Faktor-faktor yang mempengaruhi opini masyarakat terhadap pengungkapan kasus pembunuhan Fransciesca Yofie oleh penyidik Polrestabes Bandung

4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi opini masyarakat terhadap pengungkapan kasus pembunuhan Fransciesca Yofie oleh penyidik Polrestabes Bandung

Walaupun pengungkapan kasus pembunuhan Fransciesca Yofie telah dilaksanakan secara maksimal oleh pihak kepolisian khususnya penyidik Sat Reskrim Polrestabes Bandung, namun ternyata masih banyak masyarakat ataupun pihak yang meragukan hasil penyidikan tersebut. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap proses penegakan hukum, apalagi kasus tewasnya Fransciesca Yofie sudah menjadi konsumsi publik dan merupakan berita Nasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat tersebut diantaranya adalah :

a. Instansi Kepolisian sebagai Penegak Hukum Kepolisian merupakan garda terdepan dalam proses peradilan pidana demi terwujudnya penegakan hukum yang adil, pasti, dan bermanfaat. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat bernama Bapak Kasno, S,Sos. MAP, seorang Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat PU Bandung, ( wawancara 28 Januari 2014) bahwa :

“Sebelumnya saya mohon maaf Pak jika terlalu lancang berpendapat seperti ini, tetapi ya ini untuk perbaikan polisi juga kedepannya, berdasarkan pengamatan saya selama ini, dari informasi yang saya

dapat di media maupun hasil ngobrol dengan rekan-rekan dikantor atau dirumah, Polri seakan-akan tidak terbuka dan cenderung melindungi dalam menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan anggotanya contohnya kasus Susno Duadji yang seperti dilindungi Polri sehingga kesulitan dieksekusi oleh Kejaksaan,

Demikian juga kasus Djoko Susilo yang sebelumnya tidak dinyatakan bersalah oleh Polri namun akhirnya dapat dibuktikan bersalah oleh KPK ”

Pernyataan tersebut diatas berkaitan dengan analisa awal dari pihak Polrestabes Bandung yang menyatakan bahwa pada kasus pidana yang Pernyataan tersebut diatas berkaitan dengan analisa awal dari pihak Polrestabes Bandung yang menyatakan bahwa pada kasus pidana yang

“Pada kasus Fransciesca Yofie ini memang benar bahwa dari pihak Polrestabes Bandung pada awalnya saat itu sangat terlalu dini memberikan pernyataan kepada pihak media bahwa bahwa dugaan awal kasus tersebut adalah pembunuhan yang bermotif dendam,

padahal saat itu belum dilaksanakan proses penyidikan secara mendalam”

b. Media Media merupakan sarana informasi publik yang saat ini paling efektif. Berita tentang Fransciesca Yofie pada awalnya tersebar melalui media elektronik dan cetak pada hari Selasa 6 Agustus 2013. Beberapa berita yang ada di media antara lain sebagai berikut :

1. Berdasarkan informasi dari Satreskrim Polrestabes Bandung diperoleh keterangan bahwa pada hari Senin tanggal 5 Agustus 2013 sekira jam

18.30 Wib, di Jl. Setra Indah Utara II No 11 Sukajadi Kota Bandung, ditemukan seorang wanita terluka parah di pinggir jalan dengan pakaian rusak dan tubuh luka-luka diduga korban kejahatan. Kapolsek Sukajadi AKP Suminem kepada wartawan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Senin (5/8/2013) malam mengatakan bahwa korban mengalami 3 luka bacok, satu di depan dan dua lagi di kepala bagian belakang (kompasiana.com, 6 Agustus 2013).

2. Pihak polda Jabar menduga korban diikuti dari tempat kerjanya sebelum dibunuh. Kabid Humas Polda Jabar, Kombes (Pol) Martinus Sitompul saat dihubungi wartawan Detiknews, Selasa (6/8/2013) Jam

10.00 (Detiknews.com, 6 Agustus 2013).

