HARGA DIRI PADA “BAPAK” BATAK TOBA YANG NAPUNU

kekayaan. Senada dengan hal itu, Sibarani 2007 menambahkan bahwa hasangapon merupakan status tertinggi dalam kehidupan orang Batak Toba karena di dalam hasangapon sudah terdapat hamoraon dan hagabeon. Pada masyarakat Batak Toba, ketiga konsep ini merupakan kepemilikan adat dalam kehidupan masyarakat yang harus menjadi milik para individu. Perilaku para individu harus mencerminkan ketiga konsep hidup tersebut.

C. HARGA DIRI PADA “BAPAK” BATAK TOBA YANG NAPUNU

Coopersmith 1967, h.4 menyatakan: “self esteem refer to the evaluation which the individual makes and customarily maintains with regard to himself: it express an attitude of approval or disapproval, and indicates the extent to which the individual believes himself to capable, significant, successful, and worthy.” Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju atau tidak setuju, dan menunjukkan tingkat dimana individu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, diterima, dan berharga. Harga diri merupakan hal yang subjektif dan ada dalam setiap individu, termasuk individu dari suku bangsa Batak Toba yang memegang nilai-nilai budaya Batak Toba yaitu 3H hagabeon, hamoraon, dan hasangapon. 3H ini merupakan tujuan hidup yang menjadi misi budaya penting bagi orang Batak Harahap Siahaan, dalam Irmawati, 2007. Nilai hagabeon merupakan nilai yang paling penting karena dalam nilai hagabeon terungkap makna bahwa orang Batak Toba sangat mendambakan anak, terlebih lagi kehadiran anak laki-laki Universitas Sumatera Utara karena anak laki-laki adalah penerus marga Gultom, 1992. Dalam masyarakat Batak, jika seseorang tidak memiliki anak laki-laki maka akan dianggap sebagai napunu yang artinya generasinya sudah punah dan tidak berkelanjutan lagi. Coopersmith 1967 menyatakan ada empat sumber harga diri yaitu significance, power, competence, virtue. Keempat sumber ini bagi seorang ”bapak” Batak Toba yang napunu akan berkaitan dengan nilai-nilai 3H masyarakat Batak sehingga akhirnya membentuk harga dirinya. Masing-masing sumber ini akan berbeda pada setiap individu tergantung sumber mana yang menjadi sumber paling penting bagi dirinya sehingga sumber itu apabila tercapai akan menyebabkan harga dirinya menjadi cenderung tinggi. Universitas Sumatera Utara

D. PARADIGMA PENELITIAN