Khusus limbah dari bahan baku monomer dan katalis, berdasarkan PP RI Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
termasuk kategori limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun dari sumber yang spesifik sehingga dalam penanganannya harus dikirim ke pengumpul limbah B3
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2. Limbah cair hasil pencucian peralatan pabrik. Limbah ini diperkirakan
mengandung kerak dan kotoran-kotoran yang melekat pada peralatan pabrik. 3. Limbah domestik dan kantor
Limbah ini mengandung bahan organik sisa pencernaan yang berasal dari kamar mandi di lokasi pabrik, serta limbah dari kantin berupa limbah padat dan cair.
4. Limbah laboratorium Limbah yang berasal dari laboratorium ini mengandung bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk menganalisa mutu bahan baku yang dipergunakan dan mutu produk yang dihasilkan, serta yang dipergunakan untuk penelitian dan
pengembangan proses. Limbah laboratorium termasuk kategori limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun sehingga dalam penanganannya harus dikirim
ke pengumpul limbah B3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Pengolahan limbah cair pabrik ini tidak perlu dilakukan karena limbah yang
dihasilkan berupa gas dan partikel dengan nilai ppm masih dibawah ambang batas buang yang diperbolehkan LPH,2012
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
Tata letak peralatan dan fasilitas dalam suatu rancangan pabrik merupakan syarat penting untuk memperkirakan biaya secara akurat sebelum mendirikan pabrik
yang meliputi desain sarana perpipaan, fasilitas bangunan, jenis dan jumlah peralatan dan kelistrikan. Hal ini secara khusus akan memberikan informasi yang dapat
diandalkan terhadap biaya bangunan dan tempat sehingga dapat diperoleh perhitungan biaya yang terperinci sebelum pendirian pabrik.
8.1 Lokasi Pabrik
Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan serta kelangsungan dari suatu industri kini dan pada masa yang akan datang karena
berpengaruh terhadap biaya produksi dan distribusi yang minimal sehingga pabrik
tersebut dapat berjalan efisien dan ekonomis serta menguntungkan. Disamping
pertimbangan teknis dan ekonomis diperlukan pula pertimbangan sosiologis, yaitu pertimbangan dalam mempelajari sifat dan sikap masyarakat di sekitar daerah yang
dipilih sebagai lokasi pabrik Peters, 2004. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas maka direncanakan pendirian
pabrik pembuatan dimetil eter berlokasi di daerah Banyu Asin, Sumatera Selatan.
Gambar 8.1 Peta lokasi pabrik Dimetil Eter
Alasan pemilihan daerah ini sebagai lokasi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Bahan baku Lokasi pabrik umumnya dekat dengan sumber bahan baku, sehingga proses
operasi dapat terjaga kelangsungannya, selain itu dapat mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan. Bahan baku pabrik yaitu Tandan Kosong Kelapa
Sawit disuplai dari Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang tersebar di Provinsi Sumatera Selatan. Bahan baku pendukung seperti air untuk proses
reformer dan sarana utilitas didapat dengan mudah dari sungai Musi. Sedangkan,
Olivine, katalis Olivine, dan katalis Cu-ZnAl
2
O
3
didatangkan dari China. b. Transportasi
Pabrik ini direncanakan didirikan dekat dengan jalan raya dan aliran Sungai Musi sehingga mempermudah transportasi untuk pengiriman produk. Bahan baku yang
berbentuk gas dikemas dalam tabung khusus, dan padatan yang digunakan diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan produk yang dihasilkan diangkut
dengan menggunakan pesawat, kapal, dan truk .
c. Pemasaran Kebutuhan akan dimetil eter terus berkembang dengan pesat, sehingga
pemasaran produk ini cukup menguntungkan. Selain itu, daerah lokasi pabrik diusahakan dekat dengan pelabuhan dan bandar udara sehingga mempermudah
untuk melakukan ekspor. d. Kebutuhan air
Air yang dibutuhkan dalam proses diperoleh dari Daerah Aliran Sungai DAS Sungai Musi yang mengalir di sekitar pabrik untuk proses, sarana utilitas dan
kebutuhan domestik. e. Kebutuhan tenaga listrik dan bahan bakar
Listrik untuk kebutuhan pabrik diperoleh dari generator Steam turbin, dimana steam diperoleh dari proses siklus steam superheated oleh oleh unit steam
reformer. Disamping itu, disediakan juga cadangan dari Perusahaan Listrik Negara PLN Wilayah Banyu Asin.