3. Pada pukul 16.41 WIB Detiknews memberitakan Kapolsek Sukajadi AKP Suminem setelah menggelar olah TKP ulang di lokasi kejadian, Jalan

Cipedes Sukajadi Bandung mengatakan bahwa tidak ada barang korban (Sisca) yang hilang (Detiknews.com, 6 Agustus 2013)

4. Kapolrestabes Bandung Kombes Pol. Drs. Sutarno menyampaikan 4. Kapolrestabes Bandung Kombes Pol. Drs. Sutarno menyampaikan

yang hilang dari korban (Detiknews.com, 6 Agustus 2013)

5. Tanggal 7 Agustus 2013 jam 14.00 WIB, polisi juga mengiyakan bahwa dalam beberapa status Facebook dapat disimpulkan bahwa korban Sisca sedang mendendam kepada seseorang yang telah menyakiti ibu kandung Sisca karena memperkarakan ibunya ke polisi. Sementara ketika ibunya meninggal orang tersebut datang ke makam ibu Sisca sementara Sisca merasa itu sebagai penghinaan yang lebih besar lagi (Detiknews.com 7 Agustus 2013).

6. Kepada wartawan, Selasa 13 Agustus 2013, Kapolrestabes Bandung Komisaris Besar Polisi Drs. Sutarno mengatakan, setelah menggeledah kamar kost Sisca Yofie, ditemukan foto Kompol A dan Sisca yag terlihat mesra bersama catatan dan surat pribadi antara Sisca dan Kompol A. Kapolrestabes juga mengakui bahwa ada hubungan khusus antara Sisca dengan Kompol A meskipun juga diakui Kompol A sudah memiliki seorang istri. Beliau juga mengungkapkan, Kompol A pernah menyuruh anak buahnya Brigadir E untuk mengikuti Sisca. (nasional.news.viva.co.id

13 Agustus 2013).

7. Kompol A sudah diperiksa oleh Divisi Propam Polda Jabar dan hasilnya dinyatakan tidak ada keterkaitan Kompol A atas tewasnya Sisca. Sang eksekutor Sisca, Wawan, mengaku dirinya tidak pernah mengenal Kompol A yang bertugas di Polda Jabar tersebut. Wawan mengaku motif kejahatannya adalah murni ekonomi dengan menjambret barang milik korbannya.(Merdeka.com, 13 Agustus 2013).

8. Pengakuan tersangka pembunuh Sisca Yofie dinilai Kompolnas aneh dan janggal karena tidak masuk akal bahwa rambut Sisca yang panjangnya

30 cm bisa tergulung masuk gear motor (vivanews.co.id 20 Agustus 2013).

9. Kriminolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Yesmil Anwar menilai banyak kejanggalan dalam rekonstruksi kematian Fransisca Yofie atau Sisca, terutama ketidaksinkronan antara pengakuan tersangka dan keterlibatan oknum polisi, Kompol A. Dia menilai, terbunuhnya Sisca lebih disebabkan ada faktor kecemburuan Kompol A (Metrotvnews.com, 23 Agustus.2013).

10. Penyidik Polrestabes Bandung mengataka n, rekonstruksi yang digelar Kamis (22/8) mengacu pada fakta yang ada dan mengikuti ketentuan yang berlaku. Menurut Kombes Pol. Drs. Sutarno, masyarakat boleh menilai dan berpendapat soal kasus pembunuhan Sisca. Namun, kata dia, penilai yang ada tersebut tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Ia mengatakan, tidak ada yang janggal dalam rekonstruksi yang digelar Kamis kemarin. Seluruh proses dan tahapan rekonstruksi,

secara transparan (remasyarakata.co.id, 23 Agustus 2013).

imbuh

dia,

dilakukan

Keterangan dari tiga orang wartawan media massa, yaitu : Baban wartawan Detik.com , Adi wartawan NetTV ,dan Tri wartawan OKzone.com (wawancara, 2 Februari 2014) :

“Kasus Fransciesca Yofie masih tetap menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan hingga saat ini, masyarakat masih penasaran mengenai hasil pengadilan terhadap kedua tersangka. Saat kasus Sisca muncul bang, 20 orang mati yang saya liput masih kalah sama

berita Sisca. Berita yang kami diterbitkan di media adalah fakta yang ada di lapangan dan sudah mendapatkan konfirmasi dari pihak Polrestabes, kemudian dipadukan dengan analisa editor sehingga

menarik aja untuk dibaca.”

