rendah dalam menginduksi pembentukan tunas, sedangkan pada perlakuan M
2
konsentrasi 5 mgl memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap pertumbuhan tunas Lampiran G. sejalan dengan penelitian Muhammad et al., 2007
pemberian ZPT BAP dengan konsentrasi 4.0 mgl dengan IAA konsentrasi 1.0 mgl memberikan pengaruh yang signifikan pada medium padat terhadap
pembentukan organ tunas dan akar pisang varietas Basrai. Rainiyati et al., 2007 dengan pemberian IAA 0,1 mgl dan BAP 4 mgl membentuk tunas dan akar.
Avivi dan Ikrarwati, 2004 dengan pemberian BAP 5 ppm menunjukkan pertumbuhan tunas terbanyak.
4.4. Tinggi Tunas yang Terbentuk Pada Eksplan Basal
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh tinggi tunas yang terbentuk bervariasi, mulai dari yang terkecil 1 cm, 1,5 cm selanjutnya 2 cm dan yang paling
tinggi 3 cm Lampiran E. Adanya interaksi antara zat pengatur tumbuh NAA dan BAP dengan beberapa konsentrasi tersebut sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tunas yang terbentuk. Ukuran tunas sangat bervariasi sehingga tidak seragam dalam pertumbuhannya, ini terjadi karena adanya pemberian tanpa zat
pengatur tumbuh, lalu dengan satu zat pengatur tumbuh kemudian dengan kombinasi zat pengatur tumbuh. Kombinasi zat pengatur tumbuh yang sesuai
dapat memacu kecepatan pertumbuhan tunas. Perlakuan M
dengan kombinasi perlakuan N , N
1
, N
2
, N
3
, dan N
4
tidak tampak adanya tanda-tanda pembentukan tunas, ini disebabkan karena hormon
eksogen auksin yang diberikan masih taraf konsentrasi rendah sehingga hormon tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk merangsang pembentukan tunas dan
hormon endogen yang terdapat didalam tanaman tidak memacu dalam membentuk tunas Tabel 4.4.1. Perlakuan N
dengan kombinasi perlakuan M
1
dan M
4
memberikan pengaruh terhadap pembentukan tunas dengan tinggi rata-rata 0,50 dan 0,25. Sedangkan perlakuan N
2
dengan perlakuan M
3
dan M
4
tidak memperlihatkan pertumbuhan tinggi tunas, hal ini disebabkan semakin tinggi
pemberian hormon eksogen sitokinin akan dapat menghambat pembentukan tunas. Menurut Rainiyati et al., 2007 pemberian hormon eksogen sitokinin berperan
Universitas Sumatera Utara
dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis dan aktivitas utama sitokinin adalah mendorong pembelahan sel dan menginduksi pembentukan tunas dan
dalam konsentrasi tinggi akan menghambat inisiasi akar.
Tabel 4.4.1. Rata-rata tinggi tunas pada sumber eksplan bagian basal. Konsentrasi
NAA Tinggi tunas Yang Terbentuk
Rata-Rata Konsentrasi BAP
M M
1
M
2
M
3
M
4
N 0,00
ax
0,50
ay
0,00
ax
0,00
ax
0,25
ay
0,15
a
N
1
0,00
ax
1,00
by
2,30
cz
0,25
ay
1,00
by
0,90
c
N
2
0,00
ax
0,50
ay
1,00
by
0,00
ax
0,00
ax
0,30
ab
N
3
0,00
ax
0,75
ay
1,00
by
1,50
bcy
0,00
ax
0,65
bc
N
4
0,00
ax
1,00
by
0,50
ay
0,50
ay
1,50
bcy
0,60
b
Rata-rata 0,00
a
0,75
bc
0,96
c
0,45
b
0,55
bc
F A : ZPT NAA 3,821
F B : ZPT BAP 5,189
F A x B 2,288
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan p 0,05. p 0,05; ts: tidak signifikan. Notasi abc: interaksi
konsentrasi NAA terhadap BAP; notasi xyz: interaksi konsentrasi BAP terhadap NAA.
Sejalan dengan hasil penelitian waktu pembentukan tunas dan jumlah tunas, tinggi tunas terbaik terlihat pada perlakuan N
1
M
2
dengan taraf konsentrasi 1,5 mgl dan 5 mgl dengan rata-rata tinggi unas 2,30 cm. Pada perlakuan M
2
dikombinasikan dengan perlakuan N , N
1
, N
2
, N
3
, dan N
4
menunjukkan rata-rata tinggi tunas 0,96 Tabel 4.4.1 dan Lampiran E. Pada perlakuan N
1
dikombinasikan dengan perlakuan M
1
, M
2
, M
3
, dan M
4
menunjukkan rata-rata tunas tertinggi 0,90. Berdasarkan hasil uji Duncan Multiple Range Test perlakuan
N
3
memberikan pengaruh yang sama dengan perlakuan N
1
, N
2
, dan N
4
Lampiran H dan Tabel 4.4.1. Perlakuan N
1
memberikan pengaruh yang berbeda dengan perlakuan N
, pada perlakuan N 0 mgl menunjukkan pangaruh yang rendah
dalam menginduksi tinggi tunas, sedangkan pada perlakuan N
1
1,5 mgl memberikan pengaruh yang paling baik terhadap tinggi tunas yang terbentuk.
Perlakuan M
1
memberikan pengaruh yang sama dengan perlakuan M
2
, M
3
, dan M
4
. Pada perlakuan M
2
memberikan pengaruh yang berbeda dengan
Universitas Sumatera Utara
perlakuan M dan M
3
, pada perlakuan M 0 mgl menunjukkan pengaruh yang
rendah dalam menginduksi tinggi tunas, sedangkan pada perlakuan M
2
5 mgl BAP membarikan pengaruh yang sangat baik terhadap tinggi tunas yang
terbentuk. Sejalan dengan hasil penelitian Rahman et al., 2004 regenerasi pisang cavendish terbaik dengan pemberian 4 mgl BAP dengan 1,5 mgl NAA.
Sedangkan pada penelitian Bhosale et al., 2011 hanya dengan pemberian satu zat pengatur tumbuh BAP 7 mgl menunjukkan panjang tunas terbaik.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan