Saran KESIMPULAN DAN SARAN
162
tersebut akhirnya penulis memberikan saran yang mungkin dapat dipergunakan oleh aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait lainnya. Saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1.
Pengaturan hukum laboratorium forensik. a.
Pengaturan hukum laboratorium forensik seharusnya tidak berubah-ubah, seperti pada tempo sebelumnya pengaturan laboratorium forensik
mengalami perubahan setiap pergantian Kapolri karena pengaturan laboratorium forensik diatur dalam suatu Perkap Kapolri. Penulis merasa
bahwa pengaturan laboratorium forensik diatur dalam suatu Undang- Undang.
b. Terkait pada point a, didalam undang-undang tersebut mengatur tentang
standar-standar kelayakan suatu laboratorium forensik, ruang lingkup, kewajiban dan hak laboratorium forensik serta pengaturan tentang hasil
pemeriksaan laboratorium forensik sebagai alat bukti suatu tindak pidana, tidak hanya tindak pidana pembunuhan.
2. Peranan laboratorium forensik dalam pembuktian tindak pidana pembunuhan.
a. Penulis merasa, dengan mengintegralkan laboratorium forensik dengan
lembaga-lembaga lainnya mempermudah dan pembuktian akan semakin meyakinkan. Misalkan saja dengan lembaga kependudukan dan kesehatan.
Dengan memperoleh data-data kependudukan seperti E-KTP yang sekarang sudah memuat identitas mengenai sidik jari seseorang, dan data
kesehatan seseorang mengenai gigi, tulang, dan lainnya akan semakin
163
mempermudah dalam mencari keterangan tentang identitas korban dan pelaku, penyebab kematian korban, dan cara kematian korban.
b. Vissum et Repertum seharusnya dibuat tidak hanya untuk mayat pada
korban tindak pidana pembunuhan saja, tetapi juga dengan barang bukti yang terkait tindak pidana tersebut. Sebaiknya barang-barang bukti itu juga
harus diperiksakan di laboratorium forensik untuk semakin membuat terang suatu tindak pidana pembunuhan.
3. Kebijakan hukum pada tindak pidana pembunuhan dikaitkan dengan hasil
pemeriksaan laboratorium forensik dalam proses pembuktian di pengadilan a.
Kebijakan hukum berupa pemidanaan yang diberikan oleh majelis hakim seharusnya tidaknya hanya didasarkan pada teori retributif pembalasan,
tetapi juga pada teori rehabilitasi dan teori preventif. Sehingga orang-orang yang sudah dipidana dapat kembali lagi dalam masyarakat dan mencegah
orang-orang untuk tidak melakukan tindak pidana.
164
DAFTAR PUSTAKA