundling yang dapat digunakan sebagai alternatif
solusi dalam penentuan sistem strategi penjualan di suatu industri. Revenue perusahaan dapat semakin
ditingkatkan melalui penjualan secara Cross Selling, dimana dilakukannya penjualan produk dengan
produk komplementernya sehingga semakin dapat dikenalinya perilaku pelanggan dan dapat menghasilkan strategi penjualan yang akan menghasilkan hubungan pelanggan yang semakin terjaga serta semakin meningkatnya kepuasan pelanggan terhadap sistem pemasaran perusahaan. Penelitian ini akan melakukan analisis terhadap data transaksi penjualan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
agroindustri dengan produk ban menggunakan teknik Association Rules Mining untuk dihasilkan strategi
penjualan cross-selling. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan nilai support asosiciation rule untuk mengetahui ukuran yang menunjukkan
tingkat dominasi Item Set dari keseluruhan transaksi (misalkan dari seluruh transaksi yang ada,
seberapa besar kemungkinan item A dan item B dibeli secara bersamaan).
2. Mendapatkan nilai confidence association rule untuk mengetahui ukuran yang menyatakan
hubungan antara dua item secara conditional (misalkan seberapa sering item A dibeli, jika pelanggan membeli item B).
3. Mendapatkan nilai improvement association rule untuk mengetahui ukuran yang menyatakan
besarnya kemungkinan dua item dapat dibeli secara bersamaan.
4. Mendapatkan hipotesis strategi pemasaran cross-selling sehingga revenue dari perusahaan
dapat semakin meningkat.
Penetapan strategi penjualan yang dilakukan diantaranya adalah melakukan penjualan produk
yang memiliki produk komplementer dengan nilai (value) yang lebih tinggi dari produk yang
bersangkutan dan keduanya memiliki tingkat confidence >50%. Hal ini mengindikasikan terciptanya
peluang untuk menjual secara up-selling (melakukan penjualan yang lebih bernilai). Pada penelitian ini
dari analisis perhitungan support score dihasilkanproduk yang paling mendominasi Item Set adalah ketika
pelanggan membeli produk B (produk Passanger Broad Market) dengan nilai support score 55% .
Umumnya, rules Item Set mempunyai nilai confidence >50%. Hal ini menunjukkan bahwa rules Item Set
tersebut dapat digunakan dalam menentukan strategi penjualan. Dan dari menghitung improvement score,
nilai improvement score terbesar (4.742) adalah jika membeli produk D (produk Passanger High
Performance) kemudian membeli produk F (produk Ultra Light Truck Radial). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemungkinan dua item tersebut dapat dibeli secara bersamaan sangatlah tinggi. Proses
perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan 22 rules yang dapat digunakan dalam menentukan strategi
penjualan cross selling dengan menghitung nilai support, confidence dan improvement pada semua rules
(4)
TRIYODA ARRAHMAN. F34070118. CustomerRelationshipManagement for Determining Of Sales
Strategy Using AssociationRules Mining Technique. Supervised by Taufik Djatna. 2011
SUMMARY
Business competition is the most important factor to develop a marketing system for a more effective
and efficient marketing system in an industry. CustomerRelationshipManagement (CRM) is a marketing
Management system which can be a solution to face an increasingly competitive business. CRM includes
cross-up selling, analysis of affinity products, and bundling of products that can be used as an alternative solution in sales strategy system in an industry. Revenue of a company can be improved through cross selling where sale the additional product with the major products. CustomerRelationships can improve
customer satisfaction. This research discusses an analysis of sales transaction data from an agro-industrial
company with tires products using Association Rules Mining technique. The purposes of this work are:
1. Getting support score of association rule to know size of dominate level of Item Set from all transaction (example from all existing transaction, how big possibility of item of A and item of B bought concurrently
2. Getting confidence score of association rule to know size of relation between two item by
conditional (example how often item of A bought, if customer buy item of B
3. Getting improvementscore of association rule to know size of possibility level of two item can
buy concurrently
4. Getting hypothesis of marketing strategy of cross-selling.
CRM includes cross-up selling, analysis of affinity products, and bundling of products can be used as
an alternative solution in sales strategy system in an industry. Sales Strategy of crossselling in this work
created from support, confidence, and improvement scores. From calculating of support scores, the
biggest size of dominate level of rule Item Set is when customer buy product B (passenger broad market
product) with 55 % support score. In generally, the rules of Item Set have confidence level> 50%. It
illustrate that the rules Item Set can be use for determine sales strategy. And from calculating of
improvement score process, the biggest improvementscore (4.742) is If Buy D (Product Passenger High Performance) Then Buy F (Ultra Light Truck Radial). It illustrate that the possibility level of two item can
buy concurrently is very high. The calculations have resulted 22 rules significantly for used to determine
(5)
CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT
UNTUK PENETAPAN STRATEGI PENJUALAN
MENGGUNAKAN TEKNIK
ASSOCIATION RULES MINING
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Triyoda Arrahman
F34070118
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
(6)
Judul Skripsi
:
Customer Relationship Management
Untuk Penetapan Strategi
Penjualan Menggunakan Teknik
Association Rules Mining
Nama
: Triyoda Arrahman
NIM
: F34070118
Menyetujui,
Pembimbing,
(Dr. Eng. Taufik Djatna, STP, MSi.)
NIP. 19700614 199512 1001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)
NIP. 19621009 198903 2 001
(7)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul
Customer
Relationship Management Untuk Penetapan Strategi Penjualan Menggunakan
Teknik Association Rules Mining
adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen
Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Yang membuat pernyataan
Triyoda Arrahman
F34070118
(8)
© Hak cipta milik Triyoda Arrahman, tahun 2011
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor,
sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan
(9)
BIODATA PENULIS
Penulis lahir di Jakarta, 18 September 1989 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Haryono Irfanda dan Ida Latifah. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Jatirahayu VI Bekasi Jawa Barat pada tahun 2001, lalu menyelesaikan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 259 Jakarta Timur pada tahun 2004, kemudian menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 48 Jakarta Timur pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan Kepanitiaan kegiatan baik lingkup internal maupun eksternal, antara lain penulis pernah aktif di Organisasi BEM TPB IPB periode 2007-2008 sebagai Staf Pengembangan Minat dan Bakat dan pada periode 2009-2010 penulis juga aktif sebagai Staf Kebijakan Daerah di BEM KM IPB. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di dunia Basket yaitu menjadi Ketua Club Basket Fakultas Teknologi Pertanian Periode 2010-2011. Pada tahun 2008 penulis menjadi Ketua TPB (Tingkat Persiapan Bersama) CUP BEM TPB IPB dan pada tahun 2010 penulis menjadi Ketua Pelaksana Bedah Bogor 2010 BEM KM IPB. Selain itu selama berkuliah di IPB penulis juga pernah menjadi Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Atsiri Fair tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian di Gedung Alumni IPB, Bogor, Jawa Barat. Penulis juga pernah melakukan praktek lapang di PT.
(10)
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Customer Relationship Management
Untuk Penetapan Strategi Penjualan Menggunakan Teknik Associative Rules Mining”.
Keberhasilan atas pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan orang-orang di sekeliling penulis, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga penulis, Ayahanda Haryono Irfanda, Ibunda Ida Latifah, Kakak Iis
Nofriadani dan Muhammad Hadid Putra, SP. Terima kasih atas curahan kasih sayang dan dukungannya selama ini terhadap penulis.
2. Dr. Eng. Taufik Djatna, S.T.P, MSi. selaku pembimbing akademik penulis, terima kasih
atas segala bimbingannya.
3. Bapak Bapak Dr. Ir. Sukardi, MM dan Ibu Dr. Ir. Indah Yuliasih, M.Si. selaku tim penguji,
terima kasih atas segala bimbingan dan saran terhadap penulis.
4. Dosen dan Staf Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor
5. Resa Denasta Syarif, terima kasih atas dukungan dan semangatnya untuk selalu
memberikan dorongan motivasi kepada penulis
6. Novina Eka S, Firdaus Karimuddin, Pralingga Saputra, Agung Utomo, Ayuningtyas, Zafira
Kanara, Irfina Febianti, Rizky Bachtiar, Khairunnisa, Septiyanni, Shiva Amwaliya, Lutvi Setiono, Nova Afriyanti, Eko Nopianto, Iqbal Ardiwibowo, Muthia Dwi Astri, Mas Teguh, Kak Syaifudin, Kak Faqih, terima kasih atas persahabatan dan rasa kekeluargaan teman-teman dan kakak-kakak selama di Labkom dan di lingkungan TIN FATETA IPB.
7. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, dan Institut Pertanian Bogor yang telah mendukung penulis selama ini dan membantu penulis selama menimba ilmu di jurusan Teknologi Industri Pertanian.
8. Teman-Teman Club Basket Fateta IPB, Jakda BEM KM IPB 2010, PEMIKAT BEM TPB
2008.
9. Teman-teman Pondok Handayani Balio, Darmaga, Bogor.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
(11)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ...
11.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Ruang Lingkup ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ...
