Latar Belakang Penanaman Modal.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penanaman Modal.

Pokok kalimat keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, mewajibkan negara dan pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia yang berarti harus melindungi seluruh lingkungan hidup di Indonesia dengan segenap sumber daya insaninya. 1 Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam program pembangunan nasional Propenas yakni, berusaha mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Dimana masyarakat yang adil dan makmur itu diwujudkan melalui pembangunan diberbagai bidang, diantaranya bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan sektor-sektor ekonomi yang terdapat dinegara ini. Seperti : sektor pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa dan lain-lain. Berdasarkan hal itu maka arah pembangunan pertama kali dituangkan kedalam Ketetapan MPR-RI No. II Tahun 1974 tentang Repelita II, Bab 4, Pengelolaan Sumber-Sumber Alam dan Lingkungan Hidup. Sejak itu terdapatlah Political Will pemerintah untuk melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan. 2 1 Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku V sektoral, Jilid I Bandung: penerbit Binacipta, 1982, hal.81. 2 Aminuddin ilmar.Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hal. 2. Sehingga pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan oleh konstitusi harus dilaksanakan dengan segenap potensi yang ada dimasyarakat. Pasal 33 ayat 4 Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Dasar UUD 1945 menyebutkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 3 Pembangunan menyeluruh tersebut merupakan pembangunan nasional yang merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu, dengan sengaja, dan ,memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan,maupun oleh masyarakat. Pembangunan nasional tersebut antara lain mencakup aspek-aspek ekonomi, politik, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi termasuk industri. 4 Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu Negara dalam melaksanakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Selain itu kegiatan penanaman modal juga terjadi sebagai konsekuensi dari berkembangnya kegiatan ekonomi dan perdagangan. 5 Penanaman modal tidak saja merupakan kebutuhan penting bagi suatu negara dalam pengembangan pembangunan ekonomi, namun juga merupakan sarana utama dalam pembangunan suatu industri. 6 Penanaman modal menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang tidak terelakkan. Sebagaimana hubungan ekonomi internasional lainnya, 3 Jonker sihombing, Investasi Asing melalui Surat utang Negara di Pasar Modal, Bandung: PT. Alumni, 2008, hal 15. 4 Dhaniswara K. Harjono.hukum penanaman modal.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hal. 3. 5 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi, Jakarta: Pustaka Jaya Juli 2004, hal 1. 6 Erman Rajagukguk, Indonesianisasi saham, Jakarta:Bina Aksara 1985, hal 1. Universitas Sumatera Utara penanaman modal menjadi suatu tuntutan guna memenuhi kebutuhan suatu negara, perusahaan dan juga masyarakat. Untuk itu pemerintah Indonesia mengadakan pendekatan baru dalam kebijaksanaan ekonomi antara lain mengundang kembali masuknya modal asing. Undang-undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007, untuk menarik modal asing di Indonesia, undang-undang ini memberikan dan menyediakan perangsang di bidang perpajakan, jaminan untuk mentransfer keuntungan, jaminan hukum terhadap kemungkinan nasionalisasi, dan prosedur penyelesaian pertikaian yang mungkin timbul di kemudian hari. Munculnya Penanaman Modal Asing PMA pertama kali diawali dengan meletusnya revolusi industri di Eropa pada tahun 1760 khususnya di Inggris dan menjalar ke Amerika pada tahun1860. sebelum meletusnya revolusi industri ini kegiatan perekonomian diatur secara ketat oleh negara. Sehingga masyarakat Eropa pada waktu itu menginginkan struktur baru dalam perekonomian yang mengikut sertakan mereka masyarakat dalam kegiatan perekonomian. 7 Penanaman modal di Indonesia sendiri di kenal pertama kali melalui kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang memperkenalkan masuknya modal asing Eropa untuk menanamkan usahanya di bidang perkebunan pada tahun 1870 sebagai rangsangan atau insentif dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda guna menarik penanam modal swasta Eropa maupun dari Negara sendiri untuk melakukan usaha di daerah jajahannya melalui serangkaian kemudahan 7 Aminuddin Ilmar, Op.Cit,hal 4. Universitas Sumatera Utara seperti memperoleh lahan perkebunan, konsesi izin, serta ditambah dengan upah buruh yang sangat murah. 