Kemudian keterangan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan Kompol. Rosdiana, ( wawancara, 2 Februari 2014 ) : “Kami selaku pihak Humas Polrestabes Bandung menyediakan

ruangan khusus bagi para wartawan yang sering meliput berita disini, jadi mereka bisa standby dan apabila ada sesuatu yang perlu untuk

di konfirmasikan bisa cepat”

Fakta-fakta yang ditemukan oleh pihak wartawan dilapangan, setelah di konfirmasi dengan pihak kepolisian kemudian dikemas sedemikian rupa, seperti menambahkan pernyataan yang menarik minat pembaca, sebagai contoh kutipan berita berikut :

“Kompol A adalah perwira polisi yang diduga menjadi kekasih gelap Sisca Yofie. Perwira polisi ini sudah memiliki istri, kemudian berselingkuh dengan manajer cantik tersebut. Saat sudah putus, Kompol A dikabarkan masih saja mengejar-ngejar Sisca bahkan memata- matainya.” (Merdeka.com, Andrian Salam Wiyono, Selasa,

13 Agustus 2013 17:09)

Dalam hal meberikan keterangan kepada pihak media, Kapolrestabes Bandung memberikan kebijakan khusus. Kepada peneliti, Kapolrestabes Bandung, KBP. Mashudi ( wawancara, 5 Februari 2014 ) menjelaskan :

“pemberian informasi kepada media hanya boleh dilakukan oleh masing-masing Kepala Satuan Kerja atau Kasubnit Humas

Polrestabes Bandung, untuk hal yang sangat atensi, maka informasi harus dari saya langsung”

c. Opini dan Pendapat Terkait dengan kasus pembunuhan Fransciesca Yofie, peneliti menemukan beberapa opini maupun pendapat dari para ahli mengenai kasus pembunuhan Fransciesca Yofie.

Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, setelah menganalisa kasus tersebut, ia justru menduga niat pelaku awalnya hanya ingin sebatas mencederai korban saja atau tidak ingin sampai membunuh korban. Pencederaan pada korban, sangat mungkin ingin dilakukan maksimal atau sampai membuat korban cacat permanen sekaligus menghilangkan kecantikannya. Tidak adanya niat membunuh korban, menurut Reza, bisa dilihat dari cara pelaku dalam menyiksa korbannya, yakni dengan membacok korban dibagian yang tidak mematikan. Bahkan, pelaku menyeret korban dengan sepeda motor hingga 1 km, yang tentunya akan meninggalkan jejak atau bukti-bukti tentang pembunuhan.

"Kenapa pelaku melukai dahi korban yang jelas-jelas tidak mematikan, dan bukan membacok jantung korban? Kenapa juga

pelaku menyeret korban, dan bukan meninggalkan korban? Melukai dahi dan menyeret korban, sangat tidak efisien jika sejak awal pelaku memang berniat membunuh korban....dalam aksi kejahatan apalagi pembunuhan, pelaku akan melakukannya dengan cara yang paling efisien yakni dengan cepat melarikan diri dan meninggalkan bukti

sesedikit mungkin,Tapi dalam kasus di Bandung ini, pelaku tidak memenuhi misi efisiensi itu...peristiwa ini bukanlah intentional murder yakni dimana sejak awal pelaku memang berniat ingin menghabisi atau membunuh korban...Ini sepertinya bukan intentional murder, namun collateral damage dimana niatan sebatas mencederai,

akhirnya menjadi tragedi atau menjadi accidental murder. Pelaku sepertinya kebablasan. Emosi pelaku meluap hingga merusak

rencana awal mereka.papar Reza.” ( TribunNews, Rabu 7 Agustus 2013, URL)

Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Mulyana W Kusumah berpendapat bahwa Kasus Sisca tidak semata-mata perampokan. Kemungkinan ada motif lain karena korban harus meregang nyawa dengan diseret beberapa ratus meter. Kepalanya disabet dengan senjata tajam hingga tewas. Jika memang kasus ini murni perampokan dengan kekerasan maka semakin cepat mereka beraksi semakin baik agar tidak terdeteksi, maka pelaku tidak akan mengambil resiko menyeret korban sejauh itu yang bisa dilihat orang banyak.

