Temuan Tingkat Pelayanan Sarana Dasar Temuan Optimasi Pelayanan Sarana Dasar

130 masyarakat yang lebih memilih untuk berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum. Perilaku ini menggambarkan bahwa jarak lokasi fasilitas pelayanan sarana dasar tidak sulit ditempuh dari pusat pemukiman.Jangkauan pelayanan di kota kecamatan Jalancagak pada dasarnya cukup jauh berdasarkan kriteria yang disyaratkan. Hasil analisis menggunakan metoda matrix jauh, rata-rata jangkauan pelayanan terjauh adalah 4 km desa Sarireja – desa Jalancagak, mengingat bahwa Kota Kecamatan Jalancagak berada di wilayah homogen sehingga sebaran pelayanan dasar terorientasi di satu pusat pertumbuhan yaitu desa Jalancagak.

4.6.3 Temuan Tingkat Pelayanan Sarana Dasar

1. Kecenderungan masyarakat terhadap ketidak puasan fasilitas sarana pelayanan dasar akibat kondisi sarana pelayanan yang kurang terawat. Sedangkan perilaku masyarakat lebih memilih berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum ke fasilitas pelayanan yang dibutuhkan. 2. Kapasitas pelayanan saat ini cenderung memiliki tingkat pelayanan yang tidak optimal dikarenakan pelayanan kesehatan yang memiliki skala pelayanan kecamatan berdasarkan jumlah ambang batas minimum penduduk masih belum dapat melayani jumlah penduduk yang akan dilayani. Belumnya optimal pada tingkat pelayanan juga terdapat pada sarana pendidikan menengah SLTP dan SLTA yang memiliki tingkat pelayanan yang melampaui batas yang akan dilayani. 131

4.6.4 Temuan Optimasi Pelayanan Sarana Dasar

Beradasarkan ketegori optimasi yang dibuat dari hasil penelitian analisis pola pelayanan, analisis tingkat pelayanan dan analisis arahan kebijakan maka ditemukan optimasi yang di prioritaskan berdasarkan hasil analisis tersebut. Melalui pendekatan neighborhood unit maka yang diambil hanya secara prinsip yaitu dengan cara social governance dan sharing system. Prinsip-prinsip yang digunakan tadi memberikan alternatif terbaik untuk jangka pendek optimasi saat ini. Hal ini diakibatkan sulitnya merencanakan suatu kawasan boundaries yang terdapat lintasan lalu lintas berkecepatan tinggi dan sebagai wilayah homogen perkebunan dan pertanian. Optimasi pada penelitian ini lebih di prioritaskan pada fasilitas sarana yang memliki tingkat pelayanan paling rendah. Tingkat pelayanan yang rendah pada sarana kesehatan dan pendidikan terjadi di desa Tambakan, Curugrendeng danSarireja. Arahan kebijakan pengembangan sarana kesehatan sedah mendukung tetapi masih belum pada sasaran yang dibutuhkan. Sebagai contoh pada arahan kebijakan mendukung dengan adanya pengembangan sarana posyandu pada desa Curugrendeng. Berdasarkan hasil penelitian sarana posyadu sudah melebihi batas penduduk. Sedangkan sarana praktek dokter dan balai kesehatan belum terpenuhi, dan kebutuhan penduduk akan sarana praktek dokter dan balai kesehatan terus meningkat. Hasil temuan di lapangan terdapat 6 unit praktek 132 dokter yang berada di desa Jalancagak, menurut hasil analisis tingkat pelayanan, kapasitas yang dibutuhkan cukup 1 unit, sedangkan untuk menuju ke pelayanan sarana dasar dari desa Curugrendeng sejarak 3 km, dan dari desa Sarireja ke pusat pelayanan kesehatan sejarak 5 km. Dengan cara sharing system untuk sarana desa Sarireja pelayanan pos yandu yang melebihi 1 unit kapasitas dapat dipergunakan sebagai balai kesehatan dan praktek dokter dan social governance dan sharing system yaitu tukar menukar pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang ada di lingkungannya. Pada desa Curugrendeng kebutuhan balai kesehatan dan praktek dokter belum tersedia sedangkan sarana posyandu melebihi 1 unit kapasitas, kelebihan sarana posyandu juga menjadi suatu yang tidak optimal. Untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan maka dapat ditempuh dengan memanfaatkan 1 unit posyandu untuk dijadikan 1 unit sarana. Optimasi juga dapat dilakukan berdasarkan potensi yang ada di wilayah studi seperti di lakukan untuk desa Bunihayu yaitu memanfaatkan sarana pendidikan sebagai penunjang kebutuhan industri kecil untuk mengembangkan pendidikan ketrampilan atau kejuruan dengan pendekatan prinsip sharing system, prinsip sosial governance dan syarat neighborhood unit.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian Optimasi Pola dan Tingkat Pelayanan Sarana Dasar di Kota Kecamatan Jalancagak sebagai berikut: 1. Kota Kecamatan Jalancagak merupakan kawasan perdesaan yang terletak 16 km di selatan Kota Subang Kecamatan Jalancagak memiliki kondisi fisik yang berbukit 38, landai 32 dan curam 30 diakibatkan keberadaannya terletak di daerah pegunungan dan memiliki fungsi wilayah sebagai pusat pelayanan sosial skala kota, kecamatan, desa dan merupakan wilayah homogenitas dengan ciri-ciri yang dominasi peruntukan lahan sebagai perkebunan dan pertanian 67.93 dan dominasi mata pencaharian penduduk sebagai petani 73,72. Sehingga perletakan fasilitas pelayanan sosial untuk skala kecamatan dikelompokan pada satu kawasan yang strategis dimana para penduduk dapat dengan mudah menjangkau layanan yang dibutuhkan. 2. Karekteristik penduduk di Kota Kecamatan Jalancagak masih sangat kental sebagai ciri-ciri masyarakat pedesaan pada umumnya hidup bergotong- royong, bersosialisasi, dan hidup sederhana dan bermata pencaharian didominasi sebagai petani. Kecenderungan masyarakat menuju sarana pelayanan dasar lebih banyak menggunakan kendaraan umum ke puskesmas dan ke sarana pendidikan tingkat menengah SLTP dan SLTA diakibatkan kemudahan aksesibilitas dan waktu tempuh 15- 30 menit dan masyarakat yang berjalan kaki lebih banyak untuk ke sarana SD diakibatkan persebaran sarana