2.6. Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit 1mM dapat merangsang, menghambat, dan mempengaruhi pola
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh ada yang berasal dari tumbuhan itu sendiri zat pengatur tumbuh endogen yang bersifat alami dan
ada juga yang berasal dari luar tumbuhan tersebut yang disebut sintetis Harahap, 2011.
Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi sel. Tanpa zat pengatur tumbuh, pertumbuhan
eksplan akan terhambat, bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali. Terdapat kisaran interaksi yang luas antara kelompok auksin dengan senyawa-senyawa
kimia lainnya dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti cahaya dan suhu. Pada kondisi tertentu, auksin dapat bereaksi menyerupai sitokinin atau
sebaliknya. Meskipun demikian, baik auksin maupun sitokinin, keduanya seringkali diberikan secara bersamaan pada medium kultur untuk menginduksi
perakaran maupun pucuk tidak selalu sama. Terdapat keragaman yang tinggi antargenus, antarspesies, bahkan antar kultivar dalam hal jenis serta takaran
auksin dan sitokinin yang dibutuhkan untuk menginduksi terjadinya morfogenesis Zulkarnain, 2009.
2.6.1. NAA Naphthalene acetic acid
Zat pengatur tumbuh sangat penting dalam menginduksi akar aksila yakni NAA Naphthalene acetic acid merupakan zat pengatur tumbuh yang tergolong
auksin. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan sintesa protein terhadap kenaikaan sintesa protein, maka
dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan Nisa dan rodinah, 2005.
Pengaruh fisiologis dari auksin sendiri yakni pembesaran sel, penghambatan mata tunas samping, absisi pengguguran daun, Aktivitas daripada
kambium, dan pertumbuhan akar Harahap, 2011. Penelitian Rahman et al., 2004 dengan pemberian NAA 0; 0,5; 1; 1,5; dan 2 mgl berpengaruh nyata
Universitas Sumatera Utara
terhadap pertumbuhan akar pisang Musa sapientum, persentase pertumbuhannya pada perlakuan NAA 1,5 mgl berkisar 91,67. Berarti efektivitas
pertumbuhannya sangat meningkat. Gabeyehu 2012 melaporkan hasil penelitiannya bahwa dengan kombinasi BAP dan NAA pada tahap multiplikasi
tunas pisang cv. Matoke dengan konsentrasi 5 mgl BAP + 1.0 mgl NAA poliferasi pembentukan tunas 1, 1,67, 1,75, dan 3,08 pada 10, 20, 30, dan 60 hari
setelah masa induksi.
2.6.2. BAP Benzyl Aminopurine
Karakteristik yang berkaitan dengan sitokinin adalah perangsangan terhadap pembelahan sel pada kultur jaringan tanaman. Satu dari reaksi yang
benar-benar dramatis terhadap sitokinin adalah pembentukan organ-organ yang terjadi di bawah kondisi yang tepat dalam berbagai kultur jaringan. Sitokinin
berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis Harahap, 2011.
Benzyl Aminopurine BAP tergolong zat pengatur tumbuh dalam kelompok sitokinin. BAP merupakan kelompok sitokinin yang mempunyai fungsi
untuk pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Dalam pertumbuhan jaringan, sitokinin bersama-sama dengan auksin memberikan pengaruh interaksi
terhadap deferensiasi jaringan Nisa dan Rodinah, 2005. Penelitian Jafari et al., 2011 melaporkan bahwa efek BAP terhadap
pertumbuhan tunas pisang dengan konsentrasi BAP 33 mgl menghasilkan pertumbuhan yang abnormal dengan persentase pertumbuhan tunas mencapai
90. Bhosale et al., 2011 melaporkan bahwa dengan multiplikasi tunas pisang varietas ardhapuri, basrai dan shirimanti pada medium MS dengan konsentrasi
BAP yang berbeda-beda yaitu 3 mgl, 5 mgl, 7 mgl, dan 9 mgl, berpengaruh nyata pada konsentrasi BAP 7 mgl dengan rata-rata tunas yang terbentuk 4.
Muhammad et al., 2007 melaporkan multiplikasi tunas pisang Basrai medium cair dan padat pada perlakuan konsentrasi 6,0 mgl sangat perpengaruh yakni
pertumbuhan tunas rata-rata 5.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu