a. Pembalut luka
Pembalutan luka bertujuan untuk mengabsorsi eksudat dan melindungi luka dari kontaminasi eksogen. Penggunaan balutan juga harus disesuaikan dengan
karakteristik luka.
Jenis-jenis balutan antara lain :
1. Balutan kering
Luka-luka dengan kulit yang masih utuh atau tepi kulit yang dipertautkan mempunyai permukaan yang kering sehingga balutan tidak akan melekat, maka
pada keadaan seperti ini paling sering digunakan kasa dengan jala-jala yang lebar, kasa ini akan melindungi luka dan memungkinkan sirkulasi udara yang baik
melalui balutan. Dengan demikian uap lembab dari kulit dapat menguap dan balutan tetap kering Schrock, 1995.
2. Balutan basah kering
Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau kombinasi dari serat lainnya. Kasa dari kapas digunakan sebagai pembalut
pertama dan kedua, kasa tersedia sebagai pembalut luka, spons, pembalut melingkar dan kaus kaki. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan berlubang,
tergantung pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering digunakan untuk membungkus, seperti balutan basah lembab normal salin. Kasa katun kasar,
seperti balutan basah lembab normal salin, digunakan untuk debridemen non selektif mengangkat debris atau jaringan yang mati.
Universitas Sumatera Utara
3. Balutan modern
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari dukungan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu tersebut dapat dilihat dari banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk bahan
pembalut luka modern. Bahan pembalut luka modern adalah produk pembalut hasil teknologi tinggi yang mampu mengontrol kelembapan disekitar luka. Bahan
balutan luka modern ini di disesuaikan dengan jenis luka dan eksudat yang menyertainya.
Jenis-jenis balutan luka yang mampu mempertahankan kelembaban antara lain Briant, 2007 :
a. Alginat
Alginat banyak terkandung dalam rumput laut cokelat dan kualitasnya bervariasi. Polisakarida ini digunakan untuk bahan regenerasi pembuluh darah,
kulit, tulang rawan, ikatan sendi dan sebagainya. Apabila pembalut luka dari alginat kontak dengan luka, maka akan terjadi infeksi dengan eksudat,
menghasilkan suatu jel natrium alginat. Jel ini bersifat hidrofilik, dapat ditembus oleh oksigen tapi tidak oleh bakteri dan dapat mempercepat pertumbuhan jaringan
baru. Selain itu bahan yang berasal dari alginat memiliki daya absorpsi tinggi, dapat menutup luka, menjaga keseimbangan lembab disekitar luka, mudah
digunakan, bersifat elastis. antibakteri, dan nontoksik. Alginat adalah balutan primer dan membutuhkan balutan sekunder seperti
film semi-permiabel, foam sebagai penutup. Hal ini disebabkan karena balutan ini
Universitas Sumatera Utara
menyerap eksudat, memberi kelembaban, dan melindungi kulit di sekitarnya agar tidak mudah rusak. Untuk memperoleh hasil yang optimal balutan ini harus
diganti sekali sehari. Balutan ini dindikasi untuk luka superfisial dengan eksudat sedang sampai banyak dan untuk luka dalam dengan eksudat sedang sampai
banyak sedangkan kontraindikasinya adalah tidak dinjurkan untuk membalut luka pada luka bakar derajat III.
b. Hidrogel
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran seperti serat kasa, atau jel yang tidak berperekat yang mengandung polimer hidrofil berikatan silang yang dapat
menyerap air dalam volume yang cukup besar tanpa merusak kekompakkan atau struktur bahan. Jel akan memberi rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan
meningkatkan rasa nyaman pasien. Jel diletakkan langsung diatas permukaan luka, dan biasanya dibalut dengan balutan sekunder foam atau kasa untuk
mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung penyembuhan luka. Indikasi balutan ini adalah digunakan pada jenis luka dengan
cairan yang sedikit sedangkan kontraindikasinya adalah luka yang banyak mengeluarkan cairan
c. Foam Silikon Lunak
Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada permukaan yang kontak dengan luka. Silikon membantu mencegah balutan foam
melekat pada permukaan luka atau sekitar kulit pada pinggir luka.
Universitas Sumatera Utara
Hasilnya menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat mengganti balutan, dan membantu proses penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini dirancang
untuk luka dengan drainase dan luas.
d. Hidrokoloid
Balutan hidrokoloid bersifat ”water-loving” dirancang elastis dan merekat yang mengandung jell seperti pektin atau gelatin dan bahan-bahan absorben atau
penyerap lainnya. Balutan hidrokoloid bersifat semipermiabel, semipoliuretan padat mengandung partikel hidroaktif yang akan mengembang atau membentuk
jel karena menyerap cairan luka. Bila dikenakan pada luka, drainase dari luka berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk membentuk seperti
jel yang menciptakan lingkungan yang lembab yang dapat merangsang pertumbuhan jaringan sel untuk penyembuhan luka. Balutan hidrokoloid ada
dalam bermacam bentuk, ukuran, dan ketebalan. Balutan hidrokoloid digunakan pada luka dengan jumlah drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis ini biasanya
diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung pada metode aplikasinya, lokasi luka, derajat paparan kerutan-kerutan dan potongan-potongan, dan inkontinensia.
Balutan ini diindikasi kan pada luka pada kaki, luka bernanah, sedangkan kontraindikasi balutan ini adalah tidak digunakan pada luka yang terinfeksi.
e. Hidrofiber
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa
bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid. Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka untuk
Universitas Sumatera Utara
membentuk jel yang lunak yang sangat mudah dieliminasi dari permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang sedang atau banyak, dan
luka yang dalam dan membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap
dipertahankan dengan menambahkan larutan normal salin. Balutan hidrofiber dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka Briant,
2007.
b. Larutan pembersih
Proses pembersihan luka terdiri dari memilih cairan yang tepat untuk membersihkan luka dan menggunakan cara-cara mekanik yang tepat untuk
memasukkan cairan tersebut tanpa menimbulkan cedera pada jaringan luka AHPCR, 1994. Tujuan pembersih luka adalah untuk menegeluarkan debris
organik maupun anorganik sebelum menggunakan balutan untuk mempertahankan lingkungan yang optimum pada tempat luka untuk proses penyembuhan. Adanya
debris yang terus menerus, termasuk benda asing, jaringan lunak yang mengalami devitalisasi, krusta, dan jaringan nekrotik dapat memperlambat penyembuhan dan
menjadi fokus infeksi. Membersihkan luka dengan lembut tetapi mantap akan membuang kontaminan yang mungkin akan menjadi sumber infeksi.
Menurut pedoman AHCPR 1994, cairan pembersih yang dianjurkan adalah Sodium klorida. Normal salin aman digunakan pada kondisi apapun
LilleyAucker, 1999. Sodium klorida atau natrium klorida tersusun atas Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah
Universitas Sumatera Utara
Henderson, 1992. Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,90 . Ini adalah konsentrasi normal dari
sodium klorida dan untuk alasan ini Sodium Klorida disebut juga salin normal Lilley Aucker, 1999. Normal salin merupakan larutan isotonis yang aman
untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembapan disekitar luka, membantu luka menjalani proses
penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah Bryant, 2007.
c. Agen topikal
Agen topikal terdiri dari antiseptik dan antibakteri. Antiseptik adalah bahan- kimia yang dioleskan pada kulit atau jaringan yang hidup untuk menghambat dan
membunuh mikroorganisme baik yang bersifat sementara maupun yang tinggal menetap pada luka dengan demikian akan mengurangi jumlah total bakteri yang
ada pada luka. Pada perawatan luka modern, pemakaian antiseptik yang diperkenalkan oleh
Lister, seperti povidone-iodine, hypoclorite, asam asetat tidak digunakan lagi pada luka-luka terbuka dan luka bersih seperti luka bedah akut dan luka-luka
kronik. Pemakaian povidone iodine hanya digunakan pada luka-luka akut maupun kronik yang dapat menunjukkan kesembuhan healable wound, luka yang
mengalami infeksi. Povidone iodine juga digunakan untuk mensterilkan alat dan permukaan kulit yang utuh yang akan dioperasi. Sehingga, untuk mencegah
kerusakan jaringan baru pada luka, WHO menyarankan agar tidak lagi menggunakan antiseptik pada luka bersih, tetapi menggunakan normal salin
sebagai agen pembersih WHO, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Agen topikal golongan antibiotik yang sering digunakan adalah bacitracin, silver sulfadiazine, neomysin, polymyxin. Pemberian antibakteri diindikasikan
pada luka yang memiliki tanda-tanda infeksi Moon, 2003.
d. Balutan sekunder Secondary dressing
Balutan sekunder adalah bahan perawatan luka yang memberikan efek terapi atau berfungsi melindungi, megamankan dan menutupi balutan primer.
Jenis-jenis balutan sekunder antara lain: a. Pita perekat adhesive tape
Beberapa pita perekat yang sering digunakan dalam perawatan luka antara lain Knottenbelt, 2003 :
1. Plester cokelat terdiri dari bahan tenunan katun sewarna kulit dengan perekat Zinc oksida berpori dengan daya lekat kuat namun tidak sakit saat dilepas.
Plester ini diindikasikan untuk plester serbaguna, retensi bantalan penutup luka, fiksasi infus.
2. Plester luka Non Woven, terbuat dari bahan akrilik yang hipoalergenik. Kertas pelindung terbuat dari silikon bergaris dan memiliki crack back, yang
memudahkan pemakaian teknik asepsis, mengikuti lekuk tubuh, perlindungan menyeluruh untuk mencegah kontaminasi. Plester ini memiliki daya lekat
optimal tidak terlalu lengkat dikulit namun tidak mudah lepas. Plester ini diindikasikan untuk retensi bantalan penutup luka, fiksasi infus. Contoh :
Biopore, Hipavix.
Universitas Sumatera Utara
b. Balutan Perekat Adhesive Dressing Contohnya : Perekat Alginat, perekat hidrokoloid, transparent film.
c. Perban Contohnya: Balutan tubular, balutan kompresi tinggi.
e. Semprotan perekat
Semprotan perekat merupakaan cara lain untuk mempertahankan balutan agar tetap pada tempatnya. Beberapa lapis kasa diletakkan langsung pada luka,
kemudian balutan dipenuhi dengan semprotan perekat, dan setelah mengering, kelebihan kasa digunting. Jenis ini disemprotkan langsung pada luka yang akan
segera mengering dan memberikan perlindungan yang baik Morrison, 2004.
2.3 Penggunaan Bahan pada Berbagai Luka
a. Perawatan luka berdasarkan karakteristik luka 1 Perawatan luka yang memiliki jaringan nekrotik
Jaringan nekrotik sering dijumpai pada luka kronis seperti ulkus iskemi, ulkus neuropatik, ulkus vena, dan ulkus dekubitus. Debridemen adalah
pengangkatan jaringan yang sudah mengalami nekrosis yang bertujuan untuk menyokong pemulihan luka. Indikasi debridemen adalah luka akut atau kronik
dengan jaringan nekrosis, luka terinfeksi dengan jaringan nekrotik. Pemilihan metode debridemen harus berdasarkan karakteristik jaringan nekrotik yang ada
pada luka klien. Menurut Suriadi 2004 ada beberapa cara debridemen diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
1. Debridemen mekanik, yaitu dengan kompres basah kering wet to dry, hidroterapi, dan irigasi luka. Metode debridemen mekanik ini diindikasikan
untuk luka dengan jumlah jaringan nekrotik yang banyak dan luka infeksi. Dengan demikian pemantauaan untuk daerah yang terkena mudah untuk
dilakukan. 2. Debridemen pembedahan surgical, yaitu dengan bedah insisi. Metode ini
merupakan cara yang paling cepat untuk membuang jaringan nekrotik dalam jumlah banyak. Dampak negatif dari debridemen ini adalah peningkatan
resiko pasien terhadap perdarahan, anestesi, dan sepsis. Fakta yang sering terjadi adalah banyak infeksi yang terjadi setelah operasi terutama pada
orang-orang yang memiliki status kesehatan yang tidak optimal. 3. Debridemen autolisis, yaitu lisisnya jaringan nekrotik dengan sendirinya oleh
enzim badan sel darah putih, yang memasuki daerah luka selama proses inflamasi. Debridemen autolisis hanya digunakan pada klien yang tidak
terinfeksi dengan jumlah jaringan nekrotik yang terbatas. Debridemen autolisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan balutan yang dapat
mempertahankan kelembaban seperti hidrokoloid, hidrogel, alginat.
2. Penatalaksanaan luka yang terinfeksi
Kebanyakan luka kronis dikontaminasi oleh mikroorganisme yang sangat banyak yang tampaknya tidak memperlambat proses penyembuhan.Pada luka
infeksi yang menghasilkan bau dapat menggunakan balutan arang aktif Activated
Universitas Sumatera Utara
charcoal dressing sebagai penghilang rasa bau deodoriser yang efektif. Jika terdapat eksudat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, maka balutan busa yang
menyerap dan dilapisi arang Morrison, 2004.
3. Penatalaksanaan luka dengan banyak eksudat
Sekalipun jaringan nekrotik dan jaringan tampak jelas terinfeksi telah diangkat dari bidang luka, luka dapat terus menghasilkan eksudat dalam jumlah
banyak yang dapat menembus balutan non-oklusif dan meningkatkan risiko infeksi luka. Eksudat dapat juga mengikis tepi luka jika jaringan sekitarnya
menjadi terendam air. Volume eksudat berkurang pada waktunya, tetapi sampai stadium tersebut diperlukan balutan yang bisa menyerap dan tidak melekat.
Morrison, 2004. Luka-luka yang bereksudat dibagi ke dalam tiga kategori, tergantung kedalaman
dan tingkat eksudat yang dihasilkan Morrison, 2004, antara lain : a. Untuk luka-luka superfisial dengan eksudat sedikit sampai sedang,
pemilihan balutan meliputi: Lembaran hidrokoloid. Lembar balutan ini tidak memerlukan balutan sekunder dan cukup mudah untuk melihat kapan
balutan tersebut perlu diganti. b. Untuk luka superfisial dengan eksudat sedang sampai banyak, pilihan
balutan seperti balutan alginat. c. Untuk luka dalam dengan eksudat sedang sampai banyak, pilihan balutan
meliputi: granula atau pasta hidrokoloid, hidrogel yang bergranulasi balutan alginat, balutan alginat dalam bentuk pita atau tali sangat berguna
untuk membungkus luka yang sempit, balutan busa.
Universitas Sumatera Utara
4. Perawatan luka dalam yang bersih dengan sedikit eksudat