Analisis Break Even Point, Keuntungan dan Rentabilitas
D. Analisis Break Even Point, Keuntungan dan Rentabilitas
Kelompok Wanita Karmina ini dalam menjalankan usahanya akan berusaha menggunakan bahan dengan seefisien mungkin sehingga diperoleh produksi dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hasil dari penjualan diharapkan mampu menutup semua biaya operasional usaha. Oleh karena itu, usaha perlu mengetahui tingkat produksi dan penerimaan agar usaha tidak menderita kerugian tetapi juga belum memperoleh laba (impas).
Berikut adalah perkembangan BEP Kelompok Wanita Karmina selama tahun 2009, 2010, dan 2011.
Keterangan
Tahun Produksi
2011 Biaya Tetap (Rp/tahun)
Biaya Variabel (Rp/tahun)
Abon 100 gr
103.068.000,00 Abon 160 gr
59.904.000,00 Abon 250 gr
Penerimaan (Rp/tahun)
Abon 100 gr
183.540.000,00 Abon 160 gr
151.960.000,00 Abon 250 gr
Produksi (Kemasan/tahun)
Abon 100 gr
19.440 Abon 160 gr
8.064 Abon 250 gr
Harga Jual (Rp)
Abon 100 gr
10.000,00 Abon 160 gr
20.000,00 Abon 250 gr
Biaya Variabel per kemasan
Abon 100 gr
5.301,85 Abon 160 gr
7.428,57 Abon 250 gr
BEP dalam kemasan
Abon 100 gr
17.314 Abon 160 gr
6.470 Abon 250 gr
BEP dalam Rupiah
Abon 100 gr
173.138.839,34 Abon 160 gr
129.409.623,22 Abon 250 gr
Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012 Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya, yaitu saat perusahaan tidak memperoleh keuntungan namun juga tidak menderita kerugian. Menurut Mulyadi (2001), apabila usaha dikatakan dalam keadaan impas (break even), apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya juga tidak menderita Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012 Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya, yaitu saat perusahaan tidak memperoleh keuntungan namun juga tidak menderita kerugian. Menurut Mulyadi (2001), apabila usaha dikatakan dalam keadaan impas (break even), apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya juga tidak menderita
Break even point dalam unit dapat dihitung dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga jual produk dengan biaya variabelnya, sedangkan break even point dalam Rupiah dapat dihitung dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga jual produk dengan biaya variabelnya lalu dikalikan dengan harga per unit.
Setiap enam puluh kilogram dalam sekali produksi dapat menghasilkan delapan belas kilogram abon lele. Begitupun dengan keripik lele dalam bahan baku ikan lele sebanyak enam puluh kilogram dapat menghasilkan dua puluh kilogram keripik lele. Berdasarkan hasil produksi pengolahan maka dapat diketahui pula sebanyak satu kilogram ikan lele segar menghasilkan 0,3 kilogram abon lele. Produksi keripik lele dari satu kilogram ikan lele segar dapat menghasilkan 0,33 kilogram keripik lele.
Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Keterangan:
FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel per unit
= Harga jual per unit
BEP (Rp) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam rupiah BEP (Q) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam unit
Berdasarkan hasil analisis data sekunder, diperoleh hasil bahwa BEP dalam unit untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 berturut-turut untuk abon lele adalah kemasan 100 gram sebanyak 8.413 kemasan, 15.425 kemasan, dan 17314 kemasan; kemasan 160 gram sebanyak 2.924 kemasan, 6.144 kemasan, dan 6.470 kemasan; kemasan 250 gram sebanyak 3.174 kemasan, 6.868
12.177 kemasan. Sedangkan BEP dalam Rupiah untuk abon lele adalah kemasan 100 gram sejumlah Rp 75.713.448,99, Rp 154.253.672,00 dan Rp 173.138.839,34; kemasan 160 gram sejumlah Rp 58.471.322,61, Rp 122.822.851,90, dan Rp 129.409.623,22; kemasan 250 gram sejumlah Rp 69.822.292,23, Rp 151.099.081,07, dan Rp 147.412.781,41. BEP dalam Rupiah untuk keripik lele adalah Rp 28.983.183,32, Rp 59.437.195,07 dan Rp 97.416.266,93. Jika dibandingkan dengan jumlah produksi dan penerimaan pada tahun tersebut, jumlah produksi abon lele dan keripik lele lebih besar dari BEP baik dalam unit maupun dalam Rupiah. Berdasarkan angka-angka tersebut, dapat diketahui bahwa pada tahun 2009, 2010 serta 2011, Kelompok Wanita Karmina telah mampu menutup semua biaya yang dikeluarkan dan memperoleh keuntungan.
Adanya peningkatan produksi dan penerimaan dipengaruhi oleh peningkatan permintaan abon lele dan keripik lele sehingga menyebabkan nilai BEP baik dalam unit maupun dalam Rupiah meningkat setiap tahun pada periode analisis. Semakin rendah nilai BEP berarti bahwa semakin cepat usaha mencapai BEP atau menutup biaya yang dikeluarkan, sehingga semakin cepat pula usaha memperoleh keuntungan.
Analisis BEP memungkinkan suatu usaha mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari BEP. Jika operasi usaha pada tingkat keluaran dekat dengan BEP, maka perubahan sekecil apapun dalam aktivitas usaha akan dapat menentukan hidup dan matinya usaha. Jika usaha beroperasi jauh dari BEP, maka penjualan tinggi. Analisis BEP yang telah dilakukan akan dapat membantu usaha dalam memasok informasi untuk perencanaan dan pengambilan keputusan manajerial. Usaha akan dapat menghitung volume penjualan abon lele dan keripik lele yang dibutuhkan, serta pertimbangan dalam menentukan harga jual abon lele dan keripik lele untuk mencapai laba tertentu. Usaha juga dapat menentukan bagaimana perubahan-perubahan harga, volume penjualan, dan biaya produksi mempengaruhi laba operasi usaha.
Wanita Karmina
Keterangan
Tahun Produksi
Penerimaan (Rp/tahun)