“Pembunuhan Sica bukan Pembunuhan aksidental atau accidental killing, tetap bentuk forture murder, yaitu pembunuhan yang didahului

penyiksaan dengan menyakiti korban secara fisik dengan kejam. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghukuman terhadap korban. Dalam hubungan itu, aktor utama pembunuhan merencanakan forture murder yang dilatarbelakangi oleh hubungan sosial yang sebelumnya dekat menjadi hubungan sosial yang buruk sehingga

akhirnya berpuncak pada eksekusi korban sebagai pelampiasan kemarahan laten. ( SindoNews, Senin 2 Desember 2013, URL)

Service Manager 2W PT Suzuki Indomobil, Hariadi berpendapat bahwa terdapat beberapa kemungkinan mengenai kasus pembunuhan Fransciesca Yofie, baik dilihat dari seberapa tebal rambut korban, terus apakah kulit kepalanya terkelupas atau tidak. Andai juga masuk seharusnya rambutnya pasti putus tidak lebih dari lima meter karena bahan material gir Suzuki terbuat dari sebuah besi plat, dan arm sebagai penyambungnya terbuat dari besi kosong yang dibentuk, hingga dengan mudah dapat memutus rambut. ( SindoNews, Senin 2 Desember 2013, URL)

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ikut mengawasi penyelidikan tewasnya Sisca Yofie di Bandung. Kompolnas menemukan sejumlah kejanggalan dari keterangan tersangka Ade dan Wawan.

"...rambut yang 30 cm itu masa terbawa oleh gir atau oleh rantai. Itu sama sekali tidak memenuhi azas logika...memang terkesan polisi terlalu berhati-hati mengusut kasus ini...menduga karena ada Kompol Albertus Eko Budi yang tersangkut karena pernah menjalin hubungan gelap dengan Sisca...berharap polisi tak menutupi jika Kompol Albert memang terlibat.Dia (polisi) tak berani mengambil langkah cepat karena khawatir ada hal-hal yang nanti malah salah. Tapi justru soal kehati-hatian yang berlebihan itu, justru kita beranggapan sesuatu yang sepertinya diproteksi. Tapi ya kita harapkan tidak...Kompolnas tidak menemukan kejanggalan, terutama dalam proses penyidikan dan penyelidikan. Justru kami masih melihat ada kejanggalan pada pengakuan para tersangka...proses sidik masih berjalan, dan tampaknya tidak ada sama sekali hal- hal yang kita anggap aneh...” (Merdeka, Selasa 20 Agustus 2013, URL)

Menurut Dadang Sukmawijaya, pengacara tersangka Wawan, kliennya menjambret pada Senin, 5 Agustus lalu di Jalan Cipedes, Sukajadi, Bandung, bukan karena alasan ekonomi tetapi lebih karena pengaruh obat- obatan yang dikonsumsinya pada saat sebelum melakukan tindak pidana tersebut.

