Proses kerja sama bidang pendidikan di Sota

C. Proses kerja sama bidang pendidikan di Sota

Wilayah Distrik Sota di perbatasan antarnegara ini memiliki luas 2.051 KM 2 . Di sekitarnya ada beberapa Distrik yang berdekatan secara geografis di­

antaranya Elogobel di utara, Naukenjerai di selatan, Distrik Merauke di sebelah barat, dan di bagian timur adalah negara PNG. Kampung­kampung yang merupakan bagian dari wilayah Distrik Sota, diantaranya Sota sendiri, Yanggandur, Rawa Biru, Toray dan Erambu, dengan penduduk dari berbagai macam suku­suku. Masyarakat di wilayah perbatasan terdiri dari masyarakat lokal dan masyarakat transmigrasi dari berbagai daerah seperti Jawa, Bali, Sulawesi, Sumatra dan kalimantan maupun masyarakat Papua dari daerah lain. Masyarakat pribumi di wilayah ini, terdiri dari suku bangsa Kanume dan Yeinan. Masyarakat Papua lainnya adalah masyarkat Muyu, Mapi, Asmat dan lainnya dari berbagai daerah di Papua. Keberagaman suku memberikan dampak dalam pergaulanya antaranya Elogobel di utara, Naukenjerai di selatan, Distrik Merauke di sebelah barat, dan di bagian timur adalah negara PNG. Kampung­kampung yang merupakan bagian dari wilayah Distrik Sota, diantaranya Sota sendiri, Yanggandur, Rawa Biru, Toray dan Erambu, dengan penduduk dari berbagai macam suku­suku. Masyarakat di wilayah perbatasan terdiri dari masyarakat lokal dan masyarakat transmigrasi dari berbagai daerah seperti Jawa, Bali, Sulawesi, Sumatra dan kalimantan maupun masyarakat Papua dari daerah lain. Masyarakat pribumi di wilayah ini, terdiri dari suku bangsa Kanume dan Yeinan. Masyarakat Papua lainnya adalah masyarkat Muyu, Mapi, Asmat dan lainnya dari berbagai daerah di Papua. Keberagaman suku memberikan dampak dalam pergaulanya

Adanya kemajuan di wilayah Distrik Sota yang didukung dengan fasilitas sarana seperti kantor bea cukai, keimigrasian, karantina, keamanan (TNI/POLRI), kantor distrik, dan sekolah­sekolah dengan kapasitas yang lebih baik, membuat ketertarikan bagi pelajar asal PNG untuk melakukan akses pendidikan ke Sota. Salah satu point penting yang perlu diperhatikan dalam kerja sama pendidikan di perbatasan antara Distrik Sota dan Mohed karena kedua negara telah mempunyai nota kesepakatan (Memorandum of Understanding between The Departement of Education and Cultural of Republic Indonesia and The Ministry of Education of The Independent State of Papua New Guinea on Education and Culture Cooperation) yang ditandatangani pada tanggal 17 Mei 1997 di Jakarta. Wawancara Kepala Badan Pengelola Kawasan Perbatasan: 80

MoU di buat oleh pemerintah pusat, dalam desentraliasi urusan pemrintah pusat di delegasikan ke pemerintah daerah artinya khsususnya kepanjangan tangan pemerinah pusat kepada pemerintah provinsi sehingga kewenangan itu mereka (SMK N 1 Sota) lakukan dalam koridor aturan itu sendiri. Hal ini tidak menyimpang dari aturan Indonesia. Kembali pada kesepakatn mereka untuk bergerak dalam bidang pendidikan.

Kerja sama pendidikan kedua pihak membuat Sota memiliki kekuatan strategis terutama dalam dunia pendidikan terhadap pelajar Mohed. Dari segi ketersediaan lembaga pendidikan dalam wilayah Distrik Sota terdapat enam sekolah TK dan Paud, lima Sekolah Dasar (SD), tiga Sekolah Menengah Pertama

80 Wawancara Albertus Muyak (Kepala Badan Pengelola Perbatasan Merauke), Pukul 10:20 WIT, 20 Juli 2015.

(SMP), dan satu Sekolah Menengah Kejururusan (SMK). Kemajuan pendidikan dengan kapasitias yang memadai menyebabkan pelajar asal PNG yang menempuh pendidikan di Sota. Bahkan, beberapa dari mereka setelah lulus dari SMK N 1 Sota melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Negeri Merauke.

Kerja sama di Sota berawal dari kedatangan delegasi PNG yang dipimpin oleh Mr. Tauhare sebagai kepala pimpinan dinas pendidikan yang setingkat UPTD PNG pada tahun 2006. Kedatangannya menginginkan Indonesia menjadi bapak angkat pendidikan khususnya pelajar yang berada di wilayah perbatasan Western Province. Sebelumnya tahun 2005, Mr. Tauhare telah mengirim surat untuk mendaftarkan 100 anak tamatan high school di SMK Sota. Kedatangannya secara resmi dan sebagai pelaku lapangan juga yang resmi.

Pada tahun 2006 merupakan awal kerja sama kedua pihak saat delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kalfin Saya, selaku kepala sekolah melakukan perekrutan siswa­siswi asal PNG untuk memulai kerja sama pendidikan dalam

bentuk program pendidikan pelajar PNG dengan SMK 1 Sota. Niat baik delegasi dari Indonesia dalam kerja sama pendidikan dengan Pemerintah Distrik Mohed, membawa penulis kepada analisis awal bahwa upaya merangkul siswa­siswi tersebut dari negara tetangga setidaknya juga meredam potensi konflik lintas batas RI dan PNG. Upaya­upaya tersebut menggunakan pendekatan kultural yang berbasis pada hubungan sosial­budaya masyarakat lokal dalam mendorong kemajuan hubungan bilateral dalam bidang pendidikan di perbatasan.

Sekolah ini memiliki peran penting dalam mendidik dua bangsa karena pelajar PNG bisa menyesuaikan diri dalam berbahasa Indonesia, selain bahasa

Tokpisin yang menjadi bahasa nasionalnya. Terdapat tiga jurusan yakni budidaya ternak unggas, budidaya tanaman hias dan agrobisnis ternak unggas. Dengan memiliki fasilitas asrama sebagai tempat tinggal siswa/i, baik dari beberapa daerah di Provinsi Papua maupun negara PNG. Sebagian pelajar PNG juga tinggal bersama sanak­saudara mereka yang berada di Sota. Siswa/i yang menempuh pendidikan di SMK tersebut berasal dari berbagai daerah Indonesia, yakni Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra. Hal ini menunjukkan semboyan bhinneka tunggal ika Indonesia yang tercermin dalam keragaman suku bangsa di NKRI.

Dalam aktivitas belajar dan mengajar di SMK itu, pelajar PNG diwajibkan untuk berbahasa Indonesia baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Mereka berbaur dan bergaul masyarakat Sota untuk mengetahui pola hidup masyarakat setempat dan mengikuti berbagai kegiatan di luar waktu sekolah. Selain pembelajaran mengenai mata pelajaran jurusan masing­masing, mereka belajar tentang Indonesia seperti mengikuti upacara bendera pada hari senin dan upacara hari raya kemerdekaan Indonesia, keberagaman suku bangsa, toleransi umat beragama dan pola hidup sosial ekonomi lainnya Indonesia.

Siswa/i asal PNG yang mengikuti pendidikan di SMK Sota setiap tahun menerima 20­30 pelajar. Siswa/i tersebut seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4. Siswa/i asal PNG

Siswa/i ini ketika menyelesaikan pendidikan di Sota, sebagian ada yang pulang ke negara PNG dan juga melanjutkan ke beberapa perguruan tinggi Merauke. Berikut ini adalah tabel daftar pelajar asal PNG pada tahun 2006 sampai 2011

Tabel 3. Data siswa/i SMK N 1 Sota asal PNG

T. A. 2006/2011

Total jumlah pelajar asal PNG 150 siswa/i

Sumber: SMK Negeri 1 Sota

Pelajar PNG tersebut disekolahkan secara gratis tanpa pemungutan biaya yang difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Merauke melalui Dana Otonomi Khusus. Walaupun demikian, perhatian dari keluarga mereka pun diperlukan berupa dukungan moral dan bantuan makanan. Selain itu, mendapatkan bantuan bahan makanan dari pihak anggota TNI­AD sebagai bentuk dukungan pihak keamanan bagi pelajar asal PNG untuk bersama­sama menjaga keamanan di wilayah perbatasan Sota.