32.1 Customer Relationship Management ... 3
2.2 Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek dan Unified Modelling Languange .... 4
2.3 Ban ... 5
2.3.1 Karet (Bahan Baku Utama Ban) ... 5
2.3.2 Sifat-Sifat Karet Alam ... 6
2.3.3 Penggunaan Karet Alam ... 6
2.3.4 Proses Pembuatan Ban ... 6
2.4 Penelitian Terdahulu ... 9
III. METODOLOGI PENELITIAN ...
103.1 Kerangka Kerja Penelitian ... 10
3.1.1 Analisis Sistem ... 10
3.1.2 Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek ... 11
3.1.3 Tahap Implementasi Sistem ... 11
3.1.4 Verifikasi Sistem ... 11
3.2 Metode Penelitian ... 12
3.2.1 Sumber Data Transaksi ... 12
3.2.2 Formulasi Association Rules Mining ... 14
3.2.3 Analisis RFM (Recency, Frequency, Monetary)... 15
3.2.4 Desain Eksperimen ... 17
3.2.5 Indikator Penelitian ... 17
IV. ANALISIS SISTEM ...
184.1 Konfigurasi Input, Proses, Output ... 18
4.2 Analisis Kebutuhan Informasi Penggunaan ... 19
4.3 Hubungan Antar Pelaku ... 20
4.4 Kebutuhan Fungsional Sistem ... 20
4.4.1 Kebutuhan Perangkat Lunak dan Perangkat Keras ... 20
4.4.2 Kebutuhan Tenaga ... 20
(12)
xiii
V. PEMODELAN OBJEK DAN BASIS DATA ...
225.1 Use Case Diagram (Diagram Kasus) ... 22
5.2 Activity Diagram (Diagram Aktifitas) ... 24
5.3 Statechart Diagram (Diagram Kondisi) ... 26
5.4 Class Diagram (Diagram Kelas) ... 27
5.5 Desain Basis Data ... 29
5.5.1 CDM (Conceptual Data Model) ... 30
5.5.2 PDM (Physical Data Model) ... 30
VI. IMPLEMENTASI MODEL CRM ...
336.1 Transformasi Desain ... 33
6.2 Penetapan Strategi Penjualan Menggunakan Nilai-Nilai Association Rules Mining (Support, Confidence, Improvement) dan Analisis RFM (Recency, Frequency, Monetary) ... 33
6.3 Evaluasi ... 36
6.3.1 Verifikasi... 36
6.3.2 Validasi ... 42
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ...
457.1 Kesimpulan ... 45
7.2 Saran... 45
DAFTAR PUSTAKA ...
46(13)
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Variabel Harga Untuk Analisis Monetary Pada Setiap Produk ... 15
Tabel 2. Penetapan Strategi Penjualan 1 ... 34
Tabel 3. Penetapan Strategi Penjualan 2 ... 35
Tabel 4. Penetapan Strategi Penjualan 3 ... 36
Tabel 5. Hasil Analisis FrequentItem Set K-Item Set=1 ... 37
Tabel 6. Hasil Analisis FrequentItem Set K-Item Set=2 ... 38
Tabel 7. Hasil Perhitungan Nilai Support K-Item Set=1... 41
Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai Support, Confidence, Improvement K-Item Set=2... 41
(14)
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hevea Brasiliensis ... 5
Gambar 2. Tahapan Pengembangan Sistem... 10
Gambar 3. Proses Frequent Item Set Didalam Algoritma Association Rules Mining... 12
Gambar 4. Formulasi Association Rules Mining ... 13
Gambar 5. Analisis Pre-processing Data menggunakan Clustering K-Means ... 14
Gambar 6. Flowchart Analisis RFM ... 16
Gambar 7. DFD (Data Flow Diagram) Tingkat 0 ... 18
Gambar 8. DFD (Data Flow Diagram) Tingkat 1 ... 19
Gambar 9. Diagram Kasus ... 23
Gambar 10. Diagram Aktifitas... 25
Gambar 11. Diagram Keadaan Sub Sistem Login ... 26
Gambar 12. Kelas customer dan kelas file transaksi ... 27
Gambar 13. Diagram Kelas ... 28
Gambar 14.CDM (Conceptual Data Model) ... 31
Gambar 15. PDM (Physical Data Model) ... 32
Gambar 16. Tampilan Halaman Analisis FrequentItem Set Program PSP 1.0 ... 38
Gambar 17. Tampilan Halaman Analisis FrequentItem Set K-Item Set=1 Program PSP 1.0 ... 39
Gambar 18. Tampilan Halaman Analisis FrequentItem Set K-Item Set=2 Program PSP 1.0 ... 39
Gambar 19. Tampilan Halaman Analisis FrequentItem Set K-Item Set=3 Program PSP 1.0 ... 40
(15)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabulasi Hasil Analisis RFM (Recency, Frequency, Monetary) ... 47
Lampiran 2. Tabulasi Database dalam MySQL Hasil Generate dari Diagram Kelas ... 49
Lampiran 3. Statechart Diagram Sub Sistem Transaksi ... 50
Lampiran 4. Statechart Diagram Sub Sistem Analisis Frequent Item Set ... 51
Lampiran 5. Statechart Diagram Sub Sistem Penentuan Strategi Penjualan ... 52
Lampiran 6. Statechart Diagram Sub Sistem Perhitungan Support... 53
Lampiran 7. Statechart Diagram Sub Sistem Perhitungan Nilai Confidence ... 54
Lampiran 8. Statechart Diagram Sub Sistem Perhitungan Improvement... 55
(16)
1
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Customer Relationship Management (CRM) dapat didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut (Tsiptsis dan Chorianopoulos, 2009).
Kegiatan CRM dalam perusahaan pada dasarnya bertujuan supaya perusahaan dapat mengenali pelanggan secara lebih detail dan melayani mereka sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip fokus terhadap pelanggan menjadi prinsip dasar penerapan CRM di perusahaan. CRM
sendiri memiliki arti sebuah proses bisnis atau kegiatan marketing yang mengelola seluruh aspek
dari daur hidup pelanggan, mulai acquisition, fulfillment, sampai retention. Strategi komprehensif
perusahaan terhadap penerapan CRM ini membuat setiap proses dari daur hidup pelanggan dapat dimanfaatkan dengan optimal (Danardatu,2007).
Peningkatan revenue perusahaan merupakan dampak yang paling bisa dirasakan. Ketika
sebuah strategi cross-selling dijalankan, fokus utama perusahaan tidak lagi kepada bagaimana
mendapatkan pelanggan baru yang potensial (prospectingcustomer), tetapi bagaimana menjual
lebih banyak produk kepada pelanggan yang sudah ada (existing customer). Sebuah literatur
menyebutkan bahwa biaya (cost) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan
pelanggan baru lebih mahal sepuluh kali lipat jika dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Sebagai bagian dari CRM, cross-selling harus didahului oleh analisis yang mendalam
mengenai data transaksi pelanggan dengan menggunakan konsep data mining yang melibatkan
proses pengambilan sumber informasi dari sebuah transaksi pelanggan yang mencakup produk
apa yang mereka beli, perilaku pembelian pelanggan, dan lain-lain. Data mining dapat
membantu mempercepat proses pengambilan keputusan secara cepat dan memungkinkan perusahaan untuk mengelola informasi yang terkandung di dalam data transaksi menjadi sebuah
pengetahuan (knowledge). Lewat pengetahuan yang didapat, perusahaan dapat meningkatkan
pendapatannya dan mengurangi biaya. Pada akhirnya di masa yang akan datang perusahaan dapat lebih kompetitif.
Association rules mining (associative rules mining) adalah suatu metode data mining yang
bertujuan untuk mencari sekumpulan items yang sering muncul bersamaan. Umumnya
association rules mining ini dianalogikan dengan keranjang belanjaan. Dari keranjang belanjaan para pengunjung supermarket akan dapat diketahui, barang apa saja yang sering dibeli bersamaan
dan barang mana saja yang tidak. Dengan begitu association rules mining dapat menjadi suatu
metode yang berfungsi untuk menganalisis strategi pemasaran secara cross-selling.
1.2
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan nilai support association rules mining untuk mengetahui ukuran yang
menunjukkan tingkat dominasi Item Set dari keseluruhan transaksi (misalkan dari seluruh
(17)
2
2. Mendapatkan nilai confidence association rules mining untuk mengetahui ukuran yang
menyatakan hubungan antara dua item secara conditional (misalkan seberapa sering item A
dibeli, jika pelanggan membeli item B).
3. Mendapatkan nilai improvement association rules mining untuk mengetahui ukuran yang
menyatakan besarnya kemungkinan dua item dapat dibeli secara bersamaan.
4. Mendapatkan hipotesis strategi pemasaran cross-selling CRM.
1.3
Ruang Lingkup
Penulis membatasi kajian penelitian customer relationship management untuk penetapan
strategi penjualan menggunakan teknik association rules mining meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi data dan informasi transaksi penjualan mengunakan teknik data mining
dengan metode association rules mining pada perusahaan yang menerapkan (CRM)
Customer Relationship Management
2. Penyusunan sistem penetapan strategi penjualan (PSP) yang merupakan program
pemprosesan strategi penjualan cross-selling dari data transaksi penjualan menggunakan
teknik association rules mining. Data-data yang digunakan untuk melakukan verifikasi dan
validasi sistem didapatkan dari salah satu perusahaan agroindustri yang bergerak dalam industri ban.
(18)
3
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Customer Relationship Management
CRM merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi dan pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinkan untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan (Anonim,2010). CRM dapat didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan,
pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. CRM mencakup cross/up selling, product
affinity analysis, dan product bundling yang dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam sistem strategi penjualan di suatu industri. Cross-selling didefinisikan sebagai "setiap tindakan atau praktek menjual antara atau di antara klien, pasar, pedagang, dll" atau "yang menjual produk tambahan atau jasa kepada satu pelanggan yang sudah ada." (Harding,2002). CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut (Anonim,2010)
Kegiatan CRM dalam perusahaan pada dasarnya bertujuan supaya perusahaan dapat mengenali pelanggan secara lebih detail dan melayani mereka sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip fokus terhadap pelanggan menjadi prinsip dasar penerapan CRM di perusahaan. CRM
sendiri memiliki arti sebuah proses bisnis atau kegiatan marketing yang mengelola seluruh
aspek dari daur hidup pelanggan, mulai acquisition, fulfillment, sampai retention. Strategi komprehensif perusahaan terhadap penerapan CRM ini membuat setiap proses dari daur hidup pelanggan dapat dimanfaatkan dengan optimal. Perusahaan tidak dapat memberikan pelayanan yang sama kepada semua pelanggan karena pada kenyataannya tidak semua pelanggan memberikan keuntungan maksimal kepada perushaaan. Sesuai dengan hukum 80 : 20, di antara 100 % pelanggan yang dimiliki perusahaan, hanya sekitar 20 % yang dapat memberikan keuntungan maksimal (Danardatu,2007).
CRM menjadi semakin penting bagi semua organisasi yang ingin memberikan layanan yang lebih baik kepada konsumen mereka dengan biaya yang cukup rendah, CRM mempunyai dua tujuan utama:
1. Mempertahankan pelanggan hingga mencapai kepuasan pelanggan.
2. Pengembangan customer hingga mengerti pelanggan secara mendalam. Data mining
bertujuan untuk mengekstrak pengetahuan dan arti yang mendalam dengan
menganalisis data yang besar menggunakan teknik modeling yang kompleks.
Data mining dalam CRM digunakan untuk:
1. Mengidentifikasi model data
2. Memahami perilaku konsumen
3. Memprediksi perilaku konsumen. (Tsiptsis dan Chorianopoulos, 2009)
2.2
Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek dan Unified Modeling
Languange
Menurut (O’Brien,2008) proses pengembangan sistem informasi umumnya meliputi
(19)
4
dibutuhkan oleh pemakai akhir yang menghasilkan persyaratan fungsional dan digunakan sebagai dasar desain sistem informasi yang dibuat. (2) Desain Sistem merupakan serangkaian aktivitas-aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan fungsional pada tahap analisis sistem. (3) Pengembangan pemakai akhir merupakan tahap merubah dari konsep desain pada tahap sebelumnya menjadi sebuah perangkat aplikatif yang sesuai kebutuhan pengguna akhir. Pada penelitian ini, metode pengembangan sistem yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sistem berorientasi objek yang dapat secara cepat dan jelas memodelkan dan membangkitkan solusi seperti di dunia nyata. Tahapmetode perancangan sistem menggunakan UML. Unified Modeling Language (UML)
digunakan untuk menentukan, visualisasi, memodifikasi, membangun dan
mendokumentasikan artifak dari sistem yang didasarkan pada pengembangan perangkat lunak berorientasi objek (Foldoc, 2001)
Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam pemodelan untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak (Bennet et al., 2001) menambahkan UML adalah bahasa visual yang menyediakan cara bagi orang untuk menganalisis dan mendesain sebuah sistem berorientasi obyek yang bertujuan untuk menvisualisasi, konstruksi, dan dokumentasi proses pembuatan sistem. Keunggulan utama yang dimiliki pemodelan ini adalah kemampuannya dalam memodelkan menyerupai kehidupan nyata, sehingga sistem yang dihasilkan mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat lebih natural, karena umumnya manusia berfikir dalam bentuk objek 2. Pembuatan sistem memakan waktu lebih cepat.
3. Memudahkan dalam proses pemeliharaa sistem, karena jika ada kesalahan, perbaikan hanya dilakukan pada bagian tersebut, tidak perlu mengurutkan dari awal.
UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk
memiliki makna tertentu, sedangkan syntax UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk
tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada
sebelumnya: Grady Booch-OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh-OMT (Object
Modeling Technique), dan Ivar Jacobson-OOSE (Object-Oriented Software Engineering). Pada era tahun 1990-an banyak metodologi pemodelan berorientasi objek bermunculan, diantaranya adalah:(1) metodologi Booch, (2) metodologi Coad, (3) metodologi OOSE, (4) metodologi OMT, (5) metodologi Shlaer-Mellor, (6) metodologi Wirfs-Brock, dan
sebagainya. Masing-masing metodologi membawa notasi sendiri-sendiri, yang
mengakibatkan timbul masalah baru apabila kita bekerjasama dengan group/perusahaan lain yang menggunakan metodologi yang berlainan. Oleh karena itu, pada bulan Oktober 1994
Booch, Rumbaugh dan Jacobson, yang merupakan tiga tokoh yang metodologinya banyak
digunakan, mempelopori usaha untuk penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Pada tahun 1995 dikeluarkan draft pertama dari UML (versi 0.8). Sejak tahun 1996
pengembangan tersebut dikoordinasikan oleh Object Management Group (OMG). Tahun
1997 UML versi 1.1 muncul, dan saat ini telah mencapai versi 2.0. Sejak saat itulah UML telah menjadi standar bahasa pemodelan untuk aplikasi berorientasi objek (Syaifudin, 2011). Pada dasarnya UML memuat diagram-diagram pemodelan sistem yang terdiri dari:
1. Use case diagram (diagram kasus). 2. Class diagram (diagram kelas). 3. Object diagram (diagram objek). 4. Statechart diagram (diagram keadaan).
(20)
5
5. Activity diagram (diagram aktivitas).6. Sequence diagram (diagram urutan ). 7. Component diagram (diagram komponen). 8. Deployment diagram (diagram penyebaran). 9. Collaboration diagram (diagram kolaborasi).
Namun dalam prakteknya tidak semua diagram harus dibuat,. disesuaikan dengan kebutuhan dan kompleksitas sistem yang akan dikembangkan (Nugraha,2005).
2.3
Ban
2.3.1
Karet
Gambar 1. Hevea brasiliensis (Anonim,2011)
Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4-poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet. Bentuk utama dari karet
alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir
semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi (Malcom,2001).
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para
atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga
menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo
manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II,
sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah
perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa
dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara
sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan (Anonim,2011).
Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari 5000 hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan pertama bersifat [[isomer|trans]] dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks pohon
(21)
6
penghasilnya. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu rendah ia
akan mengkristal. Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang, searah dengan sumbu panjangnya. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan mengembang ini. Inilah alasan mengapa karet bersifat elastis (Anonim,2011).
2.3.2
Sifat-Sifat Karet Alam
Warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite.
Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99oC, melunak pada 130oC dan terurai
sekitar 200oC. Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif. Namun
demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi, jelek. Sifat kimianya jelek terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut. Zat tersebut dapat larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet yang kenyal agar mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon (Marthan,1998).
2.3.3
Penggunaan Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam industri seperti mesin-mesin pengerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara
lain ban mobil, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk-produk komersial, sol
sepatu, segel karet, insulasi listrik, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, bahan-bahan pembungkus logam, aksesoris olah raga dan lain-lain. (Muis, 1992)
2.3.4
Proses Pembuatan Ban
Penjelasan proses pembuatan ban mengacu dari PT. Goodyear Indonesia (2010), Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan ban adalah karet. Terdapat dua jenis karet yang digunakan, yaitu karet alam dan karet sintetik. Perbedaan karet sintetik dan karet alami ini adalah dari segi tekstur, dimana karet alami bersifat keras, sedangkan karet sintetik bersifat lembek. Karet sintetik yang digunakan diimpor dari Jepang, Jerman, Belgia, Amerika, dan Korea. Selain itu digunakan bahan baku lain, yaitu benang dari jenis nilon, polyester, dan kevlar.
Selain karet, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ban di PT Goodyear
Indonesia, Tbk. adalah bahan kimia (chemical) yang digunakan antara lain : PIG 1202,
PIG 87, PIG 72, PIG 295, PIG 450, DIROSIC, JOPLINE, HINDAX, GROGIC, STICIC.