"Dia (Wawan) kan punya usaha airbrush dan rongsokan di rumahnya, jadi sebenarnya tidak ada desakan ekonomi...wajar saja Wawan membuang telepon genggam Sisca Yofie ke sungai di sekitar rumah Wawan di Jalan Sukagalih, Bandung, sesaat sebelum Wawan melarikan diri ke Cianjur...Aksi pembacokan dan penyeretan Sisca sejauh 800 meter yang menyebabkan terenggutnya nyawa Sisca itu semata-mata disebabkan oleh pengaruh obat-obatan terlarang yang Wawan konsumsi sebelumnya...Wawan memang sering mengkonsumsi obat-obatan terlarang jika dilanda masalah. Ketika hari kejadian pun...Wawan sedang dilanda masalah keluarga. ( Tempo, Selasa 17 September 2013, URL)

Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP. Trunoyudo kepada merdeka.com saat ditemui di kantornya, Kamis 15 Agustus 2013 menjelaskan bahwa :

“Wawan kemudian menyabetkan golok ke belakang beberapa kali tanpa melihat Sisca. Sisca kemudian merasa lemas dan terjatuh. "Nah jatuhnya menyamping atau gimana itu masih kita dalami" katanya. Sisca yang terjatuh, lanjut Yudo, bagian pantat menjadi yang pertama menyentuh aspal. Selanjutnya, dengan reflek sebagai manusia, Sisca membalikan tubuhnya ke kiri dan ke kanan hingga

tengkurap. "Rambut kelilit gir, pantat yang menyentuh aspal kan pasti sakit. Tubuh manusia pasti langsung reflek berupaya menghindari bagian yang sakit. Tentu saja dia membalikan tubuh ke bagian yang tidak sakit mesti kondisi terseret," tuturnya. Seperti diketahui, saksi mata, Reza yang sempat melihat peristiwa yang menimpa Sisca.

Reza melihat kalau pelaku menyeret Sisca secara kejam. "Saya lihat disangka boneka yang diseret. Tangan pelaku pegang kepala korban dengan melilit rambut Sisca nyeretnya, dan tangan satu lagi nenteng parang," ujar Reza saat ditemui merdeka.com, Rabu (14/8). Sementara itu, polisi lebih yakin pengakuan Wawan dan Ade yang

mengaku sebagai pembunuh Sisca. Mereka menjelaskan niat awalnya tidak ingin membunuh hanya menjambret. Tapi karena ada perlawanan dari Sisca pelaku yang panik langsung melarikan diri. Sisca ikut terseret motor karena rambut panjangnya tersangkut di gir motor. ( Merdeka, Minggu 18 Agustus 2013, URL)

Opini masyarakat mengenai kasus Fransciesca Yofie yang peneliti temukan pada sebuah situs internet adalah sebagai berikut :

“Beberapa kejanggalan yang mesti dirunut oleh tim penyidik Polisi adalah : Dari modus, baik penjambretan (atau pun memang pembunuhan terencana) mungkin mesti dipastikan apakah memang direncanakan jauh sebelumnya? Sebab kejadian terjadi kabarnya sekitar pukul 18.30 di mana pastinya pelaku sengaja mencari momen di saat orang buka puasa. Kemudian, mengincar korban jambretan sebuah pintu mobil terbuka rasanya kurang wajar apalagi di kawasan yang sepi dari mangsa. Untuk mendapatkan momen pintu terbuka saja probabilitanya sudah kecil, apalagi ditambah untuk menemukan mobil berpintu terbuka dengan barang yang tertinggal di dalamnya. Sisca sudah merasa dikuntit sejak dari kantor, berbeda dengan pengakuan pelaku yang memang tiba tiba merencanakan penjambretan di dekat TKP.

Mungkin polisi mesti mengecek CCTV jalur pulang Sisca untuk mengkonfirmasi pengakuan A dan W. Jarak dari kantor Sisca Yofie di Jl. Pungkur 217A ke tempat kosnya di Cipedes +/- 6km. Kemungkinan besar jalur yang dipergunakan: Pungkur-Pasir Koja- Anyar-Astana-Gardu Jati-Pasir Kaliki-Sukajadi-Sukagalih-Cipedes. Jalur tersebut pasti ada ada kamera kamera CCTV yang mengarah ke jalan. Kalau memang pengakuan teman Sisca benar, seharusnya bisa teridentifikasi dua orang naik motor penguntit tersebut.

