rugi income statement ratio atau rasio laba rugineraca income statementbalance sheet ratio.
Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis kelompok rasio keuangan antara lain:
1.2.1 Rasio Likuditas
Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah
kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan bankir. Rasio likuiditas menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 206 adalah
“rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya”.
Untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya perusahaan memerlukan sejumlah kas yang cukup. Likuiditas liquidity
merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya. Likuiditas
bergantung pada arus kas perusahaan dan komponen aktiva lancar dan kewajiban lancarnya. Likuiditas tidak hanya berkenaan
dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar
tertentu menjadi uang kas. Perusahaan harus mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban lancarnya,
misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya sehingga perusahaan memperoleh kas.
Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing rasio likuiditas mencerminkan perspektif yang
berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas tersebut menurut
Tampubolon 2005 : 36 “antara lain current ratio, quick ratio, absolute liquidity ratio”. Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 52-
53 “rasio likuiditas meliputi rasio lancar, quick test ratio, net working capital, defensive interval ratio”.
Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 56 “acid test ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas
daripada rasio lancar”. Current ratio menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar suatu perusahaan.
Meskipun quick test ratio atau acid test ratio memberikan gambaran yang lebih baik dalam mengukur tingkat likuiditas
dibandingkan current ratio karena hanya terdiri dari kas, surat- surat berharga, dan piutang usaha, tetapi acid test ratio memiliki
kelemahan dalam mengukur tingkat likuiditas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syamsuddin 2000: 46
Acid test ratio ini akan memberikan gambaran likuiditas yang lebih tepat hanya apabila inventory sulit untuk dijual dengan
segera tanpa menurunkan nilainya. Dengan perkataan lain, apabila inventory dapat dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya,
maka penggunaan current ratio lebih disukai sebagai pengukuran
tingkat likuiditas perusahaan secara menyeluruh overall liquidity of the firm.
Rasio lancar current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari
aktiva lancarnya. Pihak yang paling berkepentingan terhadap rasio lancar adalah kreditor jangka pendek seperti pemasok. Jumlah kas
dan jumlah persediaan dan piutang yang akan dikonversi menjadi kas merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk
membayar kewajiban kepada kreditor jangka pendek. Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah rasio lancar current ratio. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah :
Rasio lancar current ratio =
100 Lancar
Kewajiban Lancar
Aktiva x
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin besar aktiva lancar, maka
semakin tinggi rasio lancarnya. Apabila dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah sebesar 2, artinya setiap satu rupiah
kewajiban lancar akan dijamin oleh dua rupiah aktiva lancar. Tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat
current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini
juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan perusahaan.
Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar harus dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis rasio lancar adalah
praktik yang berlaku dalam industri, lamanya siklus operasi dalam perusahaan, dan bauran aktiva lancar perusahaan.
Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya
juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi. Jika yang
menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya
perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk
membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditor harus menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar
kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu menagih piutangnya atau tidak dapat menjual persediaannya.
Bagi kreditor jangka pendek semakin tinggi rasio lancar, maka semakin besar kemungkinan bahwa perusahaan mampu
untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Bagi kreditor jangka panjang rasio lancar yang rendah dapat menyebabkan
perusahaan dipaksa pailit. Oleh karena perusahaan perlu menjaga tingkat likuiditas agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
1.2.2 Rasio