Karbon hitam (carbon black) berfungsi sebagai bahan yang memperkuat struktur ban dan
ikatan polimer. Karbon hitam yang digunakan adalah CB 228, CB 510, CB 405, dan CB
599.
Pada proses pembuatan ban, diperlukan bahan baku cair. Bahan baku cair yang digunakan adalah minyak yang berasal dari destilasi minyak bumi. Minyak ini berfungsi sebagai pelunak karet dan memberikan sifat lengket pada karet, minyak yang dipakai
(22)
7
yang digunakan untuk membuat bead sebagai dasar ban agar ban tidak mudah lepas dari
velg saat mendapat goncangan atau tekanan, serat baja digunakan untuk melapisi breaker.
Bahan dasar pembuat ban diantaranya adalah benang/kawat baja, nylon, araMid
fiber, rayon, fiberglass, polyester (biasanya bahan kombinasi, misalnya benang polyester
pada lapisan ban dan kawat baja pada bagian sabuk baja dan bead yang umumnya terdapat
pada ban mobil penumpang radial), digunakan pula karet alam dan sintetis (terdapat puluhan jenis karet/polimer), lalu campuran kimia yang terdiri dari karbon black, silica, resin. Anti-degradants berupa antioksidan, ozonan, parafin wax, juga merupakan salah
satu bahan dasar pembuat ban. Lalu bahan dasar lain adalah adhesion promoters, yaitu
cobalt salt, brass untuk kawat baja, resin dan benang serta curatives, yaitu cure accelerators, activators, sulfur, dan processing aids (minyak, tackifier, peptizer, softener).
Di satu ban ukuran populer 195/70R14 ban mobil penumpang untuk semua musim, mempunyai berat sekitar 8 kg yang terdiri dari :
1. 2 kg terdiri dari 30 jenis bahan karet sintetis
2. 1. 5 kg terdiri dari 8 jenis bahan karet alam
3. 2 kg terdiri dari 8 jenis bahan karbon black
4. 0. 5 kg sabuk kawat baja
5. 0. 5 kg. benang polyester dan nylon
6. 0. 5 kg bead kawat baja
7. 1. 5 kg terdiri dari 40 jenis bahan kimia, minyak dan lain-lain.
Campuran umum antara bahan karet sintetis dan karet alam menurut jenis ban adalah :
1. Ban Mobil Penumpang 55% 45%
2. Ban Truk Kecil 50% 50%
3. Ban Mobil Balap 65% 35%
4. Ban Off-The-Road (giant/earthmover) 20% 80%
Proses pembuatan ban digambarkan pada Lampiran 9. Secara sederhana, proses produksi ban dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pencampuran Bahan
Pembuatan sebuah ban radial dimulai dengan mempersiapkan berbagai jenis bahan mentah, seperti pigmen, zat-zat kimia, kurang lebih 30 jenis karet yang berbeda,
benang-benang, kawat bermanik-manik (bead wire), dan sebagainya.
Proses lalu dimulai dengan mencampurkan bahan-bahan dasar karet dengan oli proses, karbon hitam, pigmen, anti oksidan, akselerator, dan berbagai zat tambahan lainnya. Masing-masing dari bahan ini menambahkan sifat tertentu dari campuran (compound) ini.
Semua bahan ini diaduk dalam mesin mixer yang dinamakan Banbury. Mesin ini
bekerja dengan suhu yang tinggi. Bahan campuran yang panas, hitam, dan lembek ini diproses berulang kali.
2. Pencetakan Ban
Setelah itu karet ini didinginkan ke dalam beberapa bentuk. Biasanya diproses
menjadi lembaran-lembaran, lalu dibawa ke mesin extruder. Kilang ini memasukkan
karet di antara pasangan penggulung (roller) yang berulang-ulang sehingga menjadi
komponen-komponen ban. Mereka lalu dibawa dengan ban berjalan lalu menjadi dinding samping, telapak, ataupun bagian lain dari ban.
(23)
8
Ada jenis karet yang melapisi rajutan benang yang akan menjadi badan dari ban. Rajutan ini datang dalam rol-rol yang besar dan mereka juga sama pentingnya dengancampuran karet yang dipakai. Berbagai jenis benang dipakai, termasuk polyester,
rayon, atau nylon. Kebanyakan dari ban untuk kendaraan penumpang dewasa ini
menggunakan badan yang terbuat dari benang polyester.
3. Kawat Pengikat
Sebuah komponen lainnya, yang berbentuk gulungan, disebut bead. Komponen
ini terdiri dari kawat baja high-tensile yang berfungsi sebagai tulang ban yang akan
menempel pada pinggiran velg mobil. Kawat baja tersebut diselaraskan dengan pita
yang dilapis dengan karet untuk pelekat, kemudian digulung dan diikat untuk selanjutnya disatukan dengan bagian ban lainnya.
Ban-ban radial dibuat menggunakan satu atau dua mesin ban. Di bagian dalam sekali dari ban ada dua lapis karet lembek sintetis yang disebut innerliner.
Lapisan-lapisan ini akan mengurung udara dan membuat ban menjadi tubeless
4. Lapisan
Kemudian ada dua lapisan rajutan ply. Dua strip yang dinamakan apex membuat
kaku area di atas bead. Lalu ditambahkan sepasang strip chafer, yang dinamakan
demikian karena keduanya mencegah kerusakan yang diakibatkan pinggiran velg
ketika ban dipasang.
Mesin perakit ban membentuk ban-ban radial menjadi bentuk yang sudah sangat dekat dengan dimensi final untuk memastikan bahwa semua komponen yang berjumlah banyak itu berada dalam posisi yang tepat sebelum ban masuk ke mesin pencetak.
5. Telapak Ban
Pembuat ban menambahkan sabuk baja yang menahan kebocoran dan menekan telapak ban ke permukaan jalan. Telapak ban adalah bagian terakhir yang dipasang. Setelah sebuah pemutar otomatis menjepit semua komponen sehingga menempel kuat
satu dengan yang lain, ban radial yang kini disebut green tire kini siap untuk diperiksa
dan disempurnakan.
6. Pematangan atau Pemasakan Ban
Alat penekan curing memberi bentuk final ban serta pola telapaknya. Alat yang
digunakan untuk mencetak bentuk telapak ban disebut mold. Cetakan ini dilengkapi
dengan pola telapak, kode-kode di dinding samping sebagaimana diwajibkan oleh peraturan yang berlaku.
Ban-ban dipanaskan dalam temperatur lebih dari 300 derajat selama 12 hingga 25 menit tergantung ukurannya. Begitu mesin cetak terbuka, ban-ban akan keluar dari cetakannya dan langsung jatuh ke ban berjalan yang lalu akan membawanya ke bagian
finish dan inspeksi terakhir.
7. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk memeriksa ban yang memiliki kecacatan, walaupun
(24)
9
dengan mata dan tangan pemeriksa yang sudah terlatih, sebagian lagi baru bisaditemukan menggunakan mesin-mesin khusus.
Inspeksi tidak hanya dilakukan pada permukaan saja, ada ban yang ditarik dari lini
produksi dan diperiksa dengan X-ray untuk mendeteksi kelemahan-kelemahan yang
tersembunyi atau kerusakan-kerusakan internal. Di samping itu, para teknisi pengendalian mutu secara rutin membongkar ban yang diambil secara acak untuk mempelajari setiap detil dari konstruksinya yang mempengaruhi performa, kenyamanan dan keselamatan pemakai.
2.3.5
Penelitian Terdahulu
Penelitian di bidang ini telah banyak dilakukan, seperti pembuatan tabulasi data
untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing item produk yang terjual bersama
item produk yang lain (Bugher, 2000). Direct Marketing Association (DMA) tahun
1991 menentukan one-to-one relationship diantara product groupings. Untuk
mengidentifikasi kelompok pembeli yang membeli dua atau lebih kategori produk,
DMA menggunakan variabel clustering dan factor analysis. Masing-masing
pelanggan dan sejarah pembeliannya dibandingkan dengan sejarah pembelian dari
pelanggan yang lain sehingga dapat diketahui cluster pelanggan yang memiliki
product affinity yang sama (Cashin,2003).
Teknik association rules mining dapat digunakan pada perusahaan ritel terbesar di
Indonesia yang menjual lebih dari 1000 item ke lebih dari 400 pelanggan tetapnya dan
menghasilkan hasil penetapan strategi penjualan yang terbukti signifikan dengan membandingan hasil penelitiannya dengan data tren penjualan pada periode sebelumnya di perusahaan ritel tersebut dan terlihat bahwa kombinasi untuk masing-masing produk mengalami peningkatan yang signifikan (Adhitama, 2010). Metode
lain adalah Best Next Offer dilakukan oleh Berry (2000) untuk menentukan cross
-sellingproduct yang sesuai untuk salah satu bank terbesar di Amerika yang memiliki jutaan pelanggan.