Pelaku menyatakan bahwa rambut Sisca tersangkut di gir motor. Menurut logika awam sebenarnya ini sulit dibayangkan. Apabila memang rambut tersangkut di gir motor, kemungkinan besar putarannya akan menghisap kepala Sisca dan merusaknya habis- habisan sehingga tersangkut di motor dan menghentikan motor. Agak sulit untuk sampai 500 meter tetap melaju, mungkin 20 meter saja sudah berhenti. Taruhlah rambut sekuat baja tersangkut dan kepala tidak tersedot ke putaran, apakah mudah untuk kedua pelaku tidak menyadari membawa beban tambahan terseret seberat 45- 50kg dengan jalan yang pastinya tidak rata dan kemungkinan korban yang masih bisa bersuara? Apakah butuh sekian ratus meter baru sadar? Apalagi ada warga dan CCTV yang melihat posisi seorang wanita diseret dan dijambak? Di CCTV juga pelaku agak oleng berusaha mengendalikan motornya yang mana menunjukan bahwa mereka mungkin sadar sedang “menyeret” sesuatu.

Kejanggalan tambahan adalah adanya iPhone yang dibuang oleh pelaku di mana pada mulanya mereka memang mengincar iPhone.

Apakah ada sesuatu yang disembunyikan di iPhone? Terakhir kejanggalan moralitas. Penjambret dan Perampok berbeda dengan pembunuh bayaran. Mereka bertujuan untuk memperkaya diri, hit & run, lalu menikmati jarahannya dengan tenang. Penjambret akan meminimalisir melukai korban apalagi sampai penyeretan sadis yang menyebabkan korban jiwa.

Sekarang bola panas memang ada di tangan Polda Jabar untuk mengungkap kasus ini secara transparan. Kewajiban masyarakat untuk peduli dan mengawasi dan komplain kalau ada yang terasa janggal. Namun mesti kita sadari bahwa polisi tidak bisa apa-apa kalau memang bukti dan kesaksian menunjukan hal sebaliknya. Kita cuma bisa berharap polisi transparan akuntable dan bersedia skeptis dengan segala pengakuan yang berlawanan dengan akal sehat, dan jangan mengkambinghitamkan satu pihak sebelum ada bukti kuat. Juga jangan mudah percaya pada apa pun, karena kebenaran biasanya rasional dan sejalan dengan alur logika dan motif.” ( Nasionalis.me, Selasa 13 Agustus 2013, URL)

Pada sidang lanjutan perkara tewasnya Sisca Yofie di ruang sidang

VI Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan LRE Martadinata, Senin 10 Februari 2014. Ahli forensik RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Noorman Herryadi hadir memberikan keterangannya sebagai saksi ahli. Dalam keterangannya Noorman menyatakan bahwa :

“rambut Sisca memang mungkin bisa menarik tubuhnya dengan berat 47 kg. Dalam proses pemeriksaan luar dan dalam terhadap Sisca, ditemukan ada luka satu terbuka di bagian dahi dan tiga luka “rambut Sisca memang mungkin bisa menarik tubuhnya dengan berat 47 kg. Dalam proses pemeriksaan luar dan dalam terhadap Sisca, ditemukan ada luka satu terbuka di bagian dahi dan tiga luka

Peneliti mendapatkan pendapat yang sama dengan saksi ahli tersebut saat melakukan wawancara kepada seorang Fisikawan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, Dr. L.T. Handoko, ST,MT. ( wawancara, 2 Februari 2014 ) :

“Saya baru saja baca tentang kasus Fransciesca Yofie di internet, sebelum kamu tanya saya pernah dengar kasus itu namun tidak terlalu mendalami, menurut saya mengenai korban yang terseret akibat rambut yang tersangkut di gear motor sangat mungkin terjadi, dalam jumlah yang banyak rambut memiliki kekuatan yang besar, apalagi memang kondisi jalan yang cukup terjal, gerakan mekanik sangat berpengaruh terhadap suatu benda. Suatu kejadian tidak bisa hanya diperhitungkan secara teoritis dan perkiraan logika, kondisi lain di lingkungan dan wujud objek sangat memiliki pengaruh terhadap suatu kejadian”