Kebanyakan tinggal di asrama sekolah tetapi beberapa tinggal dengan kerabat mereka. Pada awalnya, mereka mengalami masalah komunikasi karena kebanyakan dari mereka tidak bisa berbahasa Indonesia, tetapi setelah mempelajarinya, mereka sekarang dapat berbicara bahasa dengan lancar. Bahkan, para siswa memiliki kualitas yang baik di sekolah. Biasanya mereka mendapatkan peringkat pertama, kedua atau ketiga di kelas. Mereka begitu cerdas dalam memahami setiap subjek di kelas dengan cepat. 81

Siswa memilih melanjutkan studi mereka di Sota, karena Sota lebih dekat dari pada sebuah distrik terdekat dari negara mereka. Untuk mencapai Sota, mereka bersepeda atau berjalan kaki selama satu hari. Dalam beberapa tahun terakhir ini, jumlah siswa/i dari PNG melanjutkan studi mereka di Sota SMK terus meningkat. Sekolah yang memiliki fasilitas pendidikan yang baik akan mendapatkan banyak manfaat. Kepala Sota Distrik Sota, Mike Walinaulik mengakui tingginya minat lebih Sota SMK di kalangan siswa/i dari PNG

81 Puluhan Pelajar dari Mohed Kabupaten Papua Nugini telah terdaftar di Sota SMK, diakses

melalui http://tabloidjubi.com/en/2015/06/10/dozens­of­png­students­study­at­sota­ vocational­high­schoo, pada tanggal 10, Juni 2015.

mendapatkan kemudahan yang diberikan, termasuk biaya hidup keseharian meraka, pembayaran sekolah dan lainnya. 82

Sejak kerja sama kedua belah pihak, telah melakukan dua kali pertemuan melalui forum BLM dan BLOM. Pertama, pada tahun 2009 kedua belah pihak sepakat untuk mengevaluasi dan meningkatkan kerja sama pendidikan di Sota. Sesuai laporan joint working group on education and cultural exchange dalam

forum BLM mengadakan pertemuan di hotel sultan Jakarta, sebagai berikut: 83

1. Pertukaran informasi dalam kelompok kerja pendidikan dan pertukaran budaya tidak dapat diselenggarakan, karena karena beberapa alasan teknis, anggota dari kelompok kerja dari PNG tidak dapat menghadiri pertemuan. Oleh karena itu, pertukaran pandangan pendidikan dan kebudayaan dalam hal ini dilakukan dalam rapat paripurna berikut.

2. Delegasi Indonesia menginformasikan draf MoU kerja sama pendidikan dan kebudayaan sedang dipersiapkan dan akan disampaikan pada waktu lain melalui saluran diplomatik.

3. Delegasi kelompok kerja Indonesia terdiri dari:

a) Bapak Albert Ajisukmo sebagai atase pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Port Moresby.

b) Ibu Lievelien. Ansanay sebagai koordinator kerja sama internasional divisi pendidikan Provinsi Papua.

82 Ibid. 83 Joint Working Group, Report of The Working Group on Education and Culture

Exchange 7 th BLM Meeting, (Jakarta, 2009), hlm. 1­2.

c) Bapak Edwin L. Karundeng sebagai koordinator kerja sama Internasional divisi pendidikan Provinsi Papua.

d) Bapak Albert Muyak sebagai Kepala kantor Badan Pengelola Perbatasan Merauke.

e) Bapak Kalvin Saya sebagai Kepala Sekolah SMK N 1 Sota, Merauke. Beliau juga sebagai pelaku lapangan atau perintis kerja sama pendidikan.

Pertemuan kedua, dalam forum BLOM (Border Liaision Officers Meeting) pada tahun 2013, kedua pihak membicarakan Education Opportunity In Indonesia. Dalam pertemuan ini kedua delegasi menyepakati untuk negara PNG memberikan dukungan dana kepada pelajarnya yang menempuh pendidikan di Sota. Kemudian pada tahun 2011 Duta Besar PNG untuk Indonesia dari Jakarta mengadakan kunjungan ke SMK N 1 Sota.

Gambar 5. Kunjungan Duta Besar PNG di SMK N 1 Sota

Sumber: Dokumentasi SMK N 1 Sota

Bagi pemerintah Merauke khususnya Distrik Sota, kerja sama pendidikan dengan negara PNG merupakan suatu langkah yang efektif dalam mengoptimalkan kepentingan nasional yakni berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan perdamaian di perbatasan. Sekaligus juga mengarah pada upaya pencitraan potensi yang dimiliki Indonesia. Upaya dalam kebijakan tersebut sesuai dan sejalan dengan arah kebijakan politik luar negeri Indonesia.