(25)
10
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Kerja Penelitian
Tahapan pengembangan sistem PSP (Penetapan Strategi Penjualan) 1.0 seperti pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Tahapan Pengembangan Sistem
3.1.1
Analisis Sistem
Analisis sistem diawali dengan deskripsi sistem dan analisis kebutuhan informasi. Selanjutnya pembuatan persyaratan fungsional sistem yang meliputi kebutuhan data, perangkat lunak, perangkat keras, sumber daya manusia, serta pemeliharaan sistem.
Tidak Mulai
Analisis Sistem, keluaran: - Deskripsi Sistem
- Analisis Kebutuhan Informasi - Kebutuhan Fungsional Sistem
UML, keluaran: - Diagram Kasus - Diagram Aktivitas - Diagram Keadaan - Diagram Kelas
Implementasi Sistem, keluaran: - Borland Delphi 7 (Borland, 2002) - Power Designer 15.3 (Sybase, 2010) - MySQL (Oracle, 2011)
- Ms Excel (Microsoft, 2007)
Verifikasi dan Validasi
(26)
11
3.1.2
Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek
Pemodelan yang digunakan dalam pengembangan dengan pendekatan berorientasi
objek adalah Unified Modeling Language (UML). Pada tahapan ini dibuat berbagai
diagram yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem. Diagram-diagram yang dibutuhkan meliputi:
a. Use case diagram (diagram kasus)
Diagram ini digunakan untuk menggambarkan fungsionalitas sistem dari sudut pandang pengguna. Diagram ini menekankan pada apa yang dikerjakan sistem. Diagram ini juga menggambarkan interaksi sistem dengan pelaku (aktor) diluar sistem.
b. Activity diagram (diagram aktivitas).
Diagram aktivitas digunakan untuk menggambarkan aliran kerja aktivitas di dalam sistem atau dengan kata lain adalah bagaimana sistem itu mengerjakan fungsionalitas tertentu.
c. Statechart diagram (diagram keadaan)
Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu state
ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima.
Pada umumnya statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat
memiliki lebih dari satu statechart diagram).
d. Class diagram (diagram kelas)
Diagram kelas merupakan diagram utama dalam pemodelan berorientasi objek. Diagram kelas digunakan untuk memperlihatkan struktur statis sistem tersebut. Kelas adalah kumpulan objek yang mempunyai atribut dan tingkah laku (operasi) yang mirip.
3.1.3
Tahap Implementasi Sistem
Tahap implementasi sistem merupakan proses transformasi desain sistem menjadi sebuah sistem aplikatif atau perangkat lunak. Implementasi PSP 1.0 pada tahap desain sistem menggunakan Sybase Power Designer 15.3 (Sybase, 2010) dan untuk pembuatan
model data base menggunakan MySQL (Oracle, 2011) sedangkan pada tahap
pembuatan paket program menggunakan perangkat lunak Borland Delphi 7 (Borland, 2002). Dan dalam pengolahan data awal digunakan Microsoft Excel 2007 (Microsoft, 2007) untuk mendapatkan data hasil yang nantinya akan digunakan dalam melakukan verifikasi dan validasi data.
3.1.4
Verifikasi dan Validasi Sistem
Verifikasi merupakan tahapan untuk mengetahui apakah program yang dibuat menghasilkan keluaran secara keseluruhan sesuai yang diinginkan. Proses verifikasi dilakukan selama pembuatan dan setelah selesai. Tahap verifikasi dilakukan dengan
cara pengujian keluaran paket program dan pelacakan kesalahan sistem (testing and
debuging). Dan Tahapan Validasi dilakukan dengan metode face validity. Face validity
(Validitas Muka) adalah tipe validitas yang didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.
(27)
12
3.2
Metode Penelitian
3.2.1
Sumber Data Transaksi
Dalam menentukan strategi cross-selling, data yang digunakan adalah transaksi
penjualan salah satu perusahaan agroindustri terbesar di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri ban. Data ini diekstrak dari data transaksi penjualan pihak distributor perusahaan di seluruh Indonesia dari bulan Maret hingga Juni 2010. Data tersebut terdiri dari
atribut Nomor transaksi, Outlet, Tanggal transaksi, dan transaksi penjualan dari 16
penggolongan produk.
3.2.2
Formulasi Association Rules Mining
Association rules merupakan salah satu teknik didalam data mining untuk menentukan
hubungan antar item dalam suatu dataset (sekumpulan data) yang telah ditentukan. Konsep
ini sendiri diturunkan dari terminologi market basket analysis, yaitu pencarian hubungan
dari beberapa produk di dalam transaksi pembelian (Witten,2005). Teknik ini mencari
kemungkinan kombinasi yang sering muncul (frequent) dari suatu item set (sekumpulan
item). Ada dua langkah didalam algoritma ini, langkah pertama adalah melakukan
perhitungan untuk menemukan frequentitem set dan langkah kedua mencari kaidah asosiasi
(rules) dari sekumpulan frequentitem set tadi. Dalam menggunakan metode ini, terdapat tiga kriteria ukuran yaitu :
1) Support : ukuran yang menunjukkan tingkat dominasi item set dari keseluruhan transaksi
(misalkan dari seluruh transaksi yang ada, seberapa besar kemungkinan item A dan item B
dibeli secara bersamaan).
Support ({A,B}) = Number of Transaction (A,B)
2) Confidence (probability) : ukuran yang menyatakan hubungan antara dua item secara
conditional (misalkan seberapa sering item A dibeli, jika pelanggan membeli item B).
Confidence (A ∪ B)=Probability (B | A) = Support (A,B) / Support (A)
3) Improvement (importance) : ukuran yang menyatakan besarnya kemungkinan dua item
dapat dibeli secara bersamaan.
Importance ({A,B})=Probability (A,B)/ Probability (A) * Probability (B)) (Adhitama,2010)
Proses frequent item set Didalam Algoritma association rules mining dapat dilihat pada
Gambar 3 danformulasi association rules mining dapat dilihat pada Gambar 4.
(28)
13
Mengitung Nilai Support
N: Number of TransactionAnalisis Data
Pre-processing
Analisis Frequent Item Set
( )
( ) X Y
s X Y
N
Menghitung Nilai Confidence
(
)
(
)
(
)
X
Y
c X
Y
X
Menghitung Nilai
Improvement
(
)
(
)
( ). (
)
s X
Y
i X
Y
s Y s X
Menentukan Strategi
Penjualan Dengan Analisis
RFM
Mulai
(29)
14
Sebelum data transaksi tersebut diolah dengan teknik association rules mining,
dilakukan tahap preprocessing data terlebih dahulu. Pada penelitian ini data transaksi
yang digunakan sudah dikelompokkan berdasarkan enam belas golongan produk. Penggolongan tersebut telah dibuat oleh perusahaan agroindustri ban yang menjadi sumber data transaksi untuk penelitian ini. Penggolongan ini dilakukan berdasarkan karakteristik bahan baku yang ada pada setiap produk. Penggolongan ini dapat dilakukan
menggunakan clustering K-Means. Prosedur analisis pre-processing data menggunakan
clustering K-Means dapat dilihat pada Gambar 5.
Mulai
Menentukan Jumlah Kelompok
Menghitung
Centroid
Menghitung Jarak
Mengelompokkan Berdasarkan Jarak
Minimum
Adanya Perpindahan
Objek
Selesai
Gambar 5. Prosedur Analisis Pre-processing Data menggunakan Clustering K-Means
Enam belas penggolongan produk tersebut yaitu produk Passanger Bias (A), Passanger Broad Market (B), Passanger Broad Market Premium (C), Passanger High Performance (D), Passanger Ultra High Performance (E), Ultra Light Truck Radial (F), Light Truck Radial (G), Ultra Light Truck Bias (H), Light Truck Bias (I), Medium Bias Truck (J), EM A 21 Bias (K), EM A 3 A GDR Bias (L), EM A 3 A LDR Bias (M), Front Farm Bias (N), Rear Farm Bias (O), Ground Tire Import (P).
Ya
(30)
15
3.2.3
Analisis Recency, Frequency, Monetary (RFM)
Analisis RFM digunakan untuk mengelompokkan customer berdasarkan analisis
transaksi terhadap waktu pembelian, frekuensi, dan nilai nominal pembelian. Tahapan melakukan analisis RFM adalah sebagai berikut:
1. Data acquisition
Tahap ini adalah tahap pengambilan data untuk input pada analisis RFM. Pada Penelitian ini, data transaksi dari empat bulan terakhir yang telah diambil, diperiksa, dan disiapkan untuk operasi selanjutnya
2. Selection Of The Population To Be Segmented
Hanya pelanggan yang masih aktif, yang disegmentasi menggunakan analisis RFM 3. Data preparation And Computation Of The R, F, and M Measurements
Pengelompokkan berdasarkan tanggal terakhir transaksi, jumlah rata-rata transaksi
pembelian bulanan, nilai pembelian bulanan (mendefinisikan komponen monetary)
4. Development Of The RFM Cells Through Binning
Pelanggan telah dikelompokkan berdasarkan Analisis RFM menjadi 5 grup. (Tsiptsis dan Chorianopoulos, 2009).
Analisis RFM digunakan untuk mensegmentasi pelanggan berdasarkan recency,
frequency, monetary pada periode 1 bulan pembukuan. Recency adalah waktu terakhir
(ter-update) customer melakukan transaksi, frequency adalah jumlah produk yang dibeli
oleh customer, dan monetary adalah jumlah nominal penjualan yang dilakukan oleh
customer, pada pengolahan nilai monetary dilakukan dengan perhitungan jumlah frekuensi pembelian per produk yang dikali dengan variabel harga setiap produk. Variabel tersebut disamakan dengan inisial penggolongan produk yang telah dibuat pada
saat tahap pre-processing data yaitu variabel huruf A sampai huruf P. Variable untuk
analisis monetary dapat dilihat pada Tabel 1. Diagram alir analisis RFM pada penelitian
ini dapat dilihat secara rinci pada Gambar 6.
Tabel 1. Variabel Harga Untuk Analisis Monetary Pada Setiap Produk
Passenger Bias (A)
Passenger Broad Market (B)
Passenger Broad Market Premium (C) Passenger High Performance (D) Passenger Ultra High Performance (E) Ultra Light Truck Radial (F)
Light Truck Radial (G), Ultra Light Truck Bias (H) Light Truck Bias (I) Bias Truck (J) EM A 21 Bias (K) EM A 3 A GDR Bias (L) EM A 3 A LDR Bias (M) Front Farm Bias (N) Rear Farm Bias (O) Ground Tire Import (P)
(31)
16
Mulai
Analisis Recency dari transaksi paling baru (binning 5)- transaksi paling
lama (binning 1)
Analisis Frekuensi dari transaksi terbanyak (binnig 5) – jumlah transaksi paling
sedikit (binning 1)
Analisis Monetary dari transaksi dengan melakukan
perkalian antar frekuensi pembelian per produk dengan variabel harga
produk Analisis data transaksi (data tanggal transaksi, jumlah transaksi, dan nilai
nominal transaksi) per customer
Selesai Data Transaksi
Analisis RFM (Recency, Frekuensi, Monetary) Pembuatan 5 Binning untuk analisis Recency, Frekuensi,
dan Monetary
Gambar 6. Flowchart Analisis RFM
3.2.4
Desain Eksperimen
Dalam proses analisis frequent item set, banyaknya item set yang dihasilkan dari
(32)
17
menghasilkan item set separuh dari jumlah penggolongan produk, hal ini agar item set
yang dihasilkan dapat benar-benar signifikan (Adhitama,2010). Dengan metoda trial and
errors, Batas parameter (tresholds) ditentukan yaitu min_support= 24.75% dan min_confidence= 25% (tresholds ini diturunkan dari minimal 430 kali kemunculan pada setiap himpunan yang disaring). Pemilihan parameter tersebut dilakukan untuk
mendapatkan item set dan rules sesuai yang signifikan yang nantinya akan digunakan
sebagai rules dalam menentukan strategi penjualan. Hal ini dilakukan karena data
dengan jumlah yang relatif besar, jika tidak adanya pemilihan parameter yang tepat akan menyebabkan pengolahan data memakan waktu yang lama dan membutuhkan alokasi memori komputer yang lebih banyak. Dan pemilihan parameter atau ambang batas (tresholds) yang terlalu kecil juga dapat menyebabkan hasil penetapan strategi penjualan yang kurang signifikan nantinya.
3.2.5
Indikator Penelitian
Kemungkinan untuk menghasilkan cross-selling product yang terbaik dari total
transaksi per pelanggan pada periode tertentu adalah item dengan confidencescore yang
tinggi. Jadi misalkan produk pertama adalah kombinasi A dan B dengan confidence
score x% berarti bahwa ketika produk A dibeli, kemungkinan produk B juga dibeli sebesar x% dari seluruh periode transaksi. Indikator kedua yang harus ditentukan adalah
support score yang menentukan seberapa banyak produk A dan produk B muncul bersama-sama di dalam seluruh transaksi. Misalkan kombinasi produk C dan D memiliki
support score y% mengindikasikan bahwa produk C dan produk D muncul secara bersama-sama sebesar y% dari seluruh total transaksi, sedangkan untuk kombinasi
produk E dan F misalnya yang memiliki improvement score ≥ 1, mengindikasikan
bahwa produk E dan F merupakan positive correlated, yang berarti bahwa jika pelanggan membeli produk E, pelanggan juga setuju untuk membeli produk F, sebaliknya jika
improvementscore < 1, produk E dan F merupakan negative correlated. Produk dengan negative correlated tidak dapat dijadikan sebagai saran dalam penetapan cross-selling product walaupun memiliki supportscore dan confidencescore yang tinggi.
(33)
18
IV.
ANALISIS SISTEM
4.1
Konfigurasi Input, Proses, Output
Tahapan pemodelan sistem dalam perancangan sistem berguna untuk memberikan gambaran yang jelas dalam rancang bangun dan penerapan sistem secara fisik. Pemodelan PSP 1.0
dilakukan dengan pendekatan berarah fungsi yang terdiri dari pembuatan diagram alir data (data
flow diagram). Menurut Rahardini (2010), diagram alir data merupakan gambaran sistem dalam bentuk jaringan atau grafis, dari sudut pandang data yang diproses, yang mampu menggambarkan kegiatan-kegiatan yang berlangsung secara paralel. Diagram alir data dibuat secara bertahap untuk memudahkan penggambaran aliran data.
Pada pembuatan model PSP 1.0, diagram alir data dibuat dari tingkat 0 hingga tingkat 1. Diagram alir data tingkat 0 menggambarkan keseluruhan sistem dengan satu proses berikut dengan sumber dan tujuan data secara jelas. Pada Gambar 7 dapat dilihat diagram alir data tingkat 0.
Gambar 7. DFD (Data Flow Diagram) Tingkat 0
DFD tingkat 0 ini menggambarkan sumber data yang berasal dari data transaksi penjualan perusahaan. Selanjutnya data tersebut akan diolah dalam sistem penetapan strategi penjualan
(PSP 1.0) dengan beberapa proses yang akan menghasilkan penetapan strategi penjualan cross
selling untuk para supervisor pemasaran. Proses yang terjadi dalam PSP 1.0 ini digambarkan dalam DFD tingkat 1 pada Gambar 8.
Data transaksi penjualan
Strategi penjualan cross selling
pilihan Transaksi
Penjualan
1 Menetapkan Strategi
CRM Untuk Penjualan
Strategi CRM Untuk Penjualan
Terpilih
1
Database Hasil Menetapkan Strategi CRM Untuk Penjualan
(34)
19
Gambar 8. DFD (Data Flow Diagram) Tingkat 1
Pada DFD tingkat 1 ini, proses pertama yang dilakukan adalah proses perhitungan clustering
untuk mengelompokkan produk sesuai dengan karakteristik bahan baku setiap produk. Data yang menjadi input tambahan selain data transaksi adalah data karakteristik bahan baku setiap produk. Kemudian hasil pengelompokkan produk akan diolah dalam proses selanjutnya yaitu proses
perhitungan association rule mining yang akan menghasilkan rules item set, nilai support,
confidence, dan improvement. Hasil proses inilah yang menjadi input untuk digunakan dalam proses melakukan penetapan strategi penjualan sehingga menghasilkan penetapan strategi
penjualan cross selling untuk para supervisor pemasaran.
4.2
Analisis Kebutuhan Informasi Pengguna
Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk mendapatkan jenis informasi yang dibutuhkan oleh pengguna yang sekaligus juga merupakan faktor kritis penetapan strategi penjualan dalam
menetapan strategi penjualan oleh supervisor pemasaran di perusahaan. Berdasarkan analisis
kebutuhan yang dilakukan, dapat diidentifikasikan beberapa informasi yang dibutuhkan oleh
supervisor pemasaran:
1. Informasi item set yang dijadikan rules dalam penetapan strategi penjualan
2. Informasi nilai support dalam menentukan ukuran dominasi pada semua rules.
3. Informasi nilai confidence yang digunakan untuk mengukur tingkat relasi antara rules yang
ada.
4. Informasi nilai improvement yang digunakan untuk mengukur tingkat possibility dari dua
produk yang akan dijual secara cross-selling.
Data Transaksi
Data Karakteristik Bahan Baku Setiap Produk
hasil Pengelompokkan produk Data Pengelompokkan produk terpilih hasil perhitungan support hasil perhitungan confidence hasil perhitungan improvement hasil analisis rules itemset hasil nilai support hasil nilai confidence hasil nilai improvement hasil rules itemset Hasil penetapan strategi penjualan cross selling Transaksi Penjualan Strategi CRM Untuk Penjualan Terpilih 1.1 Menghitung Clustering Produk Karakteristik Bahan Baku Setiap Produk Pengelompokkan produk terpilih 1.2 Menghitung Associative Rules Mining Nilai Support Nilai Confidence Nilai Improvement 1.3 Menetapkan Strategi Penjualan Rules Itemset 1 Database Hasil Menetapkan Strategi CRM Untuk Penjualan
(35)
20
5. Informasi strategi penjualan cross-selling yang signifikan untuk diaplikasikan dalam sistem
pemasaran perusahaan.