8 8 Jochen Rapke, Kebebasan yang Terhambat : Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesian, Jakarta: Gramedia, 1986 hal 157. Dari kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan bersama menunjukkan pembangunan pada awalnya hanya mengacu pada segi positifnya saja, terutama dalam mengejar ketinggalan perekonomian terhadap negara-negara lain dan juga untuk menyerap tenaga kerja yang sangat merisaukan karena jumlah pengangguran pada waktu itu. Pemerintah menitik beratkan pada tujuan pokok untuk mengundang investor agar bersedia menanamkan modalnya di Indonesia sebagai langkah maju dalam mengupayakan perbaikan perekonomian di Indonesia. Pada saat awal diberlakukannya undang-undang tentang PMA dan PMDN, pemerintah bukan saja melakukan pemilihan industri secara selektif yang tidakkurang menimbulkan limbah yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan, tetapi banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi investor yang menanamkan modalnya berlomba untuk mendirikan pabrik-pabrik tanpa adanya pengawasan, apakah pabrik-pabrik itu akan menganggu kelestarian lingkungan atau tidak. Karena kurangnya pengawasan dari pemerintah dari gangguan yang akan ditimbulkan dari pabrik-pabrik tersebut, maka bagi investor hanya terpikirkan, bagaimana memperoleh lahan yang strategis dan murah dalam rangka memperkecil biaya investasi tanpa memperdulikan gangguan yang ditimbulkan oleh limbah yang ada. Universitas Sumatera Utara Kondisi tanpa ketegasan dan menentu ini berjalan awal dekade tujuhpuluhan sampai dengan dekade delapanpuluhan sehingga jumlah industri berkembang dengan pesat dan sulit dilakukan pengawasan dengan tertib dan baik. Dari perjalanan panjang masa berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1967 dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang PMA dan PMDN menunjukkan bahwa peranan PMA dan PMDN dalam menunjang pembangunan sangat menggembirakan. Hal ini dapat diupamakan ibarat gayung bersambut antara pemerintah yang memerlukan investasi dengan para investor yang menghendaki keamanan atas investasi yang ditanamkan dalam upaya mengembangkan usaha. Pertumbuhan industri PMA dan PMDN ini telah memainkan peranannya dalam perekonomian Indonesia berarti taraf kehidupan masyarakat juga meningkat menjadi lebih baik. Sejalan dengan peningkatan taraf hidup masyarakat maka tuntutan kehidupan juga meningkat, satu diantara tuntutan tersebut adalah kenyamanan hidup berarti pula kenyamanan lingkungan hidup. Penanaman modal atau investasi merupakan pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara karena ekonomi negara yang hendak tumbuh berkelanjutan memerlukan modal terus-menerus. Dengan pendapatan per kapita yang rendah, Indonesia memupuk modal dengan kecepatan tinggi. 9 Atas dasar hal tersebut, suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal sedapat mungkin didasarkan pada semangat untuk 9 Dhaniswara. K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007, hal. 68. Universitas Sumatera Utara menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang Penanaman Modal dapat meningkatkan daya tarik Indonesia menjadi Negara tujuan investasi. Untuk itu, dalam kaitannya untuk menarik investasi, perlu dan patut ditonjolkan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peninggian mobilitas. Kebijakan investasi yang mengandung pembatasan-pembatasan ketat dan merupakan praktis luas hampir disemua negara berkembang harus diganti dengan kebijakan investasi yang lebih terbuka. Nondiskriminasi dan perlakuan yang sama bagi modal dalam negeri dan modal asing diterima sebagai salah satu asas penting dalam kebijakan investasi. Perampingan daftar negatif investasi hingga mencakup sejumlah kecil saja bisnis yang terkait dengan kesehatan, pertahanan dan keamanan, moral dan lingkungan hidup. 10 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mencakup semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-Undang ini juga membrikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan koordinasi antarinstansi pemerintah, antarinstansi pemerintah dengan Bank Indonesia, dan antarinstansi pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sesuai dengan semangat otonomi derah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman 10 Ibid., hal. 70. Universitas Sumatera Utara modal. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas perbantuan atau dekonsentrasi. Agar memenuhi prinsip demokrasi ekonomi, Undang-Undang ini juga memerintahkan penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan 11 , termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil , menengah, dan koperasi. 12 1. Apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan ? Peningkatan peranan penanaman modal harus tetap dalam koridor kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan dengan tahap memperhatikan makroekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor, pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance

B. Perumusan Masalah