Sejarah dan Perkembangan Usaha

A. Sejarah dan Perkembangan Usaha

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari tiga daerah sentra produksi lele di Jawa Tengah, selain Purbalingga dan Demak. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Produksi Perikanan Kolam Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Tengah

Tahun 2010

No.

Kabupaten / kota

Produksi (Ton)

1 Kabupaten Brebes

2 Kabupaten Tegal

3 Kota Tegal

4 Kabupaten Pemalang

5 Kabupaten Pekalongan

6 Kota Pekalongan

7 Kabupaten Batang

8 Kabupaten Kendal

9 Kota Semarang

10 Kabupaten Demak

11 Kabupaten Jepara

12 Kabupaten Pati

13 Kabupaten Rembang

14 Kabupaten Wonogiri

15 Kabupaten Purworejo

16 Kabupaten Kebumen

17 Kabupaten Cilacap

18 Kabupaten Banyumas

19 Kabupaten Purbalingga

20 Kabupaten Banjarnegara

21 Kabupaten Wonosobo

22 Kabupaten Temanggung

23 Kabupaten Magelang

24 Kota Magelang

25 Kabupaten Boyolali

26 Kota Salatiga

27 Kabupaten Semarang

28 Kabupaten Klaten

29 Kota Surakarta

30 Kabupaten Sukoharjo

31 Kabupaten Karanganyar

32 Kabupaten Kudus

33 Kabupaten Sragen

34 Kabupaten Grobogan

35 Kabupaten Blora

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2011 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2011

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2010 di dalamnya menetapkan Boyolali sebagai salah satu daerah yang termasuk dalam kawasan yang akan dikembangkan menjadi Minapolitan. Minapolitan merupakan konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Untuk itu, pendekatan dalam pembanguan minapolitan dilakukan dengan sistem manajemen kawasan dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi.

Kampung Lele memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sentra agribisnis lele. Selain budidaya, juga dikembangkan pula berbagai jenis olahan lele untuk menyerap kelebihan produksi lele. Produksi ikan lele segar ada yang langsung diambil oleh pembeli, terutama dari DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), Solo dan Semarang. Sedangkan produksi ikan lele yang tidak masuk dalam kategori ikan lele konsumsi di jual ke pengolahan ikan lele yang masih di dalam satu kawasan. Ikan lele konsumsi yang dijual 1 kilogramnya berisi 7-10 ekor, sedangkan ikan lele yang tidak masuk kategori ikan lele konsumsi 1 kilogramnya berisi 2-3 ekor.

Sektor perikanan yang merupakan pengembangan kawasan minapolitan akan dikembangkan dengan konsep agribisnis dan berkelanjutan, sehingga ketersediaan lahan perikanan sangatlah penting mengingat lahan untuk kolam merupakan media produksi perikanan. Kecamatan Sawit memiliki luas lahan

terbesar untuk perikanan yaitu seluas 18.470 m 2 untuk kolam pembesaran dan

2.056 m 2 untuk kolam pembenihan. Produksi lele Boyolali terutama berasal dari Kampung Lele yang berlokasi di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit dengan luas kolam mencapai 25

memudahkan orang mengingat daerah tersebut. Kelompok Karmina merupakan kependekkan dari nama Kelompok Karya Mina Utama yang merupakan kelompok tani lele yang menjadi pionir berkembangnya budidaya lele. Usaha ini merupakan usaha yang dibentuk untuk mengembangkan kawasan minapolitan di Kabupaten Boyolali yaitu Kampung Lele. Selama ini, lele hasil budidaya di daerah ini dijual baik di dalam kabupaten maupun luar kabupaten. Komoditi lele yang melimpah di daerah ini kemudian mendorong ibu-ibu rumah tangga untuk mencoba mengolah lele menjadi produk olahan seperti abon dan keripik lele. Kegiatan produksi olahan lele ini berawal dari adanya pelatihan pengolahan lele yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali. Melihat prospek pasar yang baik dari produk abon dan keripik lele, kemudian ibu-ibu rumah tangga merespon dengan membentuk kelompok wanita dengan nama Kelompok Wanita Mina Utama. Kelompok wanita ini terbentuk pada tanggal 16 Februari 2006. Produk olahan lele pun semakin beragam, diantaranya abon, keripik daging, keripik sirip, keripik kulit, nugget, kerupuk dan bakso lele.

Kelompok Wanita Karmina pada awal berdiri tahun 2006 dimulai dengan modal pribadi Ketua Kelompok Wanita Karmina yaitu Ibu Triyasning Panuntun atau yang lebih dikenal dengan Ibu Nining. Pada tahun 2007, Kampung Lele mendapat kunjungan kenegaraan dari rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam kunjungan tersebut Kampung Lele mendapatkan subsidi dana sebesar seratus juta rupiah untuk pengembangan Kelompok Wanita Karmina. Dana tersebut digunakan untuk membeli tanah yang saat ini digunakan untuk tempat produksi serta membeli peralatan dan perlengkapan produksi dan administrasi. Selain itu, Kelompok Wanita Karmina juga pernah mendapatkan bantuan dari Dinas Perikanan (tahun 2008) dan Dinas Disperindagkop Kabupaten Boyolali (tahun 2009) baik berupa peralatan maupun berbagai program pelatihan.

