Ranah afektif Sikap dan perilaku Ranah psikomotorik Psychomotor domain

21 dibatasi pada aspek kognitif yang meliputi jenjang pengetahuan C1, pemahaman C2, aplikasi C3, dan analisis C4.

b. Ranah afektif Sikap dan perilaku

Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan emosi, seperti: perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap Daryanto, 2009: 320. Martinis Yamin 2012: 33-37 menyebutkan bahwa penilaian ranah afektif diperoleh melalui aktivitas sebagai berikut: 1 receiving penerimaan: kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain; 2 responding tanggapan: kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian; 3 valuing penghargaan: kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian atau suatu obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku; 4 organization pengorganisasian: kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai; 5 characteristic pembentukan karakter: kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal, dan sosial. Lima kategori ranah tersebut diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks. Penilaian ranah afektif dapat berupa penilaian sikap. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik diantaranya yaitu observasi perilaku, laporan individu, dan skala sikap. Penelitian ini menggunakan rubrik lembar observasi sebagai penilaian aspek afektif. 22

c. Ranah psikomotorik Psychomotor domain

Ranah psikomotor adalah ranah yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan harmonisasi antara syaraf dan otot. Ranah psikomotorik mencakup gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan fisik, dan motorik Daryanto, 2009: 321. Keterampilan ini dapat diasah apabila sering melakukannya. Martinis Yamin 2012: 37-41 menyebutkan bahwa penilaian ranah psikomotorik diperoleh melalui tujuh kategori mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit, diantaranya: 1 perception persepi: kemampuan menggunakan saraf sensori dalam menginterpretasikan untuk memperkirakan sesuatu; 2 set kesiapan: kemampuan untuk mempersiapkan diri menghadapi sesuatu, baik dalam hal mental, fisik, dan emosi; 3 guided response reaksi yang diarahkan: kemampuan untuk memulai keterampilan yang kompleks dengan bantuan bimbingan dengan cara meniru dan uji coba; 4 mechanism mekanisme: kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat keterampilan tahap yang lebih sulit, diharapkan peserta didik akan terbiasa melakukan tugas rutin; 5 complex overt response reaksi yang kompleks: kemampuan untuk melakukan kemahiran dalam melakukan suatu gerakan yang rumit; 6 adaptation penyesuaian: kemampuan mengembangkan skill dan mentransformasikan pola sesuai dengan yang dibutuhkan; 7 origination penciptaan: kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan situasi tertentu dan juga kemampuan dalam mengatasi masalah dengan mengeksplorasi kreativitas diri. 23 Penilaian hasil belajar siswa aspek psikomotorik tidak semua dapat diukur dengan tes, karena tujuan pembelajaran psikomotorik cenderung bersifat keterampilan. Penilaian dapat diukur dengan keterampilan mengerjakan sesuatu bisa berupa tes ujian praktik kejuruan yang dilaksanakan pada SMK. Format lembar penilaian ujian praktik kejuruan SMK 20132014 yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan 2014 meliputi persiapan kerja, proses sistematika dan cara kerja, hasil kerja, dan waktu. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar autentik. Nana Sudjana 2002: 22 mengungkapkan tiga aspek prestasi belajar, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran. Ranah afektif akan membentuk sikap kerja dan belajar yang baik dalam lingkungan kerja ataupun industri. Ranah psikomotorik akan menjadi obyek penilaian hasil belajar praktik. Hasil penilaian belajar ini mampu menjadi tolok ukur kemampuan peserta didik dalam melakukan pekerjaan keteknikan.

5. Pembelajaran Kompetensi Dasar-Dasar Elektronika di SMK

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK PENINGKATAN CAPAIAN KOMPETENSI APLIKASI GERBANG LOGIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 WONOSARI.

0 0 182

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ELEKTRONIKA DASAR DENGAN MEDIA LIVEWIRE SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 2 WONOSARI.

0 2 188

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI ANALISIS RANGKAIAN RLC SISWA KELAS X PAKET KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA.

0 4 109

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS X TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMK N 2 WONOSARI.

1 3 241

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA PENCAPAIAN KOMPETENSI PENYEMPURNAAN BAHAN TEKSTIL SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA.

4 44 273

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR UNSUR-UNSUR DASAR TARI SISWA KELAS X SMK N 2 WONOSARI.

0 0 178

PENINGKATAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA KEBAYA MODIFIKASI DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XI BUSANA BUTIK SMK NEGERI 1 WONOSARI.

0 3 246

PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUKURAN KOMPONEN ELEKTRONIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS X TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 KLATEN.

0 1 173

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR ANALISIS RANGKAIAN KEMAGNETAN DI SMK 1 PUNDON.

0 0 174

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR ANALISIS RANGKAIAN KEMAGNETAN DI SMK 1 PUNDONG.

0 0 174