4.3
Hubungan Antar Pelaku
Pelaku yang berperan dalam sistem informasi ini digolongkan menjadi tiga yaitu pelaku sumber data, pengembang sistem, serta pengguna akhir. Sumber data pada PSP 1.0 yaitu
customer yang telah melakukan transaksi. Pelaku PSP 1.0 terdiri dari dua kelompok, yaitu pelaku internal dan pelaku eksternal sistem. Pelaku yang berperan secara langsung dalam pengembangan
PSP 1.0 adalah pelaku internal seperti analis, administrator dan pemrogram. Dan pelaku eksternal
sistem PSP 1.0 adalah supervisor pemasaran (user) dan para aktor yang berperan dalam
mempengaruhi inputan untuk sistem PSP 1.0 seperti customer.
4.4
Kebutuhan Fungsional Sistem
Kebutuhan fungsional untuk menjalankan PSP 1.0 meliputi kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, kebutuhan tenaga, serta pemeliharaan sistem.
4.4.1
Kebutuhan Perangkat Lunak dan Perangkat Keras
Kebutuhan perangkat keras minimal adalah seperangkat komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
Prosesor minimal pentium IV 1,66 GHz atau yang setara.
RAM minimal adalah 512 MB.
Ruang kosong pada hardisk sebesar 100 MB.
Printer dan monitor sebagai media keluaran data.
Serta perangkat masukan data seperti keyboard dan mouse.
Koneksi internet untuk akses database online
Sedangkan kebutuhan perangkat lunak untuk menjalankan sistem ini adalah sistem operasi Windows XP SP2 (Microsoft, 2002), Flashplayer versi 9 (Adobe, 2009), Microsoft Acces 2003 (Microsoft, 2003) sebagai manajemen basis data. Serta jaringan
internet sebagai perantara akses database online (MySQL). Komponen ODBC (open
connection database) yang berguna sebagai perantara untuk koneksi database MySQL (Oracle, 2011).
4.4.2
Kebutuhan Tenaga
Kebutuhan tenaga pada PSP 1.0 meliputi system analyst, administrator, pemrogram,
pengumpul data serta pengguna atau operator yang masing-masing mempunyai tugas, wewenang dan spesifikasi keahlian minimum.
Analis sistem
Analis sistem (system analyst) adalah orang yang bertindak sebagai desainer
dan konseptor sebuah sistem. Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh analisis sistem adalah mempunyai kepakaran dalam analisis sistem serta mempunyai pengetahuan tentang proses penetapan strategi penjualan menggunakan teknik
(36)
21
Administrator
Administrator adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keamanan data dan kebenaran informasi sistem. Keahlian yang harus dimiliki oleh
administrator adalah memahami struktur data dari sistem.
Pemrogram
Pemrogram adalah orang yang bertindak mengimplementasikan sistem kedalam
sebuah perangkat lunak. Keahlian khusus yang dimiliki administrator adalah
mempunyai kemampuan dalam bahasa pengkodean dan transformasi desain ke dalam perangkat lunak.
Pengumpul data
Pengumpul data adalah orang yang bertanggung jawab dalam pengumpulan dan pengujian kebenaran dari sumber data.
Pengguna akhir
Pengguna akhir dari PSP 1.0 ini adalah para supervisor pemasaran pada sebuah
perusahaan untuk menetapkan strategi penjualan cross selling pada sistem
manajemen pemasarannya. Kemampuan dasar yang harus dimiliki adalah mampu mengoperasikan sistem secara baik serta mengetahui pengoperasian komputer secara umum.
4.4.3
Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan sistem meliputi perbaruan dan pemeliharaan data serta merancang bangun ulang sistem yang ada guna memenuhi perubahan kebutuhan pengguna akhir. Rancang bangun ulang pada pemeliharaan sistem dilakukan karena beberapa alasan antara lain program mengalami kerusakan baik oleh pihak luar maupun karena
(37)
22
V.
PEMODELAN OBJEK DAN BASIS DATA
Pada perancangan paket program PSP 1.0, tidak semua diagram yang terdapat padaUML dibuat, karena kebutuhan pemodelan sistem yang tidak terlalu kompleks dan empat diagram yang dibuat sudah cukup relevan untuk mendesain sistem PSP 1.0 ini. Diagram-diagram yang dibuat
pada perancangan sistem ini meliputi diagram kasus (use case), aktivitas (activity), keadaan
(state), dan kelas (class). Pada bab ini juga akan dibahas pembuatan pemodolen basis data yang
dibuat dari hasil men-generateclass diagram pada UML sehingga terbentuk PDM (Physical Data
Model) yang kemudian di-generate menjadi database menggunakan MySQL. Pembuatan
diagram-diagram UML dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak SybasePower Designer 15.3.
5.1
Use Case Diagram (Diagram Kasus)
Langkah awal dalam perancangan sistem berorientasi obyek adalah dengan membuat diagram kasus. Diagram kasus menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem yang memperlihatkan apa yang akan dilakukan oleh sistem dan bukan bagaimana sistem
itu melakukan. Diagram tersebut dihasilkan karena adanya interaksi pelaku (actor) yang
berinteraksi dengan sistem tersebut atau dapat juga dihasilkan dari kebutuhan pengguna terhadap sistem. Diagram kasus dapat digunakan sebagai prosedur awal pengujian sistem, membantu dalam menyusun kebutuhan sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan pihak lain, dan
merancang tes case semua fitur yang ada pada sistem.
Diagram kasus terdiri dari tiga buah notasi utama yaitu actor (pelaku), case
(kejadian/perilaku), dan relationship (hubungan). Sebuah sistem dibatasi oleh area berbetuk
persegi yang diberi nama sesuai dengan nama sistem tersebut. Selanjutnya aktor yang berperan terhadap sistem berada di luar area tersebut. Aksi atau perilaku yang dapat dilakukan sistem
diletakkan dalam sebuah elips. Gambar 9 menyajikan contoh diagram kasus design sistem PSP
1.0.
Berdasarkan diagram kasus pada Gambar 9, aktor utama pada PSP 1.0 adalah customer,
marketing officer, supervisor pemasaran (pengguna sistem) dan manager pemasaran. Customer
bertindak sebagai actor yang menjadi sumber data utama kepada sistem dengan menghasilkan
data transaksasi, aksi yang dilakukan oleh sistem adalah seperti yang terlihat dalam elips, sebagai
contoh adalah melakukan login Program PSP1 yang akan dilakukan oleh pengguna program
(supervisor pemasaran), mengatur authentification oleh admin, dan mendata data transaksi oleh
marketing officer. Notasi association yang digunakan sebagi notasi penghubung antara aktor dan
case berfungsi untuk menunjukkan case apa yang akan dilakukan sistem dengan pelakunya
adalah aktor. Dan notasi dependency yaitu notasi yang menghubungkan satu case dengan case
lainnya berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara case terhadap case lainnya yang
(38)
23
Gambar 9. Diagram KasusMelakukan Penetapan Strategi Penjualan Cross Selling Supervisor pemasaran
Menginput data transaksi
Menganalisis Frequent ItemSet
Menghitung Support
Menghitung Confidence
Menghitung Improvement Melakukan Log In Program PSP1
Admin Authentification
melakukan penjualan bundle dan paket promosi base product dengan additional
product-nya Customer
melakukan transaksi
mendata data transaksi
Mengetahui perilaku transaksi pelanggan secara mendalam Marketing Officer
Melaporkan data transaksi
Mencapai target Penjualan Cross selling
Manager Pemasaran Mengevaluasi target penjualan cross
(39)
24
5.2
Activity Diagram (Diagram Aktifitas)
Diagram aktifitas merupakan diagram alir untuk mendeskripsikan aliran kerja atau aktifitas di dalam sistem. Kelebihan diagram aktivitas dibandingkan dengan diagram alir biasa adalah adanya
dukungan konkurensi (pelaksanaan aktivitas secara bersama), pengiriman pesan dan swimlane (pelaku
aktivitas). Diagram aktivitas juga digunakan untuk menggambarkan proses bisnis (alur kerja) suatu sistem informasi. Sebuah diagram aktivitas menunjukkan suatu alur kegiatan secara berurutan. Dan diagram aktivitas juga digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan-kegiatan dalam sebuah operasi
meskipun juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan alur kegiatan yang lainnya seperti use case atau
suatu interaksi dalam suatu design sistem. Gambar 10 adalah diagram aktifitas subsistem penetapan
strategi penjualan yang terdapat pada PSP 1.0.
Diagram aktivitas diawali dengan lingkaran hitam, dan diakhiri dengan lingkaran putih dengan tanda silang di dalam lingkaran. Aktivitas digambarkan dengan bentuk persegi panjang bersudut lengkung. Setiap aktivitas dihubungkan dengan anak panah dari awal hingga akhir diagram aktivitas. Sama halnya dengan diagram alir biasa, diagram aktivitas pun memiliki simbol yang sama untuk menggambarkan keputusan. Keputusan digambarkan dengan bentuk diamond, namun deskripsi kondisi yang menyertai keputusan diletakkan di luar simbol tersebut.
Berdasarkan diagram aktifitas pada gambar dapat diketahui bahwa aktifitas pertama kali yang
dilakukan adalah aktifitas oleh customer yaitu melakukan transaksi. Setelah transaksi diproses,
transaksi tersebut akan didata oleh marketing officer dan setelah itu data yang telah dibuat akan
di-input oleh marketing officer dalam sistem PSP 1.0 melalui bantuan admin. Data transaksi inilah yang
akan digunakan oleh supervisor pemasaran yang nantinya akan menghasilkan output berupa penetapan
strategi penjualan CRM cross-selling yang optimal. Pada aktifitas authentification, sistem akan
memverifikasi username dan password yang dimasukkan oleh supervisor pemasaran sebagai pengguna
program. Jika username dan password yang dimasukkan cocok dengan username dan password yang
telah terdaftar pada admin maka supervisor pemasaran akan dapat langsung memasuki menu halaman
utama program dan dapat langsung menggunakan program. Jika tidak, maka supervisor pemasaran
tidak dapat memasuki program dan harus mendaftar atau melapor terlebih dahulu kepada admin agar
dapat memasuki program dengan username dan password yang diberikan oleh admin. Aktifitas yang
dilakukan oleh manager pemasaran pada diagram ini adalah melakukan evaluasi target penjualan yang
telah dicapai oleh supervisor pemasaran. Evaluasi ini akan menilai apakah hasil output program PSP
1.0 akurat atau tidak untuk penetapan strategi penjualan pada perusahaan. Hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan untuk pengembangan program PSP 1.0 selanjutnya.
(40)
25
Gambar 10. Diagram Aktifitas(41)
26
5.3
Statechart Diagram (Diagram Kondisi)
Statechart diagram adalah diagram yang menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari
satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima.
Statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu statechart
diagram). Gambar merupakan diagram keadaan subsistem login yang ada pada design sistem program
penetapan strategi penjualan. Diagram keadaan subsistem login ini dapat dikatakan merupakan
perincian dari diagram aktifitas, pada diagram ini aktifitas login akan semakin dirincikan keadaannya.
Statechart diagram ini dimulai dengan lingkaran warna hitam penuh dan diakhiri dengan lingkaran
warna hitam tidak penuh. Gambar 11 menggambarkan statechart diagram sub sistem login yang ada
pada sistem PSP 1.0. Keadaan pertama yang dihasilkan adalah keadaan yang dihasilkan dari kegiatan
memasukkan username dan password, jika user (supervisor) telah memasukkan username dan
password maka kondisi yang terjadi adalah dilakukannya proses submit data username dan password
untuk dilakukkannya authentification di tahap selanjutnya. Dari tahap authentification jika kondisi
yang dihasilkan username dan password benar maka user akan langsung memasuki menu halaman
utama program PSP 1.0 dan kegiatan login dinyatakan berhasil, jika keadaan password dan username
salah maka user harus melakukan kegiatan confirm to admin dengan selanjutnya membutuhkan input
NIP Supervisor sehingga admin dapat membantu user (supervisor) memasuki program PSP 1.0 dengan
password dan username yang benar. Jika user ingin langsung keluar dari program pada saat awal
kegiatan input username and password maka keadaan yang dihasilkan adalah cancel atau quit maka
user akan langsung mengakhiri kegiatan login dan keluar dari program. Diagram keadaan sub sistem
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 8.
Gambar 11. Diagram Keadaan Subsistem Login
[Password dan username benar]
[memulai program]
[Input Password kembali]
[Confirm terproses]
[Input NIP Success] [Submit data]
[Password and username salah] [Cancel or Quit]
Input Username and password entry / Username and password
authentification do / authentification
Memasuki Program do / Masuk Home
Confirm To Admin do / confirm
Get Password do / dapatkan password
input NIP Supervisor entry / NIP
(42)
27
5.4
Class Diagram (Diagram Kelas)
Diagram kelas merupakan diagram utama dalam perancangan sistem berorientasi objek. Hal ini disebabkan karena diagram kelas adalah diagram yang menggambarkan keadaan statis sebuah sistem sebagai sebuah obyek seperti di kehidupan nyata. Tujuan pembuatan diagram kelas adalah untuk memetakan objek-objek penyusun dari sistem tersebut. Sehingga jika pada saat pemeliharaan sistem ditemukan kesalahan, programmer hanya memperbaiki pada kelas yang salah tersebut dan tidak harus merubah keseluruhan sistem. Begitu juga jika sistem tersebut akan dikembangkan, tidak perlu merubah dari awal sistem, tetapi cukup menambahkan objek-objek yang dikembangkan.
Setiap obyek akan dilengkapi dengan atribut-atribut dan operasi yang dapat dilakukannya. Sebagai contoh seorang mahasiswa dan Dosen mempunyai atribut nomor induk, nama, fakultas, departemen dan lain sebagainya. Sedangkan contoh perilaku misalnya mengajar, belajar, mendengarkan, berjalan, berbicara, makan, minum dan lain sebagainya. Selanjutnya objek-objek yang mempunyai atribut dan perilaku yang hampir mirip dikelompokkan dalam satu kelas. Misalnya seorang mahasiswa dan dosen masuk dalam kelas yang sama yaitu kelas manusia begitu juga manusia dan kera termasuk dalam kelas yang lebih tinggi yaitu kelas primate (Akhmad,2011). Diagram kelas yang terdapat pada PSP 1.0 ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar merupakan contoh kelas yang terdapat pada PSP 1.0. Pada diagram tersebut digambarkan kelas atau obyek yang menyusun sistem. Setiap kelas umumnya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian pertama berisi nama kelas, bagian kedua merupakan atribut dari kelas tersebut, dan bagian
ketiga adalah operasi yang dapat dilakukan oleh kelas tersebut. Sebagai contoh kelas customer pada
Gambar 12.
Gambar 12. Kelas customer dan kelas file transaksi
Pada kelas customer seperti dalam keadaan nyatanya, kelas Customer tersebut mempunyai atribut
yaitu Nama Customer dan Area. Kelas Customer tersebut juga mempunyai operasi yaitu Melakukan
Transaksi. Selain itu juga, kelas ini mempunyai relasi dengan kelas yang lain yaitu kelas File
Transaksi, dimana customer merupakan sumber data dari File Transaksi. Kelas File Transaksi akan
menerima data dari kelas Customer berupa Nama Customer, dan area yang ada pada atribut Customer.
0..* data customer 0..* data transaksi Customer + + Nama Customer Area : std::string : std::string + Melakukan transaksi () : void
File Transaksi + + + + -Nama Customer Area
Jenis Produk order Golongan produk order Nomor Transaksi Tanggal transaksi : std::string : std::string : std::string : std::string : int : int - Menyimpan data transaksi () : void
(1)
51
Lampiran 4.
Statechart Diagram Sub Sistem
Analisis
Frequent Item Set
[Fix Bilangan ItemSet]
[Fix Himpunan Data transaksi]
[Fix data jumlah kemunculan bersamaan]
[Fix Rules] Menetapkan Bilangan item set
entry / Jumlah Bilangan itemset
Menetapkan Himpunan data transaksi produk
do / tetapkan himpunan data
Menghitung kemunculan bersamaan transaksi
do / hitung kemunculan bersamaan
Menetapkan himpunan termasuk itemset (rules)
(2)
52
Lampiran 5.
Statechart Diagram Sub Sistem
Penentuan Strategi Penjualan
[Fix Confidence]
[Fix Positif and Negatif Score Correlated]
[Fix Determining Sales Strategy] View The Biggest and Lowest Support
Score do / View
View the highest-lowest confidence value do / view
view the biggest positif improvement score (>1)-lowest (<1) correlated do / view
(3)
53
Lampiran 6.
Statechart Diagram Sub Sistem
Perhitungan
Support
[Fix Frekuensi]
[Nilai Support Fix] Menghitung Ferkuensi kemunculan
transaksi do / hitung frekuensi
Membagi dengan jumlah data transaksi do / bagi
(4)
54
Lampiran 7.
Statechart Diagram Sub Sistem
Perhitungan Nilai
Confidence
[Fix Nilai Support]
[Fix Nilai Confidence] Menghitung nilai support produk utama union produk
tambahan
do / hitung nilai support produk utama dan tambahan
membagi dengan nilai support produk utama do / bagi dengan nilai support produk utama
(5)
55
Lampiran 8.
Statechart Diagram Sub Sistem
Perhitungan
Improvement
[Fix Nilai Support]
[Fix nilai perkalian]
[Fix Nilai Improvement] Menghitung nilai suport utama union
produk tambahan do / hitung nilai support
Mengalikan nilai support produk utama dan produk tambahan do / mengalikan nilai support
membagi nilai support produk utama union produk tambahan dengan perkalian nilai support produk utama dan produk tambahan
(6)