Selain untuk membantu menambah penghasilan keluarga Kelompok Selain untuk membantu menambah penghasilan keluarga Kelompok

Lokasi usaha ini terletak di Kampung Lele Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Lokasi usaha ini sangat strategis karena terletak di dalam Kampung Lele yang domisili masyarakatnya membudidayakan ikan lele sehingga mempermudah usaha dalam memperoleh bahan baku. Kampung Lele ini daerahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten. Lokasi Kampung Lele juga berdekatan dengan kawasan minapolitan Kabupaten Klaten. Jarak tempuh ke pusat Kabupaten Boyolali kurang lebih delapan belas kilometer.

Pada awal pendiriannya, usaha ini hanya bertujuan untuk mengembangkan Kampung Lele dengan inovasi olahan yang berasal dari hasil budidaya Kampung Lele. Seiring berjalannya waktu, usaha mulai berkembang dengan menambah jumlah produksi, hingga saat ini sudah memiliki tempat produksi sendiri dan satu toko khusus untuk memasarkan produk olahan. Dari semula hanya memproduksi abon lele dan keripik lele satu kali setiap minggu menjadi 4-6 kali untuk produksi abon lele dan 1-2 kali untuk produksi keripik lele. Sarana produksi dan pemasaran pun sudah bertambah sehingga dapat mendukung kelangsungan usaha ini.

Dalam proses produksinya, usaha ini mengelolah lele yang berasal dari budidaya lele di Kampung Lele kecuali pada situasi bahan baku yang tidak tersedia barulah dibutuhkan pembelian bahan baku di luar Kampung Lele. Setiap kali produksi, Karmina mengolah 60 kilogram lele dengan komposisi lele dengan ukuran yang besar untuk abon dan sedang untuk keripik. Usaha ini pernah kesulitan dalam memperoleh bahan baku karena besar lele yang diinginkan tidak tersedia di Kampung Lele, akan tetapi pengelolah Kelompok Wanita Karmina segera mencari ikan lele yang berasal dari tempat lain seperti di Lamongan dan Tulungagung agar produksi dapat tetap berjalan. Kualitas Dalam proses produksinya, usaha ini mengelolah lele yang berasal dari budidaya lele di Kampung Lele kecuali pada situasi bahan baku yang tidak tersedia barulah dibutuhkan pembelian bahan baku di luar Kampung Lele. Setiap kali produksi, Karmina mengolah 60 kilogram lele dengan komposisi lele dengan ukuran yang besar untuk abon dan sedang untuk keripik. Usaha ini pernah kesulitan dalam memperoleh bahan baku karena besar lele yang diinginkan tidak tersedia di Kampung Lele, akan tetapi pengelolah Kelompok Wanita Karmina segera mencari ikan lele yang berasal dari tempat lain seperti di Lamongan dan Tulungagung agar produksi dapat tetap berjalan. Kualitas

Produk yang dipasarkan adalah abon, keripik, kerupuk, bakso dan nugget masing-masing dikemas dengan ukuran yang berbeda-beda dan dalam satuan gram. Dari banyaknya produk olahan tersebut ternyata abon dan keripik banyak diminati sehingga proses produksi lebih banyak dibandingkan produk lainnya. Produk lainnya seperti kerupuk, bakso dan nugget tidak berproduksi rutin setiap minggunya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya permintaan produk tersebut dan produk tersebut tidak dapat bertahan lama untuk dikonsumsi, sehingga produksi akan berjalan apabila ada pemesanan terhadap produk tersebut. Selain berat dalam kemasan yang berbeda-beda, Kelompok Wanita Karmina memperbaiki kemasan khususnya untuk kemasan yang akan di pasarkan antar propinsi. Kemasan tidak hanya di kemas dalam plastik namun juga di masukkan ke dalam kardus, hal ini dilakukan agar produk tidak rusak pada saat proses pengiriman barang ke tempat tujuan. Sistem penjualan dilakukan dengan sistem jual putus untuk menghindari resiko akan pengembalian produk yang tidak laku dijual. Segmen pasar Kelompok Wanita Karmina adalah rumah tangga (perseorangan) dengan leaflet yang disebarkan, agen memesan produk Karmina untuk kemudian dijual kembali, rumah makan memesan melalui telepon lalu produk dikirim, Toko Oleh-oleh juga memesan produk baik langsung membeli di tempat penjualan ataupun dikirim dan Instansi Pemerintah memanfaatkan produk menjadi salah satu daftar hidangan.