Agen topikal Balutan sekunder Secondary dressing

Henderson, 1992. Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,90 . Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini Sodium Klorida disebut juga salin normal Lilley Aucker, 1999. Normal salin merupakan larutan isotonis yang aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembapan disekitar luka, membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah Bryant, 2007.

c. Agen topikal

Agen topikal terdiri dari antiseptik dan antibakteri. Antiseptik adalah bahan- kimia yang dioleskan pada kulit atau jaringan yang hidup untuk menghambat dan membunuh mikroorganisme baik yang bersifat sementara maupun yang tinggal menetap pada luka dengan demikian akan mengurangi jumlah total bakteri yang ada pada luka. Pada perawatan luka modern, pemakaian antiseptik yang diperkenalkan oleh Lister, seperti povidone-iodine, hypoclorite, asam asetat tidak digunakan lagi pada luka-luka terbuka dan luka bersih seperti luka bedah akut dan luka-luka kronik. Pemakaian povidone iodine hanya digunakan pada luka-luka akut maupun kronik yang dapat menunjukkan kesembuhan healable wound, luka yang mengalami infeksi. Povidone iodine juga digunakan untuk mensterilkan alat dan permukaan kulit yang utuh yang akan dioperasi. Sehingga, untuk mencegah kerusakan jaringan baru pada luka, WHO menyarankan agar tidak lagi menggunakan antiseptik pada luka bersih, tetapi menggunakan normal salin sebagai agen pembersih WHO, 2010. Universitas Sumatera Utara Agen topikal golongan antibiotik yang sering digunakan adalah bacitracin, silver sulfadiazine, neomysin, polymyxin. Pemberian antibakteri diindikasikan pada luka yang memiliki tanda-tanda infeksi Moon, 2003.

d. Balutan sekunder Secondary dressing

Balutan sekunder adalah bahan perawatan luka yang memberikan efek terapi atau berfungsi melindungi, megamankan dan menutupi balutan primer. Jenis-jenis balutan sekunder antara lain: a. Pita perekat adhesive tape Beberapa pita perekat yang sering digunakan dalam perawatan luka antara lain Knottenbelt, 2003 : 1. Plester cokelat terdiri dari bahan tenunan katun sewarna kulit dengan perekat Zinc oksida berpori dengan daya lekat kuat namun tidak sakit saat dilepas. Plester ini diindikasikan untuk plester serbaguna, retensi bantalan penutup luka, fiksasi infus. 2. Plester luka Non Woven, terbuat dari bahan akrilik yang hipoalergenik. Kertas pelindung terbuat dari silikon bergaris dan memiliki crack back, yang memudahkan pemakaian teknik asepsis, mengikuti lekuk tubuh, perlindungan menyeluruh untuk mencegah kontaminasi. Plester ini memiliki daya lekat optimal tidak terlalu lengkat dikulit namun tidak mudah lepas. Plester ini diindikasikan untuk retensi bantalan penutup luka, fiksasi infus. Contoh : Biopore, Hipavix. Universitas Sumatera Utara b. Balutan Perekat Adhesive Dressing Contohnya : Perekat Alginat, perekat hidrokoloid, transparent film. c. Perban Contohnya: Balutan tubular, balutan kompresi tinggi.

e. Semprotan perekat