3.4.2. Pembuatan Media
Media yang digunakan adalah Media MS Murashige and Skoog lampiran 1 dengan penambahan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP dalam
konsentrasi yang sesuai perlakuan. Semua zat kimia pada media MS seperti hara makro, mikro, dan vitamin dilarutkan dengan komposisi yang sesuai dengan
medium MS lalu ditambahkan zat pengatur tumbuh sesuai dengan yang diinginkan, kemudian diukur keasaman media pada pH 5,8. Lalu di simpan dalam
ruang isolasi selama 2-3 hari sebelum digunakan.
3.4.3. Sterilisasi Eksplan
Eksplan dengan irisan berkisar 1-2 cm dibagi menjadi dua zona, kemudian dicuci dengan detergen lalu disiram dengan air bersih dan direndam selama 5
menit. Kemudian disterilisasi dengan alkohol 70 selama 5 menit dan clorox 2 selama 5 menit sambil dikocok. Lalu dibilas dengan aquades di Laminar air Flow
LAF Sihotang, 2005.
3.5. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Proliferasi kalus primer eksplan apikal dan basal
Jumlah tunas yang terbentuk pada eksplan basal Waktu terbentuknya tunas pada eksplan basal
Tinggi tunas yang terbentuk pada eksplan basal
3.6. Analisis Data
Data penelitian menggunakan metode RAL Rancangan Acak Lengkap dan dianalisis dengan software SPSS 17,0 program Analysis of Variance,
sedangkan untuk menguji beda antar perlakuan dan apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan dengan uji Duncan atau disebut dengan
Duncan Multiple Range Test DMRT.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proliferasi Kalus Primer Eksplan Bagian Apikal dan Basal
Kalus mulai terbentuk rata-rata pada hari ke-25 setelah penanaman, kalus yang pertumbuhannya baik akan terus berkembang sampai membentuk organ.
Terdapat sebagian yang pertumbuhan kalusnya sangat lambat dan ada eksplan yang sama sekali tidak membentuk kalus. Hal ini ditandai dengan adanya
pencoklatan browning dan juga terjadi kontaminasi Gambar 4.1.1.
A B
C
Gambar 4.1.1. Kalus primer yang terbentuk dengan pemberian zat pengatur tumbuh NAA dan BAP A Kalus Bagian Apikal, B Kalus
Bagian Basal, C Eksplan yang Tidak Membentuk Kalus.
Eksplan yang berasal dari apikal membentuk kalus tercepat pada hari ke- 25 dengan pemberian 1,5 mgl NAA dan 4 mgl BAP N
1
M
1
, sedangkan yang paling lambat membentuk kalus pada hari ke-31 dengan pemberian 3 mgl dan 7
mgl N
4
M
4
. Eksplan yang berasal dari basal membentuk kalus tercepat pada hari ke-20 dengan perlakuan 1,5 mgl dan 5 mgl N
1
M
2
, sedangkan yang paling lambat membentuk kalus pada hari ke-28 dengan pemberian 3 mgl dan 6 mgl
N
4
M
3
setelah penanaman. Pembentukan kalus yang lebih cepat pada eksplan yang berasal dari basal, dikarenakan mungkin bonggol pisang bagian basal
Universitas Sumatera Utara
memiliki sel-sel yang meristematik dibandingkan pada bagian apikal. Hal ini juga dapat terlihat pada persentase terbentuknya kalus pada eksplan yang berasal dari
apikal Tabel 4.1.1.
Tabel 4.1.1. Waktu pembentukan kalus primer eksplan bagian apikal dan basal Sumber
Eksplan Waktu Terbentuknya Kalus Primer Hari
Perlakuan
Apikal P1
M M
1
M
2
M
3
M
4
N 26
N
1
25 28
28 29
N
2
28 30
27 N
3
N
4
27 26
31
Basal P2
M M
1
M
2
M
3
M
4
N 26
25 N
1
25 20
24 27
N
2
27 25
N
3
23 22
25 N
4
24 26
28 23
Keterangan: N = 0 mgl, N
1
= 1,5 mgl, N
2
= 2,0 mgl, N
3
= 2,5 mgl, N
4
= 3,0 mgl M
= 0 mgl, M
1
= 4 mgl, M
2
= 5 mgl, M
3
= 6 mgl, M
4
= 7 mgl
Dari data diatas, kondisi kontrol pada perlakuan N M
pada bagian apikal maupun basal sama sekali tidak membentuk kalus hanya pembesaran eksplan
yang terjadi, hal ini disebabkan karena tidak adanya pemberian zat pengatur tumbuh sehingga hormon endogen pada tanaman tidak mampu merangsang
pembentukan kalus Fatmawati, 2008. Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan embriogenesis. Sumber eksplan bagian
apikal yang membentuk kalus primer 11 perlakuan yakni N
4
M , N
M
1
, N
1
M
1
, N
2
M
1
, N
4
M
1
, N M
2
, N
1
M
3
, N
2
M
3
, N
1
M
4
, N
2
M
4
, N
4
M
4
yang tidak membentuk 14 perlakuan. Sedangkan pada bagian basal terdapat 15 perlakuan yang terbentuk
yakni N M
1
, N
1
M
1
, N
2
M
1
, N
3
M
1
, N
4
M
1
, N
1
M
2
, N
2
M
2
, N
3
M
2
, N
4
M
2
, N
1
M
3
, N
3
M
3
, N
4
M
3
, N M
4
, N
1
M
4
, N
4
M
4
yang tidak membentuk 10 perlakuan Tabel 4.1.1. Dari data diatas menunjukkan sumber eksplan bagian apikal lebih sedikit
Universitas Sumatera Utara
membentuk kalus primer dari pada bagian basal, hal ini dikarenakan bagian apikal meristematisnya lebih sedikit dibandingkan bagian basal.
Dari sumber eksplan bagian apikal dan bagian basal yang lebih berpotensi membentuk kalus embriogenesis dan selanjutnya membentuk tunas adalah pada
sumber eksplan bagian basal saja dan bagian apikal tidak membentuk tunas sama sekali. Hal ini sejalan dengan penelitian Panggabean 2014 posisi eksplan terbaik
untuk induksi kalus primer dari eksplan bunga betina kelapa sawit terdapat pada daerah basal dengan pemberian 66 mgl 2,4 D.
4.2. Waktu Terbentuknya Tunas Pada